Liputan6.com, Jakarta Indonesia International Book Fair (IIBF) 2024 menjadi momen penting bagi rumah produksi Sinemata Buana Kreasindo (SBK) Productions untuk memperkenalkan novel terbaru mereka, Pengin Hijrah. Novel ini merupakan hasil alih wahana dari cerita asli yang ditulis oleh Budi Yulianto, Eksekutif Produser SBK Productions, yang kemudian dikembangkan menjadi skenario film yang siap diproduksi.
Proses alih wahana atau ekranisasi dari karya tulis ke film telah lama menjadi bagian penting dalam industri perfilman, termasuk di Indonesia. Banyak karya novel populer yang berhasil diadaptasi menjadi film box office. Sejak awal munculnya karya audio visual, ekranisasi telah berlangsung dan memberi peluang besar bagi rumah produksi untuk menarik perhatian penonton dengan cerita yang telah dikenal luas.
Contoh sukses dari proses ekranisasi di Indonesia adalah film Badai Pasti Berlalu yang diadaptasi dari novel karya Marga T. Novel tersebut terjual lebih dari 40 ribu eksemplar, sehingga Teguh Karya memutuskan untuk mengubahnya menjadi film. Hal serupa terjadi pada Ayat-Ayat Cinta (2008) karya Habiburrahman El Shirazy, yang laku hingga 750 ribu eksemplar dan sukses besar di bioskop. Selain itu, Laskar Pelangi, Negeri 5 Menara, Perahu Kertas, dan banyak judul lainnya juga mengikuti jejak serupa dan menjadi film box office.
Advertisement
“Perilisan novel Pengin Hijrah juga merupakan strategi SBK Productions untuk mempopulerkan cerita film yang akan kami produksi dengan judul yang sama,” jelas Budi Yulianto. Novel ini diharapkan dapat membangun antusiasme penonton terhadap film Pengin Hijrah yang direncanakan tayang pada 2025.
Dikembangkan Cerita
Cerita Pengin Hijrah ditulis oleh Budi Yulianto sebelum dikembangkan oleh Endik Koeswoyo dan kemudian diselesaikan sebagai skenario oleh Benni Setiawan. Untuk proses produksi filmnya, SBK Productions menunjuk Jastis Arimba sebagai sutradara dan Avesina Soebli sebagai Eksekutif Produksi. Avesina sebelumnya terlibat dalam beberapa proyek besar seperti Laskar Pelangi dan Perahu Kertas, yang diadaptasi dari novel populer.
Novel Pengin Hijrah dipercayakan kepada Hengki Kumayandi untuk ditulis dengan interpretasi bebas. SBK Productions hanya memberikan panduan terkait lokasi dan karakter utama. Lokasi seperti Bogor, Belitung, dan Uzbekistan dipilih untuk memberikan nuansa lintas budaya yang menjadi bagian penting dari cerita.
Advertisement
Situs Bersejarah
Uzbekistan dipilih sebagai salah satu latar karena negara ini memiliki banyak situs bersejarah peradaban Islam yang relevan dengan tema hijrah dalam novel tersebut. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, yang dimakamkan di Samarkand, Uzbekistan, menjadi elemen penting dalam cerita ini.
Semangat hijrah dan transformasi spiritual menjadi tema utama novel Pengin Hijrah, yang juga akan menjadi moral story dalam filmnya. Sutradara Jastis Arimba, yang telah berhasil menggarap beberapa film drama religi box office, mengungkapkan bahwa novel ini memberikan tantangan baru baginya. Ia bahkan telah melakukan riset mendalam dengan mengunjungi situs-situs bersejarah di Uzbekistan sebagai bagian dari persiapan film.
Tantangan Memfilmkan
Dalam acara perilisan novel Pengin Hijrah pada Sabtu, 28 September 2024 di Balai Sidang, Jakarta, para pembicara membahas tantangan dalam memfilmkan karya novel. Budi Yulianto dan Avesina Soebli sepakat bahwa novel yang kuat, jika diadaptasi dengan baik, memiliki potensi besar untuk menjadi film yang sukses. Mereka berharap bahwa para pembaca novel dapat menjadi kritik awal sekaligus pendukung yang akan mempopulerkan cerita ini.
Bagi para pecinta novel, menikmati Pengin Hijrah dalam bentuk novel terlebih dahulu akan memberikan pengalaman mendalam sebelum menyaksikan versi filmnya yang akan rilis pada 2025. Novel ini diharapkan mampu menjadi jembatan bagi kesuksesan filmnya di layar lebar.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence
Advertisement