6 Potret Najwa Shihab Ikut Lomba 17 Agustus Tarik Tambang hingga Bakiak, Menang Kalah Tak Masalah

Tampil gaya dengan kaus putih lengan pendek dan celana panjang warna turangga, Najwa Shihab tampak mencengkeram tali tambang lalu menariknya sekuat tenaga. Meski lagi kerja keras memenangkan lomba, ia tetap tersenyum.

“Salah satu lomba favorit saya ya tarik tambang. Selain menguji otot lengan, kaki, dan kekompakan, ini lomba yang mudah kita maknai sebagai simbol mempertahankan persatuan,” tulis Najwa Shihab di akun Instagram terverifikasi, 17 Agustus 2024.

Bagi Najwa Shihab, tarik tambang memiliki makna mendalam. Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote, harus digenggam erat sama-sama agar terpaut padu. Dengan kata lain, ini tentang persatuan dan gotong royong mencapai tujuan.

“Kemenangan bukan milik satu orang, tetapi hasil jerih bersama. Seperti itulah bangsa ini berdiri, kuat karena bersatu, seperti tarik tambang,” cuitnya lalu menyindir tipis-tipis, “Ya kan? Daripada tarik-tarikan tambang yang lain ~.” Mbak Nana bisa saja...

Salah satu potret memperlihatkan Najwa Shihab memimpin tim untuk memenangkan lomba bakiak. Yang ini benar-benar menguji kekompakan dalam menyatukan langkah lalu berjalan cepat.

Sebagai pemimpin regu, Najwa Shihab mengayun langkah sementara sejumlah cewek mengikuti dengan memegangi pinggang rekan yang berdiri di depan. Najwa Shihab tampak antusias sambil tertawa.

Najwa Shihab lantas menyampaikan perspektif terkait lomba 17 Agustusan yang digelar di berbagai wilayah di Tanah Air. Banyak di antara lomba khas 17-an sudah eksis sejak masa pra-kemerdekaan, sebagai hiburan jelata maupun para bangsawan.

“Itu kita warisi hari ini sebagai permainan-permainan rakyat yang darinya kita mengandalkan kerja keras, gotong royong, mental, keterampilan, hingga strategi—syarat-syarat yang mengantar perjuangan sampai pada kemenangan,” ujar Najwa Shihab.

Upacara dan lomba akan selalu mewarnai 17 Agustus. Najwa Shihab menilai upacara bendera itu sakral dan seringkali menggetarkan hati. Namun beragam lomba berikut hadiahnya selalu jadi momen yang selalu dinanti.

“Tapi sebagian dari kita, apalagi anak-anak, kalau sudah dengar kata 17-an, rasanya lebih ketagihan beria-ria dengan lomba-lombanya. Karena dari sana kita pulang bawa hadiah, bawa teman baru, bawa cerita seru,” ia menulis.

Suasana kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 kini hanya bisa kita rasakan dari tuturan di buku sejarah dan arsip rekaman yang disimpan negara. Itu pun jumlahnya terbatas dan tak semua orang bisa mengaksesnya.

Namun kita bisa memaknai dan merayakannya dalam bahagia setahun sekali. “Tapi untungnya kita punya tradisi untuk merayakannya, menggali emosi kegembiraan yang sama, setidaknya setahun sekali,” Najwa Shihab membeberkan. Setuju!