Sukses

Film Horor Mantra Surugana Siap Dirilis Peregrine Studios Tahun Ini, Janjikan Atmosfer Mengerikan

Peregrine Studios membeberkan kisah film horor Mantra Surugana yang berfokus pada bangkitnya sosok iblis melalui mantra dan kutukan yang menghantui Tantri (Sitha Marino).

Liputan6.com, Jakarta Bertepatan dengan Valentine’s Day alias hari kasih sayang, Peregrine Studios mengumumkan peluncuran film horor debut mereka yang berjudul Mantra Surugana. Film horor ini diklaim memiliki atmosfer mengerikan

Melalui acara media gathering yang digelar belum lama ini, Peregrine Studios membeberkan kisah film Mantra Surugana yang berfokus pada bangkitnya sosok iblis melalui mantra dan kutukan yang menghantui Tantri (Sitha Marino).

Tantri merupakan mahasiswa baru di sebuah asrama yang ternyata menemukan hubungan mengerikan antara mantra serta kutukan di masa lalunya. Mantra dan kutukan itu membangkitkan Iblis Surugana yang meminta korban nyawa.

Film Mantra Surugana diperankan aktor-aktor Indonesia berbakat seperti Sitha Marino, Messi Gusti, Cindy Nirmala, Rania Putrisari, Fergie Brittany, Shabrina Luna, Rafael Adwel, Dewa Dayana, Yusuf Mahardika, Arswendy Bening Swara, Tegar Satrya dan Mike Lucock.

 

2 dari 6 halaman

Penjelasan Para Sineas

Unsur-unsur kengerian dan keseraman dalam film Mantra Surugana merupakan buah dari arahan sutradara Dyan Sunu Prastowo yang diproduseri oleh Ervina Isleyen.

Dyan Sunu Prastowo menyampaikan, “Film Mantra Surugana menghadirkan pengalaman audio visual yang baru melalui mantra sunda kuno sebagai mekaniknya.”

Supardi Tan, salah satu founder Peregrine Studios sekaligus executive producer film Mantra Surugana mengatakan, "Kami sangat antusias untuk menghadirkan film terbaru dengan genre horor yang akan dirilis pada tahun ini."

"Dan kami berkomitmen lewat Peregrine Studios untuk menghasilkan karya berkualitas yang sesuai dengan konten budaya Indonesia, dengan menyediakan fasilitas dan layanan produksi untuk mendukung perkembangan kreatif industri film dan memajukan industri film Indonesia agar dapat bersaing dikancah internasional," sambungnya.

 

3 dari 6 halaman

Dekat dengan Kehidupan Masyarakat

"Cerita horor dan cerita legenda sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia, dan Indonesia itu sangat luas. Saya berharap Mantra Surugana bisa menjadi pemicu bagi penikmat film Indonesia untuk berkenalan lebih jauh tentang beragam budaya asal Indonesia," ungkap Ricky Wijaya, salah satu founder Peregrine Studios dan executive producer Film Mantra Surugana.

"Mantra Surugana merupakan kemasan sempurna-nya karya anak bangsa, dari cerita hingga teknik sinematografi dan riset yang mumpuni, membuat saya yakin film ini akan menjadi tontonan wajib penikmat film Indonesia dan tidak menutup kemungkinan ke depannya Mantra menjadi sebuah universe yang mengangkat cerita-cerita horor dari daerah lain di Indonesia," lanjutnya.

Sementara itu, Felix Hamdany, salah satu founder Peregrine Studios dan executive producer Film Mantra Surugana menjelaskan, "Kami melihat industri film saat ini sangat berkembang positif, membuat kami bersemangat dalam mengembangkan Peregrine Studios menjadi salah satu studio yang di perhitungkan di Indonesia."

 

4 dari 6 halaman

Tentang Peregrine Studios

Peregrine Studios adalah sebuah studio film dan rumah produksi film layar lebar dan web series yang didirikan pada tahun 2022. Diprakarsai oleh Supardi Tan, Founder PT Digital Mediatama Maxima Tbk dan Co-Founder ZK International Group Co, Ltd, Ricky Wijaya, CEO Group Adhya dan Adhya Pictures, serta Felix Hamdany, CEO Harmoni Artha Indonesia.

Rumah produksi ini juga digawangi oleh dua sineas yang telah lama berkecimpung di dunia perfilman yaitu Ervina Isleyen (sebelumnya dikenal dengan nama Erna Pelita) yang sudah menjadi Produser sejak tahun 2003.

