Liputan6.com, Jakarta Ramzi, yang selama ini dikenal sebagai sosok yang tegar dan kuat, mengungkapkan keterpukulannya yang mendalam atas meninggalnya sang ibunda, Afiyah Barawas.
Dalam pernyataan yang diucapkan dengan suara terisak, Ramzi mengaku merasa begitu terpukul dengan kabar duka ini.
Sekuat apapun, nyatanya ia tetap rapuh ketika ditinggal oleh seseorang yang paling cintainya yaitu sang ibunda. Diberitakan sebelumnya, ibunda Ramzi meninggal dunia pada Sabtu (19/8/2023).
Advertisement
"Ibu saya, istri saya, anak saya, pasti tahu saya tuh orang yang kuat, sulit untuk meneteskan air mata. Tapi hari ini saya nggak kuat, ternyata saya manusia biasa, manusia normal juga,” ungkap Ramzi sambil menahan tangisnya.
Kabar Duka
Ramzi melanjutkan dengan menggambarkan momen ketika ia mendengar kabar duka pada pagi hari.
"Mendengarkan kabar tadi pagi, ketika saya mau jalan, video call. Napas sudah terengah-engah, ibu Afiyah Barawas binti Muksin Barawas, lahir di Bogor tanggal 6 bulan 5 tahun 60," ujarnya sambil mencoba mengatasi getir dalam hatinya.
Advertisement
Dua Wanita Hebat dalam Hidupnya
Dalam kesempatan itu, Ramzi tak lupa untuk memberikan penghormatan kepada kedua wanita hebat dalam hidupnya, yaitu ibunya dan neneknya, yang saat ini makam keduanya bersebelahan satu dengan yang lainnya.
"Ini (makam) ibu beliau yang meninggal kemarin 2015, dari dua perempuan hebat ini yang telah mendidik beliau melahirkan saya, sampai saya sekarang seperti ini. Dua wanita ini yang mendidik saya dari bayi merah. Sampai akhirnya saya bisa menjadi seperti ini," ceritanya dengan penuh rasa hormat.
Kenangan
Ia juga mengenang saat bagaimana ia menguatkan sang ibunda ketika mempersiapkan diri untuk kepergian neneknya.
"Beliau (nenek) masyaAllah, proses tuanya dilewati. Dari terbaring di rumah, sampai ngomong ngaco, lidah ketarik, kuping mengecil, mata merem, semua proses tuanya dilewati sama beliau, sampai beliau meninggal. Makanya saya sudah siap, justru saya menguatkan ibu saya, ‘nanti kalau mama udah nggak ada, siap nggak?’. Jadi ketika beliau (nenek) meninggal, saya sudah siap mental saya," tuturnya dengan perasaan campur aduk.
Advertisement
Hal Berbeda
Namun, hal itu tidak terjadi saat meninggalnya sang ibunda yang mendadak membuat Ramzi merasa kaget dan tak terduga. Meskipun demikian, ia memahami bahwa kepergian sang ibunda adalah keinginan beliau sendiri untuk bertemu dengan neneknya di alam yang lain.
“Tapi kalau ini saya kaget. Karena pikiran saya, saya akan mempersiapkan (mental) ketika kondisi sudah seperti ibunya (nenek), tapi ternyata memang beliau memang kepingin ketemu sama emak,” tutup Ramzi.