Liputan6.com, Jakarta Setelah melahirkan box office Kuntilanak 3 pertengahan tahun ini, Rizal Mantovani kembali dengan karya baru, film Adagium dengan bintang Jihane Almira, Pangeran Lantang, dan Angga Asyafriena.
Merujuk pada kosakata bahasa Indonesia, Adagium berarti peribahasa atau pepatah. Dalam film, pepatah atau peribahasa ini dikaitkan dengan cerita cinta dan semangat nasionalisme.
“Sebenarnya, saya dari dulu senang dengan tema nasionalisme. Di samping film tentang cinta, negara kita butuh tema nasionalisme,” kata Rizal Mantovani kepada Showbiz Liputan6.com di Jakarta, Rabu (14/12/2022).
Advertisement
Baca Juga
Agar lebih dekat dengan generasi muda dan para pencinta film, Adagium membungkus nasionalisme dengan cinta, persahabatan, komplit dengan gesekan konflik.
TNI Bantu Riset
Mencermati trailer yang dirilis pekan ini, Adagium mengisahkan Arga (Angga), Bian (Pangeran), dan Alenda (Jihan) berjuang melawan teroris. Arga bergabung dengan militer. Tak main-main, proses syutingnya melibatkan institusi TNI sebagai pendamping.
“TNI membantu dalam riset sehingga tim produksi Adagium menjalani fase praproduksi dengan matang,” ujarnya seraya menambahkan, “Seru banget. Maksudnya, kami punya good time selama syuting.”
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Belajar Beri Hormat
“Kami belajar cara memberi hormat, baris, menyambut atasan. Itu semua harus believable di hadapan penonton,” Rizal Mantovani menyambung. Adagium diproduksi Brainstorminc Enterteimen Indonesia.
Film ini akan menyapa bioskop mulai 26 Januari 2022. Produser Irving Artemas menjelaskan, perang tak selalu dengan senjata. Saat dua manusia berbeda pendapat, itu pun sudah termasuk perang di level mikro.
Tantangan Membangun Emosi
“Layaknya percintaan dua orang dewasa dan dibumbui peristiwa penculikan Alenda. Pertanyaan yang kemudian muncul, mampukah Arga dan Bian menyelamatkannya? Itu yang akan dijawab dalam film,” Irving Artemas mengulas.
Jihane Almira menyebut tampil dalam Agadium adalah mimpi yang jadi nyata. “Tantangannya lebih ke membangun emosi. Awal film ini kayak seru-seruan. Di pertengahan, konflik makin panas. Saya mulai menemukan titik-titik krusial lewat kerja tim dengan pemain lain,” akunya.
Advertisement