Liputan6.com, Jakarta Manja, trio band asal Bali, kembali meluncurkan singel terbaru yang sarat emosi, mengenai berserah dan memaafkan diri. Lagu ini hanya berselang beberapa bulan setelah terbitnya tembang ceria penuh semangat Manja yang berjudul "My Oh My".
Grup bergenre pop-rock alternatif asal Bali ini kembali dengan single paling introspektif mereka, "Wax & Feathers". Lagu ini sangat personal bagi mereka bertiga lantaran terpengaruh oleh perjuangan masa lalu sang biduan utama, James Sukadana, dalam mengelola kesehatan mentalnya.
Hal itu menunjukkan kepiawaian Manja band dalam memadukan lirik yang reflektif dengan dendangan khasnya. "Wax & Feathers" pun digubah sepanjang momen penting nan genting di kehidupan James. Mentalnya sempat terganggu dan mendapati dirinya berada di tepi juran (dalam makna literal) serta emosional.
Advertisement
Judul dan lirik lagu tersebut dicomot dari catatan yang ditulis James kepada adik perempuannya, sepucuk perumpamaan yang menggambarkan seberapa rapuh kondisi mentalnya melalui salah satu potongan lirik, “My wax has melted, my feather is coming off, and it’s my time to fall.”
Perjalanan James Menemukan Jati Diri
Lagu "Wax & Feathers" mengisahkan perjalanan James yang kemudian menemukan jati diri serta penyembuhan diri. Australia yang disangkanya bakal menjadi tempatnya berlabuh ternyata menyuguhkan realita berbeda, bahkan mendorongnya ke lembah kegelapan. Sampai berujung mendaratkannya kembali ke Bali, tanah kelahirannya, untuk memulai hidup baru.
"Kegagalan adalah bagian dari perjalanan hidup. Dan itu bukanlah kegagalan tapi pelajaran, asalkan kamu bisa bangkit lagi," renung James.
Di tembang itu juga James menanggalkan polah pria yang cenderung kukuh berkutat pada kesalahan masa lalu. James memilih nrimo dan beringsut bergulir maju, memanifestasikan hari esok yang lebih baik.
Advertisement
Menjadi Semakin Signifikan
Kepiluan “Wax & Feathers” menjadi semakin signifikan karena James saat ini terpaksa berhenti dari segala aktivitas bermusik disebabkan terdiagnosa nodul pita suara, yang membuatnya tidak bisa melakukan satu hal yang paling ia cintai: bernyanyi. Akibatnya, MANJA saat ini berada dalam keadaan yang tidak menentu. Apa artinya ini bagi masa depan MANJA?
“Kami telah melalui banyak hal, baik sebagai individu maupun sebagai band. Kami tahu bagaimana rasanya jatuh. Namun, di saat yang sama, kami juga tahu bagaimana caranya bangkit kembali. Kami harus terus menjaga semangat tetap menyala,” tegas James, menginspirasi kami dengan ketangguhan mereka.
Terdiri dari James dan duo adik-kakak Nick Pratama pada gitar serta Mark Saputra sebagai pemain keyboard, MANJA dikenal dengan lagu-lagu ceria dan bersemangat yang membuat orang ingin menari. Namun, “Wax & Feathers” menandai evolusi signifikan dalam ekspresi artistik mereka.
Mengeksplorasi Sisi Kerentanan Mereka
Mereka mengeksplorasi sisi kerentanan mereka sambil tetap mempertahankan ciri khas suara mereka, dengan bantuan produser musik, komposer, dan desainer suara asal Rumania, Vladimir Coman-Popescu, yang memproduseri single ini.
"Tadinya kami lumayan lama merasa mentok dengan versi awal dari lagu itu," kenang Mark. "Lalu muncul Vlad. Ia tunjukkan aransemen barunya ke kami yang lalu kami ulik lagi di sana- sini hingga akhirnya tercipta versi yang sekarang ini."
Video musik sebagai pelengkap lagu yang digarap oleh sutradara langganan menang penghargaan, Andrea Wijaya, punya makna khusus bagi James. Berlokasi syuting di atas tebing di Gunung Papandayan di Jawa Barat, video tersebut mampu menangkap perjalanan emosional lagu tersebut dengan indah.
"Kami semua pekerja keras, tapi tidak ada yang bekerja sekeras dia. Andrea itu mesin tangguh nan kreatif," ungkap Mark. Tonton videonya di sini. "Wax & Feathers" tersedia di semua platform streaming digital mulai 12 September 2024 lalu.
Advertisement