Sukses

Influencer Dokter Mungky Sukarnadi Sebut Paradigma Cantik Harus Putih Patut Diubah, Ini Alasannya

Influencer dokter Mungky Sukarnadi menyorot sejumlah kasus yang kerap dihadapinya dari korban krim abal-abal hingga salah kaprah mendefinisikan cantik.

Liputan6.com, Jakarta Nama dokter Mungky Sukarnadi perlahan mulai dikenal publik. Popularitasnya di jagat maya menanjak setelah akun Instagram pribadinya menyerap lebih dari 10 ribu pengikut.

Berkarier sekaligus melayani masyarakat di Lettice Dermatology Clinic Tanjungpinang Jakarta dan Esha Skin Center Karawang, Mungky Sukarnadi, menyorot sejumlah kasus di dunia kecantikan yang kerap dihadapinya dari korban krim abal-abal hingga salah kaprah mendefinisikan cantik.

“Tantangan yang sering saya jumpai dalam praktik, banyak pasien korban krim abal-abal karena saat ini wanita lebih mementingkan putih. Padahal yang terpenting kulit sehat. Putih belum tentu sehat, lo,” sang influencer mengingatkan.

Lewat pernyataan tertulis yang diterima Showbiz Liputan6.com, Rabu (25/10/2023), Mungky Sukarnadi, menjelaskan, muka hasil pakai krim abal-abal biasanya penuh jerawat dan flek. Untuk memulihkannya ke kondisi semula butuh kesabaran ekstra.

 

2 dari 4 halaman

Kadang Mereka Tak Sabar

“Untuk mengembalikan ke kondisi semula tidak instan. Kadang mereka enggak sabar. Selain skincare banyak produk lain seperti handbody, infus whitening, pil pemutih yang tidak aman. Edukasi kepada pasien sangatlah penting,” kata Mungky Sukarnadi.

Setelahnya, ia menyorot sejumlah pasien yang datang ke klinik dengan obesesi berlebih ingin menjadi seperti artis A dan B. Padahal, cantik tak lepas dari penerimaan diri dan komitmen jadi diri sendiri dalam versi terbaik.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Paradigma Cantik Harus Putih

“Paradigma cantik itu putih harus diubah. Tugas saya mengubah mindset itu. Kalau tidak, skincare abal-abal akan dibeli berarapun harganya berikut efek sampingnya. Kadang obsesi pasien berlebihan, ingin kulit putih padahal tiap orang memiliki pigmen kulit masing-masing,” urainya.

Meski berat mengubah paradigma, Mungky Sukarnadi pantang menyerah karena mencintai pekerjaan ini. Masih segar dalam ingatannya, keinginan jadi dokter sudah ada sejak kecil. Jelang lulus SMA, cita-cita itu menguat.

 

4 dari 4 halaman

Saat Mau Lulus SMA

“Saat mau lulus SMA, saya makin yakin masuk kedokteran karena melihat profesi ini bisa membantu atau menolong orang lain. Ini profesi mulia. Ketertarikan dalam ilmu kedokteran juga didukung penuh oleh keluarga besar,” Mungky Sukarnadi berbagi cerita.

Ia pun sadar, bidang pekerjaan apapun tak luput dari invasi teknologi termasuk kedokteran. Karenanya, Mungky Sukarnadi berkomitmen menyediakan fasilitas mutakhir di Lettice Dermatology Clinic dan Esha Skin Center.

“Yang tak kalah penting memberi rasa aman lewat produk dan layanan. Target untuk diri sendiri, saya harus terus update ilmu lewat jurnal terbaru, simposium hingga workshop di dalam maupun luar negeri. Saya ingin terus menjadi manfaat buat orang lain,” pungkasnya.

 

 

Video Terkini