Liputan6.com, Jakarta - Berperan sebagai Laras dalam film Surga Di Bawah Langit, Andien mampu menunjukan kemampuannya dalam berakting. Namun, selama menjalani proses syuting, ternyata pelantun lagu “Mati Rasa” ini menghadapi tantangan.
Saat pengambilan gambar, Andien diketahui sedang hamil anak kedua dan baru masuk usia kandungan tiga bulan. Terlebih ia harus syuting di daerah Bantar Gebang dengan cuaca panas yang terik.
Baca Juga
“Itu bukan sesuatu yang mudah untukku karena di trimester awal (kehamilan) kan lagi banyak mualnya, lagi banyak pusingnya banget, apalagi kalau kena sinar matahari belum karena udara dari sampah di bawah, belum lagi sedang ada angin puting beliung di Bantar Gebang,” kata ibu dua anak ini saat ditemui di XXI Epicentrum Walk, Jakarta Selatan, Selasa (29/3/2023).
Advertisement
Kendati demikian, Andien sangat bersemangat dalam menjalani proses syuting. Ia mengatakan, menjalani syuting seperti masuk ke dunia yang berbeda, “Bisa jadi kepengin juga main film lagi, karena buat aku ini whole different world dibandingkan menyanyi," Andien menambahkan.
Peran Laras
Dalam mendalami perannya sebagai Laras dewasa, penyanyi ini juga perlu menyesuaikan karakter menjadi seorang yang pendiam dan lebih kalem.
Perasaan emosional yang harus ia perdalam juga membutuhkan usaha lebih, seperti dengan melihat dan menerka kedekatan diantara pemain pada adegan sebelumnya.
“Aku perlu melihat seberapa emosionalnya sih hubungan kebelakangnya diantara mereka. Karena sebenarnya waktu awal aku enggak lihat sama sekali adegan-adegan itu karena syutingnya sendiri-sendiri nih,” tambahnya.
Advertisement
Miliki Banyak Mimpi
Seperti tokoh dalam film Surga di Bawah Langit yang mengejar mimpi, Andien yang kini berusia 37 tahun dan seorang ibu dua anak ternyata masih memiliki segudang mimpi yang ingin dicapai.
“Sampai sekarang juga masih terus berproses. Aku juga masih punya mimpi-mimpi yang belum tergapai juga," dia menguraikan.
Film Surga Di Bawah Langit
Rio Silaen, selaku Produser Eksekutif mengatakan bahwa ia ingin mengangkat sebuah film anak-anak yang berbeda, dengan mengandalkan latar belakangnya di bidang musik dan memiliki training center, performing arts yakni Voice of Indonesia.
Terinspirasi dari satu lagu yang berjudul “Paraiso” dalam bahasa Filipina memiliki arti paradise, yang menceritakan salah satu tempat di Manila yang mirip dengan daerah Bantar Gebang.
“Mereka masih bisa lihat burung terbang, masih bisa lihat pelangi yang bersinar muncul setelah hujan, itu berarti ada kehidupan. Itulah surga buat mereka,” ujar Rio Silaen.
Advertisement