Liputan6.com, Jakarta Belajar toleransi dan memanusiakan sesama bisa dari mana saja salah satunya film. Baru-baru ini, ada dua film yang diperkenalkan ke publik sekaligus dijadikan materi diskusi yakni Ahmadiyah’s Dilemma dan Puan Hayati: Threads of Faith.
Ahmadiyah’s Dilemma memotret kehidupan penyanyi rap Malik Ross terkait tantangan identitas dan trauma dalam komunitas Ahmadiyah. Pengalaman dan perjalanan hidup mereka menyentuh hati nurani audiens.
Puan Hayati: Threads of Faith menampilkan komitmen Dwi Utami dan Nata Hening pada keyakinan Puan Hayati di Jawa Tengah. Film ini menguak tantangan yang dihadapi agama-agama lokal di Indonesia.
Advertisement
Dalam pernyataan tertulis yang diterima Showbiz Liputan6.com, Selasa (5/3/2024), sutradara Noor Huda Ismail mengajak publik menghormati keyakinan orang lain karena mereka pun berhak beroleh perlindungan.
Memanusiakan Manusia
Sesi special screening kedua film tersebut digelar di Kampus Unpam Viktor, Buaran Kota Tangerang Selatan, 2 Maret 2024. Selain memperkenalkan Ahmadiyah’s Dilemma dan Puan Hayati, ada sesi gelar wicara serta bedah film.
“Film ini mengajak memanusiakan manusia lain walaupun secara teologis beda keyakinan. Secara sosiologis, kita adalah sesama manusia walaupun beda keyakinan sehingga negara dapat memastikan teman-teman minoritas beroleh hak-hak mereka,” kata Noor Huda Ismail.
Advertisement
Meningkatkan Kesadaran Publik
“Kedua film ini gerakan untuk membangun dan meningkatkan kesadaran publik agar bisa menerima aliran keyakinan lain yang secara sosiologis bagian dari negara dan harus dilindungi,” Founder Kreasi Prasasti Perdamaian (KKP) itu menyambung.
Bedah film dan diskusi ini disambut hangat berbagai pihak salah satunya, Ketua Komisi Nasional Anti-Kekerasan terhadap Perempuan, Andy Yentriyani. Ia mengingatkan bahwa Indonesia negara besar dan kaya keragaman.
Menebalkan Toleransi
Karenanya, Andy Yentriyani berharap Pemerintah Indonesia berkomitmen pada penanganan kasus kekerasan baik terhadap umat beragama maupun perempuan. Kedua film ini jadi pengingat bahwa menebalkan toleransi di tengah keragaman sangat penting.
“Kami telah berdialog dengan Kementerian Agama, Dalam Negeri, Pendidikan dan Kebudayaan. Tiga kementrian ini terlibat, bersama Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM untuk memastikan agar tidak terulang peristiwa tersebut,” cetus Andy Yentriyani.
Advertisement