Ada juga Dyan Sunu Prastowo selaku Sutradara yang telah memulai karir sejak tahun 2005 dan melahirkan 10 karya film yang tayang di OTT dan 1 film layar lebar berjudul “Remember the Flavor”, menjadikan film Mantra Surugana karyanya yang ke-12 di tahun 2023.

Peregrine Studios memiliki visi untuk dapat menjadi studio film yang memiliki kemampuan menciptakan, memproduksi, mendistribusikan konten orisinil berbasis lokal maupun internasional secara konsisten dan berkualitas, serta menyediakan fasilitas dan layanan produksi untuk mendukung perkembangan kreatif industri film di Indonesia.

Dalam beberapa tahun ke depan, Peregrine Studios berencana melepas berbagai produk entertainment, termasuk di dalamnya kelanjutan Film Mantra Surugana dan film-film lain yang mengangkat cerita misteri dari daerah lain di Indonesia.

 

5 dari 6 halaman

Tentang Adhya Pictures

Adhya Pictures merupakan anak perusahaan dari Adhya Group, yang secara khusus bergerak di dalam industri film. Adhya Pictures berkomitmen memajukan industri film Indonesia lewat perannya di movie investment, Intelectual Property studio, Movie Banking, Visual Effect dan Animation serta Production house yang dimiliki Adhya Pictures dan afiliasinya.

Adhya Pictures dan afiliasi dibawahnya: Satria Dewa Studio, Kathanika Entertainment, Lumine Studio, Wong Vardha Entertainment, DAMN! I Love Indonesia Pictures, Peregrine Studios dan Sucilpa akan terus menyajikan konten film dengan kualitas terbaik dan ikut meramaikan industri perfilman Indonesia.

 

6 dari 6 halaman

Tentang Mantra dan Warisannya

Film Mantra Surugana mengangkat Mantra Sunda dalam tradisi naskah lama. Ekspresi mantra diucapkan dalam bahasa Sunda kuno yang digunakan 5 abad silam. Mantra Sunda dipandang sebagai dokumen dan kearifan lokal budaya Sunda.

Pengamal Mantra atau orang yang mengucapkan dan mengamalkan mantra tersebut menjadi suatu tujuan tertentu, beranggapan bahwa membaca Mantra sama dengan membaca Doa. Pada dasarnya Mantra adalah ekspresi doa, yang digunakan untuk suatu tujuan baik. Teks-teks Sunda klasik menyiratkan bahwa umumnya mantra digunakan untuk kebaikan, kesejahteraan, kesuburan dan kedamaian.

Mantra digunakan untuk menolak bala dan mara bahaya dalam upacara ruwatan. Sejak zaman Sunda kuno, laku ruwatan telah dilakukan untuk membersihkan lahan dari pengaruh buruk makhluk-makhluk jahat dan pengganggu, antara lain Udubasu, Kalabuat, Pulunggana, dan Surugana. Tapi ada juga yang menggunakannya untuk tujuan jahat untuk mencelakakan manusia.

Seiring berkembangnya kebudayaan Sunda, mantra bertransformasi dalam setiap zaman dan tetap eksis hingga saat ini di tengah masyarakat Sunda. Rajah, jangjawokan, asihan, adalah sebagian bentuk lain dari ungkapan mantra yang mengikuti konteks penyesuaian zaman dan penggunaannya di masyarakat. Antara lain dalam bentuk ungkapan bahasa, istilah, dan unsur kesakralannya. Namun selalu ada benang merah yang terbentang dari masa lalu hingga masa kini.

Kajian struktur dan makna mantra telah mampu menguak eksistensi dan fungsi Mantra dalam upaya mengungkap baik dan buruknya penggunaan Mantra. Mantra layak disikapi secara bijak agar Pengamal dan masyarakat awam dapat hidup berdampingan, selaras dan harmonis “MANTRA MENJADI BAGIAN DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT SUNDA”.

Naskah-naskah Sunda Buhun ‘Kuno’ termasuk salah satu unsur budaya yang erat kaitannya dengan kehidupan sosial budaya masyarakat yang melahirkan dan mendukungnya, yang tertulis pada daun gebang, lontar, gebang, bilahan bambu, dan kulit kayu (daluang). Secara umum isinya mengungkapkan peristiwa masa lampau yang menyiratkan aspek kehidupan masyarakat, terutama aspek sosial dan budaya.