Liputan6.com, Jakarta Anak ketiga Dokter Richard Lee yang bernama Kenzo merupakan penyandang autisme. Sang dokter dan istri, Reni Effendi, secara terang-terangan mengungkap ini ke publik melalui akun YouTube-nya.
Dokter yang sempat berseteru dengan Kartika Putri ini mengatakan bahwa sang putra sebenarnya lahir dalam kondisi normal, sama seperti kedua kakaknya. Namun setelah tumbuh besar, sang anak tampak memiliki gangguan bicara.
Baca Juga
Heni Sagara Bantah Tudingan Mafia Skincare, Bakal Somasi Nikita Mirzani hingga Richard Lee dan Oky Pratama
Oky Pratama Kolaborasi Bareng Dokter Ekles dan Richard Lee, Ajak Berantas Produk Skincare Abal-abal
Sudah Dibantah, DPR Tegaskan Hukum Tetap Harus Ditegakkan soal Kasus Dugaan Konten Hoaks Dokter Richard Lee
"Kenzo lahirnya normal. Anak pertama lahir normal, anak kedua lahir normal dan anak ketiga lahir normal tidak ada masalah dalam kandungan atau saat kelahiran. Sampai akhirnya di tahun ketiga dia ulang tahun, dia belum bisa berbicara," ungkap Richard Lee sambil menenangkan istrinya yang menangis.
Advertisement
"Sebenarnya aku sudah tahu dari umur 1,5 tahun. Sudah dibawa juga ke dokter dan sudah diterapi dari umur dua tahun, tapi memang tidak ada kemajuan. Ya aku cuma, mungkin di Indonesia ini terapi untuk anak berkebutuhan khusus sulit, apalagi di daerah," sang istri menimpali.
Renni Efendi Sempat Menyangkal Diagnosis Dokter
Setelah diperiksa oleh salah satu dokter di Jakarta, barulah diketahui bahwa Kenzo yang saat itu berusia 2,5 tahun menyandang autisme. Reni Effendi sebagai ibu sempat menyangkal diagnosis tersebut.
"Dulu aku masih menyangkal kalau anakku autis, aku bilangnya ya nanti akan ngomonglah, tapi umur 3,5 tahun tetap enggak ngomong juga. Mau dia autis atau speech delay kan tetap sama treatmentnya sama-sama terapi," papar Reni.
Advertisement
Anak Tetap Diterapi
Dalam kondisi denial terhadap diagnosis anaknya, Reni tetap mengupayakan kesembuhan Kenzo dengan melakukan terapi. Namun seiring berjalannya waktu, dia akhirnya mulai menerima.
"Aku bilang apa pun diagnosisnya yang penting kita usahain dulu terapi, masalah diagnosis enggak apa-apa, pokoknya kita berusaha aja. Aku sampai dia umur 3,5 tahun ini masih menyangkal bukan autis dia ini. Dia ini speech delay, tapi ujung-ujungnya aku harus menerima kenyataan kalau anak aku autis," jelasnya.
Mempelajari tentang Spektrum Autisme
Kini, Reni Effendi yang juga berprofesi sebagai seorang dokter, mulai mempelajari tentang gangguan spektrum autisme.
"Aku tuh baru-baru ini aja mempelajari autisme karena dulu aku masih menyangkal. Anak au speech delay dan ujung-ujungnya pasti akan ngomong. Dan sekarang ya sudah, aku terima diagnosisnya autis dan akan aku pelajari tentang autisme ini," tutupnya.
Advertisement