Liputan6.com, Jakarta - Pagi itu, hati Daniel Rotinus berbunga-bunga. Setelah mandi, dia langsung bersiap-siap, sambil bernyanyi-nyanyi ringan.
Kaos Lynyrd Skynyrd, band rock lawas asal Florida, Amerika Serikat dia sambar dari lemari, dipilihnya sebagai busana yang menemaninya menghadiri sebuah hajatan rock, plus topi hitam sebagai identitas khasnya.
Pria yang punya hoby ke gym ini tak mau ketinggalan pesta bersama para rocker lainya. Darah Daniel memang rock n roll dan itu sudah mengalir deras sejak SMA sekitar tahun 1990-an.
Advertisement
Maka itu, asam urat yang menyengat kaki kirinya pun tak menghalanginya untuk mengegas motor dari Depok menuju Kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Tujuan Daniel hanya satu: menikmati pesta rock n roll!
Kisah Bayu Timor lain lagi. Pria tinggi tegap ini rela menyisihkan waktu yang tak sedikit demi ikut menikmati dan merasakan kembali suasana rock era 1990-an.
Bersama seorang kawan, di tengah panas matahari yang menyengat, dia melesat dari Bekasi menuju TMII. Padahal, pada dini harinya, dia harus langsung menuju Sukabumi dengan mobilnya, lantaran harus menghadiri sebuah acara di Minggu pagi.
Bayu sebenarnya, ingin menepis acara tersebut dan fokus berpesta di TMII. Namun posisinya sebagai petinggi di sebuah perguruan bela diri, tidak memungkinkannya untuk mengelak. “Tapi, yang penting rock n roll dululah,” ujar pria dengan rambut sebahu ini.
Titik pusat yang dituju Daniel dan Bayu hanya satu: Plaza Barat TMII, tempat digelarnya Rock Legends Festival yang dipromotori oleh BDG dan berkolaborasi dengan Rich Music serta Raspati Management, dengan dukungan penuh TMII.
Rock Legends Festival memang dirancang khusus sebagai sarana nostalgia musik rock ‘jadul’ yang biasa menemani telinga tahun 1980-1990-an. Tak heran, festival ini menjanjikan pengalaman musik yang akan membawa bernostalgia ke masa kejayaan rock.
Dengan mengusung title “legend”, penyelenggara pun “bertanggung jawab” menghadirkan band-band legendaris dan punya nama besar di Tanah Air.
Maka itu, yang masuk line up pun band-band atau musisi yang sempat punya nama besar dan berkibar di era 1990-an. Sebut saja U’Camp, Grassrock, Powerslaves, Whizzkid, Mel Shandy, Ikang Fawzi, Edane, hingga Godbless sebagai pamungkas.
Tak hanya para legend, panitia juga memasukkan musisi rock kekinian namun bisa mewakili rock 1990-an, salah satunya Nayl Author, seorang rocker jebolan ajang pencarian bakat di salah satau stasiun televisi swasta.
Kental Suasana Rock
Yang jelas, begitu memasuki Plaza Barat TMII, suasana rock sudah begitu kenal terasa. Dua panggung besar: Legend dan Lounge disiapkan panitia untuk para performer unjuk kebolehan.
Penyelenggara juga menyediakan beberapa booth makanan dan minuman. Begitu beberapa booth merchandise, selain tenda medis, toilet, dan musala.
Dan, tentu saja tidak hanya Daniel dan Timor yang hadir di sana. Siang itu, ratusan penggemar music rock yang kebanyakan mengenakan kostum hitam, sudah merampat di tengah hari yang terik. Sebab, memang sudah sejak lepas Dhuzur, festival dibuka dengan penampilan GIASS di panggung Legend.
Setelah itu tampil band kugiran asal Bandung, U’Camp. Band yang kini dimotori Ovy dan Iram (gitar), serta Rudy Karamoy (vokal) ini mendapat sambutan meriah saat membawakan hits mereka, “Bayangan”.
