Sukses

Kolaborasi PT Cerita Jadi Film (CJF) dan PFN untuk Film Seribu Payung Hitam dan Sisanya Rindu yang Dibintangi Luna Maya

Film Seribu Payung Hitam dan Sisanya Rindu bakal tayang tahun depan.

Liputan6.com, Jakarta PT Cerita Jadi Film (CJF) dan Produksi Film Negara (PFN) telah secara resmi menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk menggarap film berjudul 'Seribu Payung Hitam dan Sisanya Rindu'. Film ini akan menampilkan sejumlah artis dan aktor ternama Indonesia, termasuk Luna Maya, Christian Sugiono, dan lainnya.

Penandatanganan MoU dilakukan di Kantor PFN Jakarta pada Senin (21/8/2023). Direktur Utama PT CJF, Nevie Vina, dan Direktur Produksi PFN, Tjandra Wibowo, melaksanakan penandatanganan tersebut. Stefanus Dimas Putra, Produser PT JCF, serta jajaran PFN, juga turut hadir sebagai saksi.

Setelah penandatanganan MoU, Tjandra Wibowo, Direktur Produksi PFN, menyambut positif komitmen PT CJF untuk berkolaborasi dalam pembuatan film 'Seribu Payung Hitam dan Sisanya Rindu'. Film ini mengangkat tema perjuangan melindungi hak-hak masyarakat, terutama dalam konteks lingkungan.

"Seribu Payung Hitam dan Sisanya Rindu' menceritakan tentang Sawitri (Luna Maya), seorang aktivis lingkungan yang gigih dalam melawan privatisasi air di desanya. Perjuangannya menarik perhatian publik dan media internasional. Namun, ia dihadapkan pada konspirasi dan ancaman besar yang menguji tekadnya, termasuk pertentangan antara peran sebagai pahlawan masyarakat dan menjaga kepentingan pribadi," ujar Tjandra Wibowo kepada wartawan, baru-baru ini.

 

2 dari 4 halaman

Ide Cerita

Tjandra juga mengungkapkan bahwa cerita film ini berawal dari ide dalam esai dan puisi karya Denny JA yang dibacakan dalam aksi Kamisan. Aksi Kamisan adalah protes yang dilakukan oleh korban pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia setiap hari Kamis di depan Istana Negara, dimulai pada 18 Januari 2007.

"Film ini mengisahkan bagaimana pentingnya memperjuangkan hak asasi manusia," tambah Tjandra.

 

3 dari 4 halaman

Isu Lingkungan

Pesan perjuangan ini, menurut Tjandra, menjadi inti cerita 'Seribu Payung Hitam dan Sisanya Rindu'. Film ini mencoba mengangkat isu lingkungan yang sedang diperjuangkan di Yogyakarta terkait privatisasi lahan untuk air.

Selanjutnya, Nevie Vina, Direktur Utama PT CJF, merasa senang dapat berkontribusi dalam pembuatan film ini. Film 'Seribu Payung Hitam dan Sisanya Rindu' mengandung nilai-nilai penting mengenai hak asasi manusia dan pelestarian lingkungan.

"Saya sangat tertarik untuk berinvestasi dalam film dengan nilai-nilai positif yang dapat mengedukasi masyarakat dan diakui di dunia internasional," kata Nevie Vina.

 

4 dari 4 halaman

Syuting

Proses syuting film 'Seribu Payung Hitam dan Sisanya Rindu' sudah berjalan selama dua minggu di Yogyakarta dan akan selesai pada awal September 2023. Film ini diharapkan akan tayang di bioskop pada tahun 2024. Dimas Putra, Produser PT CJF, berharap film ini dapat mengangkat isu tentang pencemaran lingkungan di Indonesia dan membawa pesan positif kepada masyarakat.

Selain mengejar tujuan komersial, film ini juga diharapkan dapat menjadi inspirasi dan diikutsertakan dalam berbagai festival film internasional di Eropa. Film 'Seribu Payung Hitam dan Sisanya Rindu' merupakan adaptasi dari esai dan puisi. Luna Maya dan sejumlah aktor ternama Tanah Air lainnya juga turut terlibat dalam film ini. Film ini direncanakan akan tayang di seluruh bioskop di Indonesia pada tahun 2024.

Nevie Vina menekankan bahwa film ini tidak hanya ditujukan untuk target penonton besar, tetapi juga ditujukan untuk festival film internasional. "Kita akan membawa film ini ke luar negeri, seperti ke festival di Rotterdam. Kami berharap bahwa film ini bisa memberikan dampak positif jangka panjang," tambahnya.