Sukses

6 Cerita Seru Joko Anwar di Balik Layar Nightmares and Daydreams, soal Menara Jam Raksasa hingga Legenda Agartha

Joko Anwar’s Nightmares and Daydreams sendiri terdiri dari tujuh cerita yang terjadi dalam rentang waktu 1985-2024, mengenai kejadian ganjil yang dialami sejumlah orang.

Liputan6.com, Jakarta Joko Anwar’s Nightmares and Daydreams yang baru-baru ini rilis, menjadi angin segar bagi pencinta film bergenre sci-fi yang selama ini jarang diangkat. Serial tujuh episode ini mulai tayang di Netflix pada Jumat 14 Juni 2024 dan memantik percakapan hangat di medsos.

Tak sedikit yang memberi komentar hingga menyusun teori soal plot ceritanya.

Watching joko anwar’s nightmares and daydreams and maybe the real horror is the poverty we witnessed along the way (Nonton Joko Anwar’s Nightmares and Daydreams, dan mungkin kengerian yang sebenarnya adalah kemiskinan yang kita saksikan selama ini),” cuit @SAIZ***** via X atau Twitter.

Perbincangan malam Iduladha serba-serbi teori @jokoanwar ’s nightmares and daydreams ft me and my cousin,” kata @justal****.

Joko Anwar’s Nightmares and Daydreams sendiri terdiri dari tujuh cerita yang terjadi dalam rentang waktu 1985-2024, mengenai kejadian ganjil yang dialami sejumlah orang dari penulis, nelayan, hingga pemulung. Benang merah dari ketujuh cerita ini kemudian disimpulkan dalam episode terakhir.

Tak cuma plotnya, pembuatan serial ini pun punya banyak cerita. Joko Anwar menceritakan enam di antaranya. Apa saja?

2 dari 7 halaman

1. Nightmares and Daydreams Butuh Waktu Bertahun-tahun

Butuh waktu bertahun-tahun sampai akhirnya Nightmares and Daydreams bisa sampai ke hadapan penonton. Proses praproduksi hingga pascaproduksi memakan waktu hampir tiga tahun. Syutingnya berlangsung selama satu tahun.

“Syuting episode pertama dimulai Juni 2022 dan syuting hari terakhir adalah Juni 2023,” kata Tia Hasibuan, produser sekaligus salah satu penulis serial ini, dalam production notes yang dirilis Netflix.

Tak cuma itu, persiapan untuk masing-masing episode tak main-main, tak jauh beda dengan membuat film panjang. “Jadi boleh dibilang membuat satu serial ini seperti menggarap tujuh film sekaligus,” ia menambahkan.

3 dari 7 halaman

2. Keterlibatan 65 Aktor dan Aktris

Joko Anwar’s Nightmares and Daydreams melibatkan tak cuma segelintir aktor dan aktris Tanah Air. Jumlahnya 65 orang dan berasal dari lintas generasi.

Beberapa di antaranya adalah Ario Bayu (Panji), Fachri Albar (Ali), Asmara Abigail (Valdya), Marissa Anita (Rania), Lukman Sardi (Wahyu), Nirina Zubir (Ipah), Yoga Pratama (Iyos), Sita Nursanti (Dewi), dan Ayu Laksmi (Laksmi).

Joko Anwar rupanya mempresentasikan ide mengenai Nightmares and Daydreams ini kepada pemainnya, satu demi satu.

4 dari 7 halaman

3. Asal Muasal Tokoh Panji

Joko Anwar’s Nightmares and Daydreams menyimpan banyak jejak personal sang sineas. Termasuk mengenai karakter Panji, sopir taksi yang diperankan Ario Bayu. 

“Di awal karier dulu, saya sempat tinggal di rumah susun. Ada sopir taksi yang sering bercerita ke saya tentang kisah hidupnya, dan dari sana karakter Panji muncul,” tutur Joko Anwar.

5 dari 7 halaman

4. Muncul Sebentar, tapi Pengerjaannya Rumit

Dari seluruh adegan Joko Anwar’s Nightmares and Daydreams, ada satu cuplikan yang hanya muncul sekilas tapi pengerjaannya begitu rumit. Adegan tersebut tak lain adalah kilasan tentang dunia Agartha, yang dilihat oleh Rania (Marissa Anita).

"Tampilnya bisa jadi cuma sebentar, tapi pengerjaannya cukup lama karena ingin kami sesuaikan dengan visi Abang (Joko Anwar),” kata Abby Eldipie, koordinator efek visual serial ini.

6 dari 7 halaman

5. Tentang Agartha dan Hollow Earth

Agartha tak hanya khayalan Joko Anwar semata, tapi legendanya juga ada di dunia nyata dan terkait teori hollow earth alias bumi yang kopong. Bagi yang memercayainya, konon di bawah bumi terdapat peradaban yang dihuni makhluk dengan julukan Agarthan.

Ide cerita Nightmares and Daydreams memang berasal dari Joko Anwar yang tertarik dengan kisah soal makhluk dari perut bumi. Proses penulisannya digarap bareng dengan penulis lain, Tia Hasibuan dan Rafki Hidayat.

“Semuanya berawal dari Abang (Joko Anwar). Kami diberikan beberapa rujukan bacaan tentang Agartha, lalu menggodok karakter dan cerita yang dipilih bareng-bareng,” ungkap Tia.

7 dari 7 halaman

6. Practical Effect Sama Pentingnya dengan Visual Effect

Seperti sinema fiksi-ilmiah pada umumnya, Nightmares and Daydreams juga sangat bergantung pada efek visual. Namun, Joko Anwar dan dua sutradara lainnya, yakni Ray Pakpahan dan Tommy Dewo tak mau meninggalkan practical effect atau efek praktis.

Untuk episode "Encounter" misalnya, tim produksi membangun set rumah yang dipasangi mesin untuk membuatnya tergoncang hebat. Sementara dalam episode "Hypnotized," dibangun menara jam ukuran jumbo.

"Itu benar-benar kami bangun. Kami membangun menara jam dengan ukuran sesungguhya sehingga dalam adegan di mana sang aktor bergantung pada jarum jam, itu terasa nyata," tutur Joko Anwar, dalam video obrolan bersama sutradara Parasyte: The Grey yang dirilis Netflix pada April lalu.