Sukses

Mengenang Joko Pinurbo, Sebut Gus Dur Ibu Kota Bagi Kaum Teraniaya dalam Puisi Berjudul Durrahman

Sastrawan Joko Pinurbo meninggal dunia di Yogyakarta, Sabtu (27/4/2024). Semasa hidup ia menulis banyak puisi termasuk "Durrahman" untuk Gus Dur.

Liputan6.com, Jakarta Sastrawan Joko Pinurbo meninggal dunia di Yogyakarta, Sabtu (27/4/2024), setelah berjuang melawan penyakit paru-paru. Sejumlah selebritas dan budayawan berduka, merepons kabar Joko Pinurbo mangkat.

Salah satunya, Jaringan Gusdurian. Via akun Instagram terverifikasi pada hari yang sama, Jaringan Gusdurian menyampaikan dukacita seraya mengunggah potret kenangan berikut puisi untuk Gus Dur yang meninggal dunia pada 2010.

Puisi itu berjudul “Durrahman.” “Hormat kami sedalam-dalamnya. Berbaringlah dengan tenang. Karya-karyamu di sini, akan selalu kami kenang. Selamat jalan Pak,” tulis Jaringan Gusdurian.

Dalam status teks, Jaringan Gusdurian menulis, “Joko Pinurbo wafat di usia 61 tahun, meninggalkan syair-syair yang indah bagi kita semua.” Setelahnya tersemat puisi “Durrahman,” tentang pengunduran diri Gus Dur sebagai Presiden Republik Indonesia.

 

 

2 dari 4 halaman

Durrahman

Durrahman

 

Mengenakan kemeja dan celana pendek putih,

Durrahman berdiri sendirian, di beranda Istana

Dua ekor burung gereja hinggap di atas bahunya

Bercericit dan menari riang

Senja melangkah tegap, memberinya salam hormat

Kemudian berderap ke dalam matanya yang hangat dan terang.

 

Di depan mikrofon, Durrahman mengucapkan pidato singkatnya:

Hai umatku tercinta, dalam diriku ada seorang Presiden

Yang telah kuperintahkan untuk turun takhta

Sebab tubuhku terlalu lapang baginya

Hal-hal yang menyangkut pemberhentiannya

Akan kubereskan sekarang juga.

 

Dua ekor burung Gereja menjerit nyaring di atas bahunya

Durrahman berjalan mundur ke dalam Istana

Dikecupnya telapak tangannya

Lalu dilambai-lambaikannya ke arah ribuan orang

Yang mengelu-elukannya dari seberang.

 

Selamat jalan Gus, selamat jalan Dur.

Dalam dirimu ada seorang pujangga yang tak binasa

Hatimu suaka bagi segala umat

Yang ingin membangun kembali puing-puing cinta

Ibu Kota bagi kaum yang teraniaya

Ketika kami smeul ingin jadi Presiden

Baju Presidenmu sudah lebih dulu kautanggalkan.

 

3 dari 4 halaman

Rest In Peace, Legend

Sejumlah netizen melayangkan dukacita atas meninggalnya Joko Pinurbo. “Nderek Belasungkawa,” @loli**** mencuit di kolom komentar. “Rest in peace legend,” @nua**** menambahkan.

Diberitakan sebelumnya, Najwa Shihab sebagai salah satu penggemar Joko Pinurbo menyampaikan dukacita atas meninggalnya sang sastrawan. Ia menyebut “Kamus Kecil” karya Joko Pinurbo sebagai favoritnya.

4 dari 4 halaman

Ini Luluh yang Berbeda

Najwa Shihab menyatakan, membaca puisi Joko Pinurbo ibarat genggaman erat yang menarik pikiran dan hati ke sebuah perjalanan menyenangkan. Tak berhadapan dengan struktur sajak rapi, rima teratur, atau pilihan kata asing yang menuntut kamus untuk mencari makna tersirat.

Dan pagi tadi saya dengar kabar itu, kabar kehilangan. Ini luluh yang berbeda. Oleh rasa sesak dan duka, bukan oleh kebungahan yang biasa saya temukan dari puisi terbaik Joko Pinurbo. Terimakasih Mas Penyair,” ujarnya di akun Instagram terverifikasi.