Liputan6.com, Jakarta Musisi dan penggemar atau para pencinta seni selalu punya cara untuk bertemu. Mengingat, di Jakarta, misalnya, musik tak harus menggema di lounge atau kafe gedongan. Compound space kini bisa jadi wadah pertemuan musisi dengan fans.
Ini disampaikan Project Manajer Berita Angkasa, Syadza Muhammad Fadhlan Erlangga, kala membahas komunitas seni di Jakarta dan sekitarnya. Cowok yang akrab disapa Sena ini mengulas, makin ke sini, membuat musik makin mudah.
Produk seni dari band dan solis, makin banyak. “Sayang, belakangan ada beberapa tempat komunitas yang tadinya jadi incaran musisi baru tutup pasca-pandemi Covid-19,” katanya kepada Showbiz Liputan6.com di Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Advertisement
Satu tempat tutup, yang lain terbuka. Itulah yang terjadi di Jakarta. Melihat permintaan yang tinggi dari para pelaku seni atau seniman, artinya butuh dukungan tempat yang memadai sekaligus nyaman. Di sisi lain, musik kini jauh lebih luwes.
Kelompok Penerbang Roket
“Enggak harus di tempat-tempat underground. Bahkan kafe-kafe sekalipun, selama itu memang mendukung aktivitas, pasti disambut hangat komunitas musisi dan pencinta musik. Harapannya ke depan tempat seperti ini makin banyak,” Sena menyambung.
Berkaca pada pengalaman, perusahaan rekaman Berita Angkasa sudah lebih dari satu dekade mengabdi di dunia musik. Salah satu artis tertua mereka adalah Kelompok Penerbang Roket (KPR) yang punya fans garis keras, Pencarter Roket.
Saat pandemi Covid-19 melanda dunia, pembelian album fisik anjlok. Dua tahun terakhir, komunitas musik aktif lagi mengadakan perkumpulan. Rilisan fisik berupa souvenir dan album bergairah lagi. Pertemuan artis dengan fans bersemi lagi.
Advertisement
Medsos dan Gen Z
“Fans KPR adalah fanbase komunal. Jadi memang penjualan kaset dan souvenir habis oleh Pencarter Roket. Mereka yang usianya 30 atau 20 tahunan masih aktif. Kekuatan komunitas memang sebesar itu,” Sena membeberkan.
Kekuatan medsos untuk mengumpulkan orang dan membentuk komunitas baru juga besar. Karenanya, Sena mengajak pelaku industri kreatif termasuk perusahaan rekaman hingga pengusaha kafe tak menampik kekuatan medsos seperti Instagram dan TikTok.
“Jangan menutup mata bahwa medsos gen Z sekali tapi mari mengakomodasi apa yang telah menjadi tradisi dengan nilai-nilai modern,” pungkasnya. Ini disampaikan Sena dalam gelar wicara dan sesi perkenalan Kumpul JKT dengan awak media.
Ruang Kreatif Terbuka
Compound space merupakan ruang kreatif terbuka yang menawarkan suasana estetik dan artistik dengan berbagai tenant, khususnya food and beverages. Owner Kumpul JKT, Fuad Azlin, menjelaskan Kumpul JKT di Tebet Jakarta Selatan mengusung konsep industrialis dengan ruang terbuka.
Ada sejumlah meja dan kursi untuk berinteraksi. Bahkan ada panggung yang memungkinkan seniman baik musisi maupun disjoki “berlaga” untuk menghangatkan suasana. Ada enam tenant yang telah bergabung di Kumpul JKT dengan beragam cita rasa.
“Jadi di sini ada berbagai makanan mulai dari Indonesia food hingga yang kekinian. Kita juga menargetkan untuk para pegawai makan siang. Jadi bukan foodcourt bukan juga kafe,” beri tahu Fuad Azlin seraya menyebut, pemilihan tenant tak sembarangan.
“Misalnya menu tidak boleh sama dengan lainnya. Selain itu, UMKM tersebut harus pernah berjualan makanan dan minuman dengan rekam jejak peminat yang bagus,” ujarnya. Diharapkan, Kumpul JKT jadi wadah interaksi seniman dan audiens, juga warga Jakarta pada umumnya.
Advertisement