Liputan6.com, Jakarta Iwan Fals merayakan ulang tahun ke-63 pada Selasa (3/9/2024). Dikenal sebagai salah satu musisi paling peka terhadap situasi sosial-politik Tanah Air, lagu-lagunya melintasi ruang dan waktu.
Kualitas lagu-lagu Iwan Fals diakui publik. “Guru Oemar Bakri” misalnya, cerminan nasib guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Sayang, nasib para guru kala itu dinilai tak sebanding dengan tugas yang disandang.
Ada pula kritik tentang pengangguran dan perang yang menelan banyak biaya dalam “Pesawat Tempurku.“ Jika butuh yang lebih tajam, “Surat Buat Wakil Rakyat” salah satu sindiran paling menohok dalam lagu Indonesia.
Advertisement
Laporan khas Showbiz Liputan6.com kali ini merangkai 6 lagu kritik sosial yang populer di tangan Iwan Fals untuk merayakan ulang tahun ke-63 sang legenda hidup. Puluhan tahun berlalu, liriknya tetap terasa relevan hingga kini.
1. Guru Oemar Bakri
Anak-anak zaman sekarang lebih banyak yang bercita-cita jadi influencer atau kreator konten daripada guru. Bisa jadi karena nasihat turun temurun tentang tanggung jawab guru sangat berat, tak sebanding dengan gaji bulanan mereka. Apalagi jika ada kata honorer di belakang.
Keresahan dari generasi ke generasi ini ditangkap lalu diterjemahkan Iwan Fals dalam “Guru Oemar Bakri.” Nasibnya tergambar jelas dalam lirik: Banyak ciptakan menteri Oemar Bakrie, profesor dokter insinyur pun jadi tapi mengapa gaji guru Oemar Bakrie seperti dikebiri?
Advertisement
2. Yang Terlupakan
Sarjana Muda menandai kerja sama kali pertama Iwan Fals dan Musica Studios. Dirilis pada 1981, album berisi 10 lagu ini memfiturkan banyak hit besar. Jika kritik sosial dalam “Guru Oemar Bakri” terlalu berat di telinga Anda, beralihlah ke track nomor 9.
“Yang Terlupakan” manifestasi sesal dalam cinta dari sudut pandang laki-laki. Tidak menye-menye, straight to the point, tanpa harus terlalu maskulin. Pernah kumencoba tuk sembunyi, namun senyummu tetap mengikuti. Sebuah lirik yang menggambarkan ngerinya penyesalan.
3. Surat Buat Wakil Rakyat
Jauh sebelum DPR dan Pemerintah mencoba bersepakat mengabaikan putusan MK, Agustus 2024, Iwan Fals sudah mewanti-wanti soal kinerja wakil rakyat. Dari terlelap saat sidang hingga fungsi dasar DPR sebagai penyambung lidah masyarakat dalam album Wakil Rakyat.
Inilah kritik setajam golok dari seorang Iwan Fals, yang dengan gagah berani ditulis di era Orde Baru, tepatnya 1987. “Di hati dan lidahmu kami berharap, suara kami tolong dengar lalu sampaikan,” Iwan Fals bersabda. Berganti orde, lagu ini seperti sejarah yang berulang.
Advertisement
4. Pesawat Tempurku
Curhat tak punya pekerjaan namun ingin punya pacar disampaikan sambil menyemburkan isu global peperangan menahun lewat “Pesawat Tempurku,” dari album fenomenal 1910. Angka ini merujuk 19 Oktober, tanggal kecelakaan kereta api mengerikan yang dikenal dengan Tragedi Bintaro.
“Pesawat Tempurku” menyentil mahalnya biaya perang yang dianggarkan negara-negara di dunia. Bayangkan dunia tanpa perang, berapa triliun anggaran yang bisa dihemat? Sementara kaum jelata yang terdampak perang hanya bisa berkata, “Penguasa, berilah hambamu uang.”
5. Galang Rambu Anarki
Bahagia dikaruniai anak laki-laki tak lantas menumpulkan kepekaan hati Iwan Fals dalam merespons kondisi Tanah Air. Lewat nomor country “Galang Rambu Anarki” dari album Opini (1982), kita tahu Iwan Fals dikaruniai anak pada Januari, jelang pelaksanaan Pemilu.
Ini repitisi keluh kesah orang tua saat membesarkan anak meski wajah rezim berubah: Maafkan kedua orang tuamu kalau tak mampu beli susu. BBM naik tinggi susu tak terbeli, orang pintar tarik subsidi. Mungkin bayi kurang gizi.
Lengkap sudah derita jelata...
Advertisement
6. Sarjana Muda
Masih perlu bukti lagu Iwan Fals menembus ruang dan waktu? Perhatikan wajah dunia kerja beberapa tahun terakhir. PHK marak seiring menjamurnya perusahaan rintisan. Kecerdasan buatan mengancam karier manusia karena 40 persen bidang kerja konon bisa dilakukan oleh AI.
Kondisi yang bikin ketar-ketir ini mengingatkan kita pada lirik “Sarjana Muda” (1981) garapan Iwan Fals bareng Willy Soemantri: Engkau sarjana muda, resah mencari kerja mengandalkan ijazahmu. Empat tahun lamanya bergelut dengan buku tuk jaminan masa depan...