Sukses

Profil Rhapsody of Fire, Band Metal Simfoni Asal Italia yang Siap ke Indonesia, Lagu-lagunya Digarap Ala Dongeng Fantasi

Sebelum membeli tiket konser Rhapsody of Fire di Jakarta, ada baiknya kita mengenal perjalanan band bergenre symphonic power metal asal Italia ini.

Liputan6.com, Jakarta Para penggemar musik bergenre power metal akhirnya mendapatkan kabar gembira pada tahun ini. Salah satu band yang cukup terpandang di industri musik metal secara global, Rhapsody of Fire, bakal siap menapakkan kakinya ke Indonesia jelang akhir Agusuts 2024 ini.

Kabar ini disampaikan oleh pihak A Metal Project, promotor khusus musik keras yang membawa Rhapsody of Fire ke Tanah Air. Rencananya, Rhapsody of Fire akan tampil di GC Hall Mall Gandaria City lantai 3 Jakarta Selatan, pada 27 September 2024 mendatang.

Tentunya, tak semua pendengar musik di Indonesia menikmati musik metal, dan tak semua pecinta metal juga mendengarkan Rhapsody of Fire. Namun setelah mengetahui kabar rencana kedatangan Rhapsody of Fire ke Indonesia, mungkin saja banyak yang penasaran.

Alhasil, ada baiknya sebelum membeli tiket konser yang menjadi bagian dari tur internasional mereka, kita mengenal lebih dekat siapa Rhapsody of Fire. Yuk kita simak profil serta perjalanan band bergenre symphonic power metal asal Italia ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Awal Terbentuk

Rhapsody of Fire merupakan band yang dibentuk di Trieste, Italia, pada 1993 silam. Grup ini mulanya diberi nama Thundercross dengan personel awal Luca Turilli (gitar), Alex Staropoli (keyboard), dan Daniele Carbonera (drum).

Thundercross terpengaruh dari gaya bermusik Helloween, Crimson Glory, Manowar, hingga Yngwie Malmsteen dan Jason Becker.

Pada tahun 1994, mereka menggandeng Cristiano Adacher sebagai vokalis untuk menggarap demo lagu "Land of Immortals", sementara pemain bassnya berganti-ganti.

Setelah mendapatkan label rekaman, mereka mengganti nama menjadi Rhapsody dan merampungkan "Eternal Glory". Namun, Cristiano Adacher keluar dan digantikan oleh Fabio Lione pada tahun berikutnya.

Dengan masuknya Fabio Lione, Rhapsody (belum ditambah 'of Fire') pun langsung memulai kiprah mereka di dunia musik dengan memproduksi album dan tampil di sejumlah konser.

3 dari 6 halaman

Produktivitas sebagai Band

Album Legendary Tales dirilis Rhapsody pada tahun 1997. Lagu-lagu dalam album ini tak hanya mengalunkan irama metal nan distortif, namun juga sarat dengan warna musik klasik dan baroque. Membuat Rhapsody disebut mengusung symphonic power metal atau metal simfonik.

Rhapsody pun makin produktif pada tahun-tahun berikutnya dengan album-album selanjutnya, yakni Symphony of Enchanted Lands (1998), Dawn of Victory (2000), Rain of a Thousand Flames (2001), hingga Power of the Dragonflame (2002).

Menariknya, lagu-lagu di tiap album Rhapsody memiliki jalinan cerita bak kisah dongeng fantasi. Bahkan, lagu-lagu dalam album di atas, dilabeli dengan tajuk Emerald Sword Saga. Hal yang sama dilakukan kembali sejak 2004.

Mereka merilis album Symphony of Enchanted Lands II: The Dark Secret yang menjadi awal dari The Dark Secret Saga. Menariknya lagi, mendiang aktor Christopher Lee yang dikenal sebagai Saruman dalam film-film The Lord of The Rings, terlibat mengisi narasi di album-album The Dark Secret Saga.

 

4 dari 6 halaman

Pergantian Nama Menjadi Rhapsody of Fire

Pada tahun 2006, para personel Rhapsody resmi mengganti nama mereka menjadi Rhapsody of Fire lantaran sebelumnya sempat terkendala isu merek dagang. Pengumuman pergantian nama ini sempat disampaikan melalui situs resmi mereka dengan tambahan kutipan dari Luca Turilli dan Alex Staropoli.

