Liputan6.com, Jakarta Kehadiran Rumah Juang Kris Biantoro menandai sebuah pilot project yang mengangkat seri Legend of Indonesia. Acara peluncuran yang berlangsung pada Kamis (23/11/2023) menampilkan Rumah Juang Kris Biantoro, yang terletak di Grha Kris Biantoro, Jalan Bromo Blok K - No. 8 Komplek Bukit Permai, Cibubur, Jakarta Timur, menjadi sorotan.
Kris Biantoro dikenal sebagai seniman dan pejuang yang penuh dengan semangat nasionalisme. Dilahirkan pada 17 Maret 1938, Kris Biantoro adalah figur yang aktif di TVRI, menjadi pemain film, bintang iklan, dan bahkan produser.
Sebagai pengagum Bing Slamet, Kris Biantoro adalah seorang musisi yang handal dalam memainkan gitar. Ia merupakan sosok seniman yang mendirikan Prisindo, sebuah lembaga musik kolektif yang berjuang untuk hak-hak musisi dan seniman di Indonesia.
Advertisement
Rumah Juang Kris Biantoro adalah hasil inisiatif pengembangan yang diawali oleh anaknya, Arto Biantoro. Arto menjelaskan bahwa tujuan dari Rumah Juang ini tidak hanya mengenalkan tokoh-tokoh legenda Indonesia, tetapi juga menghubungkan ekosistem yang lebih luas.
"Tujuan dari Rumah Juang Kris Biantoro ini penting bagi generasi sekarang dan sebelumnya untuk merasakan dan membangun nilai nasionalisme serta karakter kebangsaan. Inisiatif ini menggalang kembali tali yang putus antara generasi-generasi, dan dengan kehadiran Legend of Indonesia, kita kembali terhubung," kata Arto Biantoro saat dijumpai di Cibubur, baru-baru ini.
Inisiatif
Arto menegaskan bahwa inisiatif semacam ini bukan hanya tugas individu atau perusahaan tertentu, tetapi bisa dilakukan oleh siapapun, bahkan keluarga seniman lainnya. Upaya ini juga mendapat dukungan dari Gambaranbrand, Bintang Sempurna, Online Print, City Neon, dan Komunitas Historia.
"Hal ini juga dilatarbelakangi bahwa banyak tantangan termasuk globalisasi sementara generasi sebelumnya memiliki nilai-nilai yang dapat diturunkan dan dapat diadopsi pada generasi sekarang. Pendeknya, ini adalah inisiatif menggalang tali yang putus, gap yang putus, dengan hadirnya Legend of Indonesia maka tugasnya kembali tersambung," kata dia.
Advertisement
Keinginan Sejak Lama
Sari Yok Koeswoyo, anak dari anggota grup musik Koes Bersaudara dan Koes Plus, menyatakan keinginannya yang lama untuk mendirikan museum serupa. Namun, tantangan besar dalam mendirikan museum tersebut adalah pendokumentasian yang baik serta banyaknya memorabilia Koes Plus yang hilang.
"Sudah 10 atau 15 tahun lalu, tetapi ternyata membuat museum itu tidak mudah. Perlu pendokumentasian yang baik dan ternyata banyak sekali memorabilia Koes Plus yang hilang. Yang membuat bahagia, dari banyak penggemar di daerah, pecinta Koes Plus, jika kami suatu saat ingin mendirikan museum, mereka dengan senang hati akan menyumbangkan koleksi yang mereka punya. Ada yang menyimpan spanduk juga lho," kata Sari Yok Koeswoyo.
Inisiatif
Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, memberikan tanggapannya terhadap inisiatif ini. Ia menekankan perlunya menjaga jaringan yang saling terhubung dalam mendirikan museum. Menurutnya, beragam museum dengan keunikan masing-masing perlu tetap terkoneksi, tanpa perlu standarisasi yang ketat.
Pemerintah, katanya, memiliki kewajiban untuk mewujudkan hal ini tanpa harus memaksa semua pihak untuk bersama-sama, tetapi siapa pun yang siap harus maju.
"Tidak perlu seragam dan diseragamkan, tetap dengan keunikannya masing-masing. Kemudian juga tidak perlu harus semuanya bersama, siapapun yang siap dahulu, silakan maju. Pemerintah tidak hanya berminat tetapi berkewajiban untuk mewujudkan hal ini," pungkas Hilmar Farid.
Advertisement