Liputan6.com, Jakarta Film horor Tumbal Kanjeng Iblis menorehkan catatan positif di hari penayangan perdananya. Film horor garapan Visinema Pictures dan Legacy Pictures itu dikabarkan berhasil roketkan antusiasme penonton untuk memadati ruang-ruang studio bioskop tanah air, bahkan tiket Tumbal Kanjeng Iblis habis terjual di beberapa kota pada hari pertama tayang.
Film Tumbal Kanjeng Iblis ini menceritakan tentang pemuja setan dan hadirkan beberapa adegan yang sangat mengejutkan (jumpscare). Dalam dokumentasi reaksi penonton yang diunggah melalui akun Instagram @tumbalkanjengiblis, beberapa penonton terlihat menutup mata karena tidak tahan menyaksikan adegan sadis dan mengerikan.
Selain dari scene-scene menyeramkan, yang lebih menambah nuansa horor film tersebut adalah karena tembang yang dilantunkan Rosa (Putri Ayudya) dan sang Nenek (Laksmi Notokusumo). Dalam salah satu adegan di film Tumbal Kanjeng Iblis, Rosa melantunkan mantra berupa tembang yang liriknya berbahasa Jawa.
Advertisement
"Engeta nalikaseba bebarengan kamas, janji pasrah jiwa raga, lir Balung putih. Upayane awet nem, endahing warna, kebak ing karaharjan. Salawase, salawase, salawase. (Ingatkah kamas waktu sujud bersamamu? Janji suci berserah jiwa raga seputih tulang. Upayakan awet muda dan indahnya rupa. Terpenuhinya harta dan kejayaan. Selamanya, selamanya, selamanya)," begitu lirik yang dinyanyikan dalam tembang berbahasa Jawa tersebut.
Baca Juga
Cocok dengan Cerita
Adapun tembang tersebut rupanya adalah semacam mantra yang berisikan tentang keabadian. Menanggapi tembang tersebut, Putri Ayudya merasa liriknya sangat cocok dengan ceritanya.
"Tembang ini ngingetin aku sama Never Enough-nya Loren Allred, tapi versi Rosa. Serem banget, cocok dengan ceritanya,” papar Putri Ayudya.
Advertisement
Peringatan
Tembang tersebut bukanlah satu-satunya yang hadir di film Tumbal Kanjeng Iblis. Di adegan lainnya, ketika sang Nenek sedang membersihkan meja, ia juga menyenandungkan tembang sebagai peringatan mengenai bahaya yang mengintainya.
"Wengine wus sirep, ati panas ora asrep. Bapakmu, Nduk, gawe atine bingung. Ibumu, Nduk, gawe atine limbung. Lahirmu, Nduk, ngrujit ngrujit atine linglung. Babo babo, macan galak wulu badak. Mongso borong ragane tinarik sarak. Angslup lebur raganira. Pejah mangayat suksma."
Untaian lirik tersebut setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti; "Malam telah berlalu. Hati panas, tak juga dingin. Ayahmu, Nduk, membuat hatinya bingung. Ibumu, Nduk, membuat hatinya limbung. Lahirmu, Nduk, remuk redamkan hatinyagv, linglung. Babo babo, macan galak kulit badak. Kulepas tangan, tubuhmu tertarik sarak. Menyusup tubuh, lebur ragamu. Musnah."
Duka dan Dendam
Laksmi Notokusumo, pemeran Nenek beranggapan bahwa lirik tersebut dibuatnya dengan pertimbangan matang.
"Tembang tersebut dinyanyikan Nenek sebagai peringatan pada Tia (Sheryl Sheinafia) mengenai besarnya duka dan dendam Rosa untuk memusnahkan Tia," ujar Laksmi.
Advertisement