Sukses

3 Kali Israel Dilaporkan Federasi Sepak Bola Palestina Melalui FIFA, Hasilnya Tak Pernah Sesuai Harapan

Sudah tiga kali Federasi Sepak Bola Palestina, PFA, melayangkan protesnya melalui FIFA atas aksi-aksi kontroversial Israel di dunia sepak bola.

Liputan6.com, Jakarta Slogan tak boleh mencampuradukkan olahraga dan politik memang tengah bergema di kalangan sejumlah masyarakat. Namun hal itu tampaknya menjadi hal dilematis saat FIFA dilibatkan dalam protes dari federasi sepak bola Palestina terhadap Israel.

Terhitung sudah tiga kali Federasi Sepak Bola Palestina, PFA (Palestine Football Association), melayangkan leporan atas aksi-aksi kontroversial Israel di dunia sepak bola. Mulai dari pembatasan aktivitas hingga yang terbaru penembakan gas air mata ke dalam stadion di Palestina.

Tiap kali pihak PFA mengajukan protes dan berharap FIFA memberikan sanksi kepada Israel, federasi sepak bola dunia itu terkesan tak mau ikut campur. Tentu saja keputusan FIFA itu membuat Palestina dan pihak-pihak pendukungnya kecewa.

Alhasil, Israel pun dianggap oleh sebagian publik dunia selalu lolos dari sanksi FIFA atas laporan yang disampaikan Palestina. Keluhan demi keluhan telah disampaikan Federasi Sepak Bola Palestina pada 2015, 2017 dan yang terbaru adalah tahun ini.

2 dari 4 halaman

Protes Palestina kepada Israel Tahun 2015

Pada tahun 2015 lalu Federasi Sepak Bola Palestina memprotes keras aksi tentara Israel yang membatasi aktivitas para atlet sepak bola Palestina. Bahkan pihak Israel juga mengatur wilayah bermain kepada tiap klub sepak bola Palestina.

Selain itu, pemblokiran peralatan olahraga impor ke dalam wilayah Palestina dan pelarangan tim asing untuk datang, juga menjadi pelanggaran hukum FIFA yang dilakukan Israel.

Presiden Federasi Sepak Bola Palestina (PFA), Jibril Rajoub, mengatakan saat itu bahwa Israel masih menganiaya pemain-pemain Palestina, atlet lainnya, dan mencegah masuknya peralatan olahraga.

Presiden FIFA saat itu, Sepp Blatter, sempat bertemu dengan perwakilan Israel atas permintaan banyak pihak untuk menghukum negara itu dari kegiatan sepak bola dunia. Blatter juga sempat membentuk tim gugus tugas untuk melihat hubungan antara Palestina dan Israel.

Presiden Federasi Sepak Bola Israel, Ofer Eini bahkan melakukan pertemuan dengan FIFA pada 29 Mei 2015, bertepatan dengan Kongres FIFA.

"Pertemuan dengan Sepp Blatter sangat signifikan dalam perjuangan kami untuk membatalkan kemungkinan pemungutan suara yang diadakan di Kongres FIFA untuk menunda Israel," kata Eini kala itu, melansir Reuters.

Sayangnya, Ketua Umum PFA, Jibril Rajoub, akhirnya mencabut laporannya kepada FIFA. Israel pun terbebas dari hukuman. Jibril Rajoub mengaku ia mendapat bujukan dari berbagai Ketua Umum Federasi seluruh dunia agar tak melanjutkan protes kepada FIFA lantaran mereka tak mau ada federasi yang terkena sanksi oleh FIFA.

“Saya memutuskan membatalkan penangguhan, namun tak berarti saya menyerah. Puluhan presiden federasi dari Afrika, Amerika Selatan, Amerika Utara dan Eropa berkata kepada saya bahwa mereka tak ingin ada penangguhan federasi,” terang Jibril Rajoub, seperti dilansir dari Reuters.