"Para anggota band menganggap ini sebagai awal baru yang hebat, mencerminkan arah yang berani dan makin megah yang telah diambil oleh musik mereka," begitu pihak manajemen band menyampaikan kala itu.

"Kekuatan Dragonflame akan menyala lebih terang dari sebelumnya," tulis Luca Turilli.

"Nama Rhapsody of Fire lebih mewakili energi yang selalu ada dalam band ini dan musiknya," kata Alex Staropoli menambahkan.

Setelah merilis album Triumph or Agony (2006), Rhapsody of Fire sempat vakum sejak 2008 hingga 2010 gara-gara terkendala masalah hukum dengan label Magic Circle Music.

Alhasil, para personel berfokus pada proyek solo maupun di luar Rhapsody of Fire hingga mereka bergabung dengan label rekaman baru, Nuclear Blast Records.

5 dari 6 halaman

Keluarnya Luca Turilli dan Fabio Lione

Sempat merilis album The Frozen Tears of Angels (2010) dan From Chaos to Eternity (2011) yang menjadi akhir dari The Dark Secret Saga, Rhapsody of Fire harus kehilangan sang gitaris sekaligus penulis lagu utama yang tak lain adalah Luca Turilli. Ia keluar bersama pemain bass kala itu, Patrice Guers.

Setelah keluar, Luca Turilli secara mengejutkan membentuk band baru yang ia beri nama Luca Turilli's Rhapsody bersama Patrice Guers dan gitaris session Dominique Leurquin yang pernah terlibat bersama Rhapsody of Fire. Mereka juga mengajak Alex Holzwarth di posisi drum yang masih menjadi drummer Rhapsody of Fire.

Menariknya, Luca Turilli menyebut proyeknya sebagai kelanjutan paralel dari Rhapsody of Fire dengan album pertamanya merupakan album ke-11 Rhapsody. Luca Turlilli juga menyebut dirinya tak meninggalkan band namun menjadikannya sebagai dua grup.

Sayangnya, band Rhapsody versi Luca Turilli ini hanya bertahan aktif hingga 2018 setelah merilis dua buah album, yakni Ascending to Infinity dan Prometheus, Symphonia Ignis Divinus dengan Alessandro Conti di posisi vokal.

Setelah Rhapsody of Fire merilis Dark Wings of Steel (2013) dan Into the Legend (2016) dengan gitaris Roberto De Micheli, sang vokalis, Fabio Lione, mengundurkan diri pada 2016 bersamaan dengan drummer mereka saat itu, Alex Holzwarth.

Hal menarik terjadi lagi setelah Fabio Lione keluar. Ia bersama Luca Turilli membentuk Turilli / Lione Rhapsody sembari menggandeng Patrice Guers, Alex Holzwarth, dan Dominique Leurquin pada 2018. Lagi-lagi, band pecahan Rhapsody ini hanya bertahan hingga 2023 setelah merilis album Zero Gravity (Rebirth and Evolution) pada 2019.

6 dari 6 halaman

Personel Baru dan Tajuk The Nephilim

Setelah Rhapsody of Fire ditinggal para personel lama, Alex Staropoli (keyboard) yang ditemani Roberto De Micheli (gitar) dan Alessandro Sala (bass) pun menemukan vokalis baru mereka, Giacomo Voli pada tahun yang sama dengan keluarnya Fabio Lione.

Setelah menyesuaikan diri akibat ditinggal Fabio Lione, Rhapsody of Fire langsung produktif kembali dengan menggarap album The Eighth Mountain yang dirilis pada 2018. Album ini juga menjadi awal dari tajuk The Nephilim's Empire Saga.

Pada 2020, mereka menggandeng drummer baru, Paolo Marchesich, setelah Manu Lotter memutuskan untuk keluar. Tahun berikutnya, dirilislah Glory for Salvation yang menandai keseriusan Rhapsody of Fire bersama para personel baru tersebut dengan menyisakan Alex Staropoli seorang sebagai dedengkot band.

Album ke-14 berjudul Challenge the Wind, baru saja dirilis pada 31 Mei 2024 dan masih menjadi bagian dari perjalanan mereka dalam tajuk The Nephilim's Empire Saga.

Diharapkan, nantinya lagu-lagu dari album Challenge the Wind bakal dibawakan secara apik selama Rhapsody of Fire tampil di Indonesia, bersama lagu-lagu top dari saga-saga sebelumnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini