Liputan6.com, Jakarta Pergelaran bertajuk Mel Ahyar Annual Show 2023 : KULTULIBRASI. Berlokasi di City Hall, PIM 3, Mel Ahyar mencoba menawarkan koleksi hasil interpretasi atas dinamika akulturasi budaya dan regenerasi berimbang antara pelaku dan konsumen budaya. Kultulibrasi is about finding a sweet spot, the equilibrium of our cultural continuum.
Bagaimana cara kita mencari pijakan keseimbangan dan keharmonisan di atas negosiasi konflik-konflik itu demi regenerasi, relevansi, dan legacy? Pergelaran ini menjawab dalam RIKURIKU dari HAPPA dan XY, dilanjutkan dengan koleksi Mel Ahyar ARCHIPELAGO, dan ditutup oleh Mel Ahyar Fall/Winter 2023-2024.
Baca Juga
HAPPA dan XY, dua merek Ready to Wear yang juga dikelola oleh MMAC muncul sebagai pembuka. Menampilkan koleksi RIKURIKU, yang terinspirasi dari cerita dibalik cerita ukiran Suku Asmat. RIKURIKU tampil membawa passion maskulinitas pria Asmat yang memahat kayu to leave their mark on earth, as a legacy and tribute to the ancestors. Terlihat dalam motif kerangka garis-garis floral yang rimbun maupun fauna, seperti lekuk ukiran kayu. Palet warna earthy diambil dari lukisan wajah khas Asmat yang menggunakan pewarna alami: merah tanah, putih bubuk cangkang kerang, dan hitam arang tumbuk.
Advertisement
‘Hidangan utama’ dari acara ini tampil kemudian, yaitu koleksi Mel Ahyar ARCHIPELAGO yang mengusung wastra Nusantara: Batik Gedog Tuban ‘Onomatope’, Tapis Lampung ‘Mulang Tiuh’, dan Medan as The Melting Pot. Ketiganya menghadirkan angle regenerasi budaya secara berbeda.
Pamungkas Koleksi
Gedog Tuban yang merupakan batik tulis di atas kain tenun, statusnya cukup critically endangered sehingga Mel menyuguhkannya hampir secara ‘utuh’ sebagai bahan baku utama. Sedangkan ‘Mulang Tiuh’ mengambil craftsmanship tapis dan sulam usus Lampung di atas kain dan motif modern. Lain lagi Medan yang diangkat sebagai melting pot berbagai wastra khas Sumatera Utara seperti songket Melayu, Ulos Batak, dan lain-lain.
Sebagai pamungkas rangkaian koleksi, Mel Ahyar Fall/Winter 2023-2024 mencerminkan kejelian mata Mel Ahyar memotret fenomena dua dimensi dinamika budaya yang senantiasa berkonflik: dimensi horizontal yang merupakan sebagai medan pertemuan aspek teknologi, geografi hingga sosio-ekonomi, serta dimensi vertikal yaitu lintas-generasi (Baby Boomers, X, Y/Milenial dan Z). Siluet dalam koleksi ini dipengaruhi mode 1940-2000an.
Terlihat juga dari padu-padan aneka elemen details berbagai dekade dalam tiap piece nya serta kebaya dengan potongan volume yang tegas, geometris, dan asimetris Detail yang dipergunakanadalah detail bunga 3D dari mika, sulaman tangan, sulam usus, tapis, serta efek dari bunga yang diawetkan.
Lewat show ini, Mel Ahyar berinisiatif untuk mengembangkan wastra Nusantara sebagai sumber daya kreativitas terbarukan. Sebab Mel yakin budaya itu sifatnya harus dipelajari, tidak bred in the bone.
"Tidak ada generasi muda yang dari lahir sudah serta-merta langsung berbudaya. Kolaborasi menggunakan wastra tidak hanya untuk meregenerasi pengrajinnya, tapi juga meregenerasi customers dari brand Mel Ahyar,” ujar desainer yang masih aktif blusukan ke berbagai daerah untuk mempelajari ragam wastra ini.
Lebih lanjut lagi, CEO MMAC Arie Panca menambahkan, agar proses regenerasi ini berjalan mulus, dibutuhkan keterampilan tersendiri. "Budaya yang punah menurut kami adalah budaya yang gagal beregenerasi. Yang survive adalah yang berhasil menemukan titik keseimbangan dengan mengakomodasi aspirasi lintas generasi. Memang butuh kepekaan dalam mengenal wastra, mengolah, kemudian memodifikasinya secara respectful as a piece of art terhadap wastra itu sendiri, dan kejelian melihat momentum taste dan market masa kini,” ujar Arie Panca ditemui di sela-sela acara.
Advertisement
Kesuksesan KULTULIBRASI
Kesuksesan koleksi KULTULIBRASI akan terus memotivasi Mel untuk semakin dalam menggali harta wastra Nusantara. “Visi saya menjadikan wastra Nusantara sebagai creative resource yang saya yakini bisa selalu terbarukan tak ada habisnya melalui kolaborasi langsung dengan para pengrajin, maupun asosiasi untuk pengembangan wastra serta pembinaan pengrajin,” tutup Mel seraya tersenyum mengakhiri percakapan.
TENTANG MEL AHYARMel Ahyar sebagai Perancang Busana dengan brand Mel Ahyar telah dikenal sebagai salah satu desainer paling cemerlang di kancah mode Indonesia. Posisi Mel saat ini adalah Direktur Kreatif Grup MMAC yang mengarahkan brand-brand fashion: Mel Ahyar, Happa & XY.
Mel juga aktif sebagai anggota Dewan Kerajinan Nasional (DEKRANAS, Bidang Daya Saing), Warisan Budaya Indonesia (WBI), dan Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI). Pada tahun 2004, Mel mempelajari Haute Couture di ESMOD Paris dan kemudian lulus sebagai The Best Nouvelle Couture Graduate.
Detail yang rumit selalu menjadi sesuatu yang Mel Ahyar dedikasikan dengan penuh percaya diri, bahkan dalam prosesnya tetap dilakukan sepenuh hati secara manual. Selalu ada cinta dan keajaiban dalam budaya, dan di dunia yang mengelilinginya. Mel selalu ingin mewujudkan keinginan yang lebih kuat dari sebelumnya, yaitu menjaga kreasi dengan tangan sebagai ciri khas hasil karyanya. Wujud pengabdian Mel sepenuhnya pada kerajinan tangan dan cinta budaya.Dikenal dengan gaya Embracing Twisted Beauty, Mel Ahyar sebagai brand fashion, didirikan sejak tahun 2006.
Kini, brand tersebut dikelola di bawah MMAC Group, mewujudkan DNA romanticization, eccentricity, dan craftmanship. Brand Mel Ahyar saat ini menjalankan lini Prêt a Couture, Ready-to-Wear, dan custom-made.