Liputan6.com, Jakarta - Ferry Maryadi tampak tegar melepas kepergian ibunda tercinta untuk selamanya. Setelah sempat disemayamkan di rumah duka, jenazah ibunda Ferry Maryadi meninggal dunia, dimakamkan di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan.
Rupanya, apa yang dirasakan Ferry tak setegar seperti yang terlihat. Ferry mengaku berusaha kuat, meskipun hatinya terasa hancur ditinggal sosok yang dicintainya.
"Kelihatannya aja tegar. Ya namanya saya anak bungsu, ditinggal mama sudah pasti hancur, patah hati. Cuma ya dikuatin aja," aku Ferry usai proses pemakaman, di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan, Kamis (15/8/2024).
Advertisement
"Kalau saya terlihat hancur di depan istri dan anak, bagaimana jadinya mereka," sambung Ferry.
Â
Ingat Nasihat Seorang Imam
Ferry berusaha tegar karena teringat nasihat tentang bagaimana seharusnya seorang imam bersikap, di tengah duka yang mendera. Sementara posisi Ferry merupakan kepala rumah tangga, sekaligus suami untuk Deswita Maharani.
"Saya selalu diamanati sama sahabat saya yang paham agamanya, kita sebagai imam paling tidak jangan terlihat rapuh dan lemah meski di dalam hatinya hancur," jelas Ferry.
Â
Advertisement
Jadi Pukulan Telak
Ferry mengakui kepergian sang ibu menjadi pukulan telak baginya. Namun ia merasa harus tetap terlihat tegar dan kuat, terutama di depan anak dan istrinya.
"Kalau kelihatan lemah dan rapuh, bagaimana anak dan istri kita. Walau terlihat tegar dan ikhlas, tetap nangis dan kehilangan," ungkapnya.
Â
Sudah Kritis
Deswita menambahkan, ibu mertuanya sempat dirawat sebelum berpulang. Almarhumah saat itu sudah dalam keadaan kritis dan tidak sadarkan diri.
"Sudah 3 hari dua malam dan kondisi kritis, memang mama sudah tidak sadar kondisinya. Dalam arti medis sudah kritis responnya pun minim," ucap Deswita.
Advertisement