Setelah U’Camp, tampil berturut-berturut Nayl Author dan Bunga. Tony Vialy, vokalis Bunga, dengan gaya yang khas dan outfit menterengnya, sukses menghibur audiens yang hadir sejak siang.
Dan, tentu saja, lagu yang ditunggu-tunggu dari Bunga adalah “Kasih Jangan Kau Pergi”. Audiens pun serempak ikut bernyanyi bersama.
Sebelum menyanyikan lagu ini, Tony sempat menyebut mendedikasikan lagu ini untuk sahabatnya mendiang Galang Rambu Anarki, yang meninggal pada 1997. Galang adalah mantan personel Bunga yang juga putra penyanyi legendaris Iwan Fals.
Advertisement
Peterson Grassrock Bikin Panas
Menjelang sore, massa pun terus berdatangan. Audiens di bibir panggung pun mulai menyemut, saat Grassrock tampil sekitar pukul 14.30 WIB.
Band yang digawangi Rere (drum), Ed Kemput (gitar), Denny Irenk (kibor), Zondy (bass) dan Hanz Sinjal (vokal) ini tampil membawakan empat lagu, “Prasangka”, “Adakah Hasratmu” dan dua lagu lainnya, “Peterson” dan “Changes” (Yes), featuring The Singing Lawyer, Kadri Mohamad.
Yang juga istimewa, Grassrock juga menghadirkan Mando di sesi kibor. Mando adalah pemain kibor Grassrock saat mereka menjulang di era 1990-an dengan hitsnya “Peterson” dan “Gadis Tersesat”.
Aksi Grassrock dengan Petersonnya sukses membakar adrenalin massa yang memang sudah terpanggang panas matahari. Tambahan lagi ketika Powerslaves tampil selepas Grassrock.
Heidy Ibrahim dan kawan kawan langsung membuat massa ikut bernyani dengan hits-hits mereka, seperti “Metal Kecil”, “Impian”, “Malam Ini” dan “Sisa”.
Di lagu “Impian”, Heidi sempat membuat heboh dengan turun dari panggung menghampiri audiens dan bernyanyi di tengah tengah penonton. Seru.
Mel Shandy Unjuk Gigi
Atmosfer rock makin kental terasa saat lady rocker Mel Shandy tampil diiringi Sea Rock Band, selepas Powerslaves. Pasalnya, dari tiga lagu yang dibawakan penyanyi sal Bandung ini, dua di antara bertemu cepat, "Ulah Tuan dan Nona” dan “Nyanyian Badai”.
Sementara satu lagu lainnya, adalah "Bianglala" yang merupakan ciptaan mendiang Yocky Suryoprayogo. Lagu ini pula yang pertama kali mengangkat nama Mel Shandy di permukaan musik rock Indonesia di taun 1989.
Namun, sebelum Mel Shandy tampil lady rocker era 1990-an Lady Avisha terlebih dahulu beraksi di panggung Lounge.
Menjelang malam, massa terus berdatangan. Mereka yang datang belakangan ini juga sempat menikmati sajian apik dari Ranie Klees dan Chitra Respati, sebelum break azan Magrib.
Advertisement
Edane Bawa Nuansa Metal
Usai Magrib, Firman Ink, penyanyi asal Bandung membuka kembali konser dari panggung Lounge, sebagai pengantar Edane yang akan tampil di panggung Legend.
Edane sendiri tampil full team malam itu. Eet Sjahranie dan Hendra Zamzami (gitar), Fajar Satritama (drum), dan Ervin (vokal), dibantu Ari pada bass.
Mereka langsung menghajar dengan lagu-lagu jagoan seperti “Zep 170 Volts”, “Living Dead”, serta “Kau Manis Kau Iblis”. Nuansa metal pun mulai menyeruak lewat sound gitar Eet dan Zamzami yang begitu tebal distorsinya. Apalagi saat mereka meng-cover lagu Sepultura, “Territory”.
Eet juga sempat bersolo ria, memainkan “Evolusi”, nomor instumental yang ada di album pertama, mereka, sebelum memainkan “Ikuti”.