 

3 dari 4 halaman

Protes Palestina kepada Israel pada Tahun 2017

Sekitar dua tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2017, Ferderasi Sepak Bola Palestina kembali melayangkan keluhannya atas aksi Israel kala itu. PFA tak terima enam klub asal Israel memiliki markas di wilayah tepi barat Palestina.

Melansir aljazeera.com, FIFA kala itu memutuskan untuk tidak mengambil sikap terhadap masa depan enam klub sepak bola Israel yang bermarkas di pemukiman Tepi Barat Palestina secara ilegal.

Perwakilan FIFA, sempat menyampaikan responsnya atas isu ini di Kolkata, India. Disebutkan bahwa isu ini memiliki kompleksitas dan sensitivitas luar biasa yang bersifat politis.

“Mengingat status akhir wilayah Tepi Barat adalah urusan otoritas hukum publik internasional yang kompeten, Dewan FIFA setuju bahwa FIFA, sejalan dengan prinsip umum yang ditetapkan dalam undang-undangnya, harus tetap netral terkait masalah politik,” perwakilan FIFA mengatakan dalam sebuah pernyataan.

“Selain itu, telah disepakati bahwa campur tangan apa pun oleh FIFA dalam status quo sepak bola di wilayah yang relevan tanpa persetujuan dari pihak terkait dapat memperburuk situasi sepak bola tidak hanya di wilayah yang bersangkutan, tetapi juga di wilayah yang lebih luas yang terkena dampaknya – yang tidak akan menjadi kepentingan terbaik dari permainan," sambungnya.

Presiden FIFA yang diangkat sejak 2016 dan masih menjabat hingga sekarang, Gianni Infantino, pada saat itu juga mengungkapkan keengganannya untuk ikut campur masalah wilayah di Palestina. Ia menyampaikan bahwa kasus tersebut lebih masuk ke ranah hukum publik internasional ketimbang FIFA.

“FIFA memutuskan untuk menahan diri dalam menjatuhkan sanksi atau tindakan lain baik itu kepada FA Israel maupun FA Palestina. Wilayah yang disengketakan menjadi perhatian otoritas hukum publik internasional dan FIFA harus tetap netral,” ujar Gianni Infantino saat itu, melansir Reuters.

 

4 dari 4 halaman

Protes Palestina kepada Israel pada 2023

Aksi terbaru Israel yang sangat gamblang di depan mata terjadi belum lama ini. Pada Kamis (30/3/2023) malam, pasukan Israel menembakkan gas air mata di dalam Stadion Internasional Faisal Al-Husseini di jalan Dahiat al-Barid di al-Ram, sebuah kota di Yerusalem Timur, dikutip dari laman middleeasteye.net, Rabu (5/4/2023).

Akibatnya, beberapa pemain dan penggemar sepak bola Palestina yang ada di lokasi, mengalami sesak napas dan tersedak setelah pasukan Israel menembakkan gas air mata. Pelemparan dilakukan selama pertandingan final piala di Yerusalem Timur, Asosiasi Sepak Bola Palestina (PFA) menyampaikan.

Beberapa pemain sepak bola Palestina dan puluhan suporter, termasuk anak-anak, menderita lantaran menghirup gas. Bahkan banyak dari mereka yang dirawat di lapangan, sementara tiga orang dibawa ke rumah sakit.

PFA mengatakan, penyerangan terjadi saat jeda turun minum dalam pertandingan antara Markaz Balata, klub dari Nablus, dan Jabal Al-Mukaber dari Yerusalem.

"Tanpa peringatan sebelumnya, tentara pendudukan menghujani stadion dengan bom gas, yang jatuh di lapangan dan di antara tribun, di mana ratusan penggemar, termasuk anak-anak, hadir," kata PFA.

PFA kemudian mengajukan keluhan kepada FIFA tentang insiden tersebut dan mengkomunikasikan masalah ini dengan federasi sepak bola di Asia dan seluruh dunia "untuk mengakhiri terorisme terhadap olahraga".

Hingga kini, FIFA masih belum menjatuhkan sanksi ataupun tindakan terkait situasi ini.