Liputan6.com, Jakarta - Ernest Prakasa selaku produser film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film (JESEDEF) membagikan kisahnya kepada pewarta ketika harus menyetujui pembuatan film, kali ini dalam layar hitam putih.
Film yang juga dibintangi oleh Dion Wiyoko, Sheila Dara, Alex Abbad, dan Julie Estelle ini akan menyajikan elemen visual yang berbeda. Di mana 80 persen film ini akan menampilkan visual hitam putih.
Baca Juga
Shakira Jasmine Rekam Lagu Ingatlah Hari Ini Milik Project Pop Versi Korea, Ernest Prakasa: Wow Fasih Sekali!
Ernest Prakasa Curhat Repotnya Praproduksi Film Cinta Tak Seindah Drama Korea, Bolak-balik ke Seoul
Ernest Prakasa Akui Cinta Tak Seindah Drama Korea Film Termahal Imajinari, Berapa Miliar Bujetnya?
Sesuatu yang baru di industri film Indonesia ini membuat Ernest Prakasa berharap film ini bisa menjadi sebuah film yang menghibur dan sebuah karya yang memberikan pengalaman yang bermakna bagi semua yang menontonnya.
Advertisement
“Semoga hasil terbaik film kedua Imajinari yang produksinya sangat menantang ini bisa menghibur teman-teman semua yang sedang membuka lembaran baru dalam hidupnya,” tutur Ernest.
Sempat Ketar-Ketir
Berdurasi hampir dua jam, penonton disuguhkan perpaduan drama romansa yang dibumbui adegan komedi. Emosi penonton dibuat naik turun lewat alur cerita buatan Yandy Laurens yang tidak terprediksi.
Ernest pun mengaku bahwa dirinya sempat tegang karena khawatir konsep visual hitam putih yang ditawarkan tidak bisa diterima penonton.
Namun, usai penayangan perdana Jatuh Cinta seperti di Film-Film digelar di Epicentrum XXI, Jakarta Selatan pada Jumat (24/11/2023) ia merasa sedikit lega. "Ketawa kalian jadi penghilang deg-degan kami sedikit," ujarnya.
Advertisement
Merasa Seperti Film Horor
Ernest mengatakan bahwa dirinya merasa menanggung beban besar kalau sampai film tersebut tidak laku. Pasalnya ia menggandeng beberapa rumah produksi lain seperti Jagartha, Trinity Entertainment dan Cerita Film untuk menggarap film kali ini.
Bahkan saking takutnya, ia sampai menyebut film romansa ini seperti film horor karena memiliki tampilan hitam putih dan menjadi pengalaman baru baginya yang begitu menantang.
"Kan harus bertanggung jawab ke produser lain gitu. Makanya buat gue, film hitam putih ini horor di kenyataan," ungkap Ernest sambil tertawa.
Lega Penonton Terhibur
Selama penayangan film perdana ini, Ernest mengaku tak henti-hentinya memerhatikan wajah dan ekspresi para penonton untuk memastikan bahwa mereka menikmati filmnya dan terhibur. Dengan begitu, bebannya sedikit terangkat.
"Ternyata kalian relaks dan ketawa. Aku jadi lega, bebanku sedikit terangkat lah. Lega dan plong," ungkapnya kepada pewarta. Ia kemudian menjelaskan pengalamannya menonton film hitam-putih Siti (2016).
Di menit-menit pertama ia merasa janggal namun saat sudah terbawa dengan alur cerita dan karakternya ia justru menikmati film itu. Itulah yang membuat Ernest berani mengambil risiko kalau film kedua Imajinari dalam bentuk layar hitam putih.
Advertisement