Penampilan Edane makin lengkap karena di Rock Legend Festival ini mereka mengajak Robby Matulandi, vokalis Edane di album Time to Rock yang dirilis tahun 2005.
Robby kemudian didaulat menyanyikan "Rock In 82" dan “Time to Rock” yang memang merupakan materi dari album Time to Rock. Roby juga merupakan penulis lirik lagu “Rock in 82”.
Godbless Paling Ditunggu
Namun, memang kehadiran Godbless yang tampil sekitar pukul 21.00 WIB, sepertinya yang memang paling ditunggu.
Pada saat itu, audiens yang hadir diperkirakan telah mencapai sekitar dua ribu orang, kembali dipaksa fokus ke panggung Legend tempat Godbless beraksi, setelah sempat menyaksikan Budi Cilok di panggung Lounge.
Donny Fattah, pemain bass Godbless yang sempat mengalami masalah kesehatan, bermain di dua lagu awal: “Musisi” dan “Kehidupan”.
Setelah itu, grup yang didirikan tahun 1973 ini melanjutkan konser mereka dengan pemain bass Arya Setyadi, mendampingi Achmad Albar (vokal), Ian Antono (gitar), Abadi Soesma (kibor), dan Fajar Satritama (drum).
Hits-hits mereka seperti “Menjilat Matahari”, “Rumah Kita”, serta dua dari album solo Achmad Albar, “Panggung Sandiwara” dan “Bis Kota” pun berhasil memelihara adrenalin rock massa, yang memang telah menyala sejak siang hari.
Namun, sebelum Godbless, Ikang Fawzi terlebih dahulu tampil menghibur. Rocker yang juga aktor film di era 1990-an ini pun menggelar hits-hits yang disambut meriah oleh audiens.
“Catatan Si Boy”, “Air Api”, “Hakiki”, “Salam Terakhir”, dan “Preman” yang dinyanyikan Ikang berhasil mengajak massa untuk bernyanyi bersama, sebelum dia menutup gig dengan “Permata Hitam”.
Advertisement
Whizzkid Pamungkas
Rock Legends Festival ini sendiri dipungkasi oleh penampilan Whizzkid, dengan vokalis Redy yang menggantikan Hengky Supit. Sebelumnya Jon Angelz tampil membawakan lagu-lagu Bon Jovi.
Penampilan Redy mendapat soroan khusus karena mampi menjangkau nada-nada tinggi sang vokalis asli di era keemasan Whizzkid. Hengky sendiri saat ini bermukim di Belanda.
Di luar Redy, Whizzkid tampil dengan formasi original mereka di tahun 1990-an. Ada Jaya dan Ayat (gitar), Achonk (bass), dan Agil (drum).
Mereka menggelar hits-hits seperti “Rumah Api”, “Baju”, “Gadis Kecil”, serta tentu saja “Percayalah” yang mendapat sambutan meriah dari audiens.
Penonton Happy
"Gila, bagus-bagus semua mainnya, bersih!" ujar Daniel, yang mengaku tidak sia-sia melawan rasa sakit asam urat di kaki. "Terutama Grassrock, keren banget. Mereka memainkan lagu Yes juga rapi banget."
Begitu juga dengan Bayu Timor, yang mengaku sangat puas menyaksikan band-band yang tampil.
"Band-band yang main berkelas semua, terlihat betul jam terbang mereka. Kita juga jadi bisa bernostalgia dengan lagu-lagu yang menemani kita di tahun 1990-an," ujar Bayu, seraya bersiap-siap memacu mobilnya menuju Sukabumi.
Sementara dari sisi musisi, gitars Grassrock, Edi Kemput mengaku sangat mengapresiasi acara ini. Selain sebagai ajang silarahim para rocker, ajang seperti ini juga memberi motivasi bagi mereka, para musisi.
"Kami jadi lebih bersemangat lagi untuk berkarya," ujarnya.
Advertisement