Sukses

Jessica Wongso Belum Nonton Film Kopi Sianida Wayan Mirna Salihin, Tak Pegang HP dan Gak Ada TV

Pengacara Jessica Wongso, Hidayat Bostam, S.H., buka suara terkait reaksi sang klien setelah film Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso viral di medsos.

Liputan6.com, Jakarta Film dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso viral dalam beberapa hari terakhir. Banyak yang kini mempertanyakan apakah keputusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Oktober 2016, sudah tepat dan memenuhi rasa keadilan masyarakat.

Kini, kondisi terkini Jessica Wongso yang mendekam di Rutan Pondok Bambu Jakarta atas pembunuhan Wayan Mirna Salihin kembali disorot. Publik penasaran bagaimana reaksinya atas film Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso yang trending di Google hingga Twitter.

Selain itu, kopi sianida kembali ramai dibahas netizen. Salah satu pengacara Jessica Wongso, Hidayat Bostam, S.H., buka suara terkait reaksi sang klien. Ia menyebut Jessica Wongso belum, bahkan tidak bisa menonton Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso.

Ia tak memegang ponsel dan tidak ada fasilitas TV berlangganan di lapas. “Jessica mau nonton dari mana? Jessica belum nonton. Karena Jessica enggak punya Netflix,” kata Hidayat Bostam, kami lansir dari video wawancara di kanal YouTube Seleb Oncam News, Kamis (5/10/2023).

 

2 dari 4 halaman

Jessica Wongso Enggak Bisa Lihat

“Itu kan yang berlangganan. Dia enggak ada TV, Jessica enggak bisa lihat dari apa-apa. Handphone enggak punya, komputer enggak ada. Yang ada TV biasa yang ditonton bersama-sama dengan napi-napi yang lain,” ujarnya kepada para jurnalis.

Tujuh tahun lewat sudah sejak majelis hakim menerbitkan vonis. Selama itu pula, kubu Jessica Wongso yakin tak bersalah atas tewasnya Wayan Mirna Salihin di salah satu kafe di Jakarta. Fakta persidangan sudah dibuka ke publik karena sidang ini disiarkan di TV.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Dia Hanya Menghitung Hari

Hidayat Bostam terbilang sering mengunjungi Jessica Wongso untuk sekadar menanyakan kabar dan mengecek kondisi sang klien. Ia menggambarkan aktivitas Jessica Wongso di lapas sekadar menghitung hari. Menanti kebebasan meski hari yang didamba masih lama.

“Dia hanya menghitung hari. Kayak contoh, tadi kita datang ke lapasnya. Melihat Jessica dengan senyum, dia ketawa begitu. Itu hanya di luar. Psikis dan psikologis kan kita enggak (bisa) lihat, ya,” Hidayat Bostam menyambung seraya menyebut kliennya taat aturan lapas.

4 dari 4 halaman

Tapi Hatinya Seperti Apa?

Hingga kini, ia tak mau menebak suasana hati Jessica Wongso setelah film dokumentasi kopi sianida dan terbunuhnya Wayan Mirna Salihin meledak di jagat maya. Hidayat Bostam hanya membayangkan ketegaran hati klien menghitung hari di balik jeruji besi.

“Tapi hatinya seperti apa? Dari hari ke hari lo, 2016 pada Oktober dia diputus bersalah 20 tahun, ancamannya hukuman mati, seumur hidup,” imbuhnya. Sampai detik ini, keyakinan kubu Jessica Wongso tak berubah yakni: Tak bersalah dalam kematian Wayan Mirna Salihin.