Sukses

Malice Mizer, Band Gothic Jepang yang Selalu Dikenang

Semua orang pasti akan selalu teringat dengan Malice Mizer. Memiliki karakterisasi gothic baik dalam musik maupun penampilan, salah satu band asal Jepang ini sukses menjadi legenda.

Jika membahas band gothic Jepang, semua orang pasti akan selalu teringat dengan Malice Mizer. Pasalnya, grup musik yang satu ini memiliki karakterisasi gothic baik dalam hal musik maupun penampilan.

Jika menilik sejarahnya, band yang berdiri sejak 1992 tersebut tercatat hanya meluncurkan empat full album hingga bubar di 2001. Dan meski sempat kehilangan tiga vokalis, namun lagu-lagu mereka begitu digemari oleh para penikmat musik Jepang di seluruh dunia.

Pembentukan band ini tak lepas dari peran besar Mana, pria yang dikenal dengan penampilan ala wanita Eropa barat kuno atau yang akrab disebut gothic lolita. 

Selain Mana di posisi gitar dan keyboard, band ini juga digawangi oleh Kozi (Gitar) dan Yu~ki (Bass), serta Kami sebagai penabuh drum. Sayang, Kami harus meninggal dunia pada 1999.

Di album pertama (Memoire-1994), posisi vokal diisi oleh Tetsu. Dan tak lama setelah itu, Tetsu pun resign. Saat itulah, Gackt didaulat menjadi vokalis Malice Mizer untuk album kedua (Voyage ~Sans Retour~-1996) dan ketiga (Merveilles-1998).

Selama kurang lebih 4 tahun bergabung, Gackt berhasil membawa Malice Mizer mencapai puncak kesuksesannya. Namun, Malice Mizer harus kembali melepaskan vokalisnya di akhir tahun 1999. Dan selanjutnya, Klaha lah yang terpilih untuk mengisi album keempat (Bara no Seidou-2000).

Masing-masing dari vokalis tersebut telah mengambil peran sebagai penyanyi solo. Namun yang kini paling mendapat sorotan adalah Gackt. Ia sukses menelurkan 8 album. 

Saat ini, Mana telah membentuk grup band sendiri yang juga beraliran gothic visual kei, Moi Dix Mois. Kozi sedang mengerjakan beberapa proyek grup. Hanya Yu~ki yang tidak pernah muncul lagi di dunia musik Jepang.

Sorotan terhadap Malice Mizer tak lepas dengan meninggalnya Kami, sang drummer yang terkena penyakit subarachnoid hemorrhage (pendarahan di dalam otak). Meninggalnya Kami terjadi hanya beberapa bulan setelah keluarnya Gackt.

Hembusan nafas terakhir Kami mendorong personel lainnya merilis mini album (Shinwa-2000) yang berisikan 3 buah track yang dimana dua diantaranya adalah hasil aransemen Kami.

Kepopuleran Malice Mizer sempat mencuat di Indonesia pada awal tahun 2000an. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya apresiasi dari band-band lokal di setiap event-event yang bertema kebudayaan Jepang.
    Video Terkini