Sukses

Teknologi Deepfake di Film Hollywood, Sering Digunakan agar Wajah Aktor Senior Jadi Muda Lagi

Di dunia film Hollywood, teknologi deepfake digunakan agar wajah seorang aktor berubah tanpa harus repot-repot menjalani riasan khusus.

Liputan6.com, Jakarta Teknologi deepfake yang kini sudah bisa digunakan oleh masyarakat umum, mulai menjadi hal yang patut diwaspadai. Mulai dari memalsukan wajah artis untuk konten menyimpang, hingga dugaan deepfake bakal disalahgunakan di Indonesia selama masa Pemilu 2024 mendatang.

Namun begitu, teknologi deepfake yang bisa memanipulasi wajah seseorang baik itu secara fisik maupun usia, masih tetap berdampak positif jika digunakan secara benar. Salah satunya adalah penggunaannya yang ajaib untuk deretan film panjang.

Banyak sudah contoh film-film yang telah menggunakan teknologi deepfake. Di dunia Hollywood, teknologi ini bukanlah hal yang asing. Pasalnya, sejumlah film menggunakan teknologi ini agar wajah seorang aktor berubah tanpa harus repot-repot menjalani riasan khusus.

Tujuan utama penggunaan deepfake yang paling kentara adalah membuat wajah aktor atau aktris senior bisa terlihat lebih muda puluhan tahun. Sebut saja film-film maupun serial Star Wars sejak era The Force Awakens.

 

2 dari 5 halaman

Film dan Serial Star Wars Sering Menggunakan Teknologi Deepfake

Contoh film yang sempat menghebohkan penggemar Star Wars dengan teknologi deepfake adalah Rogue One: A Star Wars Story (2016). Di situ, aktor Peter Cushing yang sudah meninggal pada 1994, dihidupkan kembali sebagai Grand Moff Tarkin. Keputusan sineas film ini sempat menjadi kontroversi di kalangan penggemar.

Tak hanya Peter Cushing, Carrie Fisher juga dibuat lebih muda saat tampil di ending film Rogue One sebagai Leia Organa. Selain dua nama di atas, Mark Hamill juga menggunakan teknologi serupa dalam serial The Mandalorian dan The Book of Boba Fett saat kembali memerankan Luke Skywalker versi muda.

Penggunaan positif deepfake sebagai teknologi untuk film juga bisa dilihat di sejumlah film produksi Marvel Studios, seperti Michael Douglas di Ant-Man atau Kurt Russell di Guardians of the Galaxy Vol. 2. Bahkan, film The Irishman pun membuat Robert De Niro dan beberapa bintang lawas jadi memiliki wajah muda mereka.

Henry Cavill juga pernah jadi objek deepfake pihak produksi film Justice League untuk menghilangkan kumisnya yang kala itu masih digunakan dalam Mission: Impossible.

 

3 dari 5 halaman

Deepfake Mempermudah Para Sineas dalam Proses Pascaproduksi

Pembuatan film yang menggunakan deepfake pun tak melulu digunakan untuk mengubah wajah sang aktor. Bahkan ketika para sineas ingin mengubah dialog, wajah aktor bisa disesuaikan dengan sulih suara yang telah dilakukan. Sehingga sutradara tak perlu lagi melakukan syuting ulang.

Lebih jauh deepfake bisa juga membuat para sineas membuat film tanpa harus memunculkan pemain asilnya di lokasi syuting ketika ada bentrok syuting.

Namun begitu, tetap deepfake hanya bisa mengubah wajah, bukan tubuh sang aktor ataupun aktris. Sehingga teknologi ini tak bisa dikatakan sempurna.

 

4 dari 5 halaman

Menyelami Apa Itu Teknologi Deepfake

Secara definisi, Deepfake merupakan video rekayasa atau materi digital yang dibuat melibatkan orang-orang dan dibuat dengan neural network. Dalam pembuatannya, alih-alih memakai teknik pengeditan gambar tradisional, penggunaan deep learning menggeser kebutuhan akan keterampilan dan membuat gambar atau suara palsu lebih meyakinkan.

Ilmuwan Data Utama di Kaspersky, Vladislav Tuskanov, mengatakan, deepfake merupakan contoh utama dari teknologi yang berkembang lebih cepat dari pemahaman manusia dan cara mengelola komplikasinya.

"Deepfake dianggap memiliki dua sudut pandang. Di satu sisi, sebagai instrumen tambahan bagi seniman, dan kedua, memberi celah untuk disinformasi yang dapat menjadi tantangan bagi masyarakat, mengenai apa yang kita percayai," kata Tuskanov.

Mulanya, deepfake merujuk pada istilah software tertentu yang mendapatkan popularitas di Reddit. Software ini menanamkan wajah seseorang ke video yang menampilkan orang lain. Hampir seluruhnya dipakai untuk membuat pornografi non-konsensual dengan selebritas.

 

5 dari 5 halaman

Rentan Penggunaan Deepfake Secara Negatif di Indonesia pada Musim Pemilu 2024

Jelang pemilu 2024, ancaman deepfake sulit untuk dihindari. Menanggapi hal ini, Pengamat Budaya dan Komunikasi Digital dari Universitas Indonesia Firman Kurniawan meminta masyarakat untuk tidak langsung percaya hanya pada satu informasi.

Hal ini dimaksudkan agar masyarakat bisa menghindari konten manipulasi deepfake.

"Jadi masyarakat perlu mengkombinasikan sumber-sumber informasi, tidak hanya pada satu macam saja," ujar Firman dikutip dari laman Antara, Rabu (15/3/2023).

Keberadaan deepfake dinilai membuka peluang timbulnya disinformasi di tengah masyarakat. Konten-konten deepfake diyakini akan semakin banyak ditemukan, khususnya di tahun politik seperti saat ini.

Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) Serentak 2024, konten-konten deepfake berpotensi digunakan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab untuk saling menjatuhkan antar kandidat peserta pemilu.