Liputan6.com, Jakarta Tema pengusiran setan kembali diproduksi kali ini The Pope’s Exorcist yang diadaptasi dari buku An Exorcist Tells His Story dan An Exorcist: More Stories, kisah nyata Pastor Gabriele Amorth.
Hak atas kisah nyata ini didapat Screen Gems, Oktober 2022. Tahap praproduksi film dimulai dengan menempatkan Julius Avery di kursi sutradara. Russell Crowe lalu didapuk sebagai pemeran utama.
Syuting film The Pope’s Exorcist dimulai dari Agustus hingga Oktober 2022. Lokasinya, di Dublin dan Limerick, Irlandia. Jumat (7/4/2023), The Pope’s Exorcist mulai meneror bioskop Tanah Air.
Advertisement
Mendapat respons beragam, film ini jadi ajang kangen-kangen para pencinta sinema dengan Russell Crowe yang meraih Piala Oscar lewat Gladiator. Berikut resensi film The Pope’s Exorcist.
Anak Kerasukan Setan
Setelah suami tewas dalam kecelakaan mobil, Julia (Alex Essoe) membawa kedua anaknya yakni Amy (Laurel Marsden) dan Henry (Peter DeSouza-Feighoney) pindah ke Spanyol.
Mereka tinggal di biara kuno San Sebastian peninggalan keluarga sang suami. Biara ini dibersihkan dan direnovasi untuk dijual. Baru beberapa hari menginap di San Sebastian sejumlah kejadian janggal terjadi.
Henry kerasukan. Matanya memerah hingga mencakar wajah sendiri. Gabriele Amorth (Russell Crowe) dan Esquibel (Daniel Zovatto) yang diutus untuk menyembuhkan Henry kewalahan. Pasalnya, iblis yang merasuk sangat cerdas.
Ia tahu masa lalu Gabriele yang membiarkan Rosaria (Bianca Bardoe) bunuh diri. Bahkan, iblis ini tahu Esquibel berzina dengan Adella (Carrie Munro). Malu campur emosi, Esquibel nekat mencekik Henry.
Situasi makin kacau saat Amy juga dirasuk setan hingga mencekik ibunya sendiri. Gabriele curiga ada banyak rahasia di San Sebastian. Sejumlah ruang tak terjamah lalu terungkap.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Yang Berharap...
Yang berharap The Pope’s Exorcist semenyeramkan The Exorcist versi 1973 bersiaplah kecewa. Pasalnya, Julius Avery mengarahkannya ke genre horor dengan semburat komedi, adventure, dan nuansa fantasi di babak akhir.
Horor sebagai akar jelas berbasis dari perjalanan pastor mengusir setan. Basic agama pun kentara sejak menit awal kala Gabriele berhadap dengan iblis, yang memperkenalkan diri sebagai Legion. Merujuk pada Markus 5, Legion artinya banyak.
Legion bersaksi bahwa Yesus sebagai Anak Allah Yang Mahatinggi dan memohon agar Kristus tak menyiksanya. Saat diusir, Legion minta “izin” untuk pindah dari tubuh manusia yang dirasuk kepada kawanan babi di tebing.
Lebih Bahaya dari Legion
The Pope’s Exorcist mencatat ada iblis yang lebih berbahaya daripada Legion. Kehadirannya divisualkan dalam perubahan diri Henry. Sebagian besar film ini berisi perjuangan mengusir setan dan upaya dua pastor berdamai dengan masa lalu yang suram.
Russell Crowe mempresentasikan Gabriel sebagai pastor berjiwa bebas. Akrab dengan kopi pahit karena meyakini gula adalah pekerjaan setan. Ia juga tak mengharamkan miras, berani melawan saat disidang sejumlah petinggi Katolik Eropa.
Karakteristik ini mengubah wajah The Pope’s Exorcist yang mestinya seram dan gelap menjadi lebih santai sekaligus cair. Kerap mengundang tawa termasuk di momen yang seharusnya dramatis dan deep.
Advertisement
Visual Lelembut dan Kehadirannya
Horor identik dengan jumpscare dan penampakan mengerikan. Itu tak tampak dalam The Pope’s Exorcist. Tampaknya, Julius Avery berpijak pada prinsip setan sebagai lelembut. Tak terlihat oleh mata awam namun kehadirannya dapat dirasakan dalam sejumlah pertanda.
Sisi gelap karakterlah yang dimanfaatkan untuk mempresentasikan kehadiran setan. Babak akhir film ini menandai peralihan genre horor menjadi semi petualangan fantasi komplit dengan efek visual yang terasa nanggung alias kurang smooth.
Agak Bingung
The Pope’s Exorcist mencoba menjadi genre serbaada. Paket lengkap. Pada akhirnya, ia kurang klimaks. Momen mengerikan juga jarang ada kecuali satu dua kali dentuman musik yang bikin kaget. Patut disayangkan memang.
Di luar genrenya yang “bingung,” kita masih bisa berharap dari performa Russell Crowe yang santai, effortless, karismatik, dan bisa diandalkan. Pujian juga layak diberikan kepada aktor cilik Peter DeSouza-Feighoney yang sejak awal mencuri perhatian.
Advertisement
Bukan Film Sempurna
Wajah datar, tanpa suara, dengan postur cungkring, membuat audiens menaruh perhatian dan kepikiran dengan bocah ini. Daniel Zovatto yang sekilas mirip Tobey Maguire juga menjadi umpan sekaligus rekan sepadan untuk seniornya.
The Pope’s Exorcist bukan horor sempurna. Terkesan medioker. Namun semangat film ini jelas. Ia menghibur seraya mengingatkan bahwa dosa bisa mencari kita. Manusia harus selesai atau minimal berdamai dengan masa lalu.
Ini penting mengingat iblis lihai memanfaatkan lubang di hati kita untuk menjauh dari Sang Khalik. Usai menonton, saya jadi kepikiran: Sudahkah saya berdamai dengan masa lalu? Adakah lubang di hati yang mesti disumbat agar tak dimanfaatkan setan?
Pemain: Russell Crowe, Daniel Zovatto, Alex Essoe, Franco Nero, Peter DeSouza-Feighoney, Laurel Marsden
Produser: Doug Belgrad, Michael Patrick Kaczmarek, Jeff Katz
Sutradara: Julius Avery
Penulis: Michael Petroni, Evan Spiliotopoulos
Produksi: Screen Gems, 2.0 Entertainment, Loyola Productions
Durasi: 103 menit