Sukses

Ligwina Hananto Bahas Sandwich Generation dan Generasi Ayam Geprek, Bukan Fenomena Kemarin Sore

Ligwina Hananto mengulas sandwich generation yang belakangan disuarakan Generasi Z. Menurutnya, sandwich generation bukan fenomena kemarin sore.

Liputan6.com, Jakarta Aktris sekaligus perencana keuangan Ligwina Hananto baru-baru ini mengulas fenomena sandwich generation yang belakangan kerap disuarakan Generasi Z alias Gen Z di medsos. Menurutnya, sandwich generation bukan fenomena kemarin sore. Sudah ada sejak dulu.

Pertanyaannya, mengapa baru santer dibahas belakangan? Karenanya, mayoritas generasi sebelumnya memilih pasrah, terima jadi, dan menganggap menghidupi keluarga besar adalah bagian dari norma yang mesti dijalani. Padahal, belum tentu yang menjalani mau dan mampu.

“Karena dulu terima jadi. Bahwa menghidupi keluarga besar memang normanya begitu. Ini bagian dari budaya kita yang tadinya sangat komunal terus sekarang bingung. Kan, kalau individualis ya individualis saja. Aku sendiri. Mama sendiri. Om dan tante sendiri,” katanya.

Menjadi salah satu bintang tamu dalam DBS Foundation Bestari Festival: Impact Beyond di Jakarta, Sabtu (19/10/2024), Ligwina Hananto menyinggung budaya gotong royong yang lestari di masyarakat Tanah Air. Gotong royong artinya, everybody's business is our business.

 

2 dari 4 halaman

Perihal Sandwich Generation

Itu bagus. Namun, gotong royong itu semestinya 10 orang bantu satu. Yang sering terjadi sekarang, satu orang ketiban membantu 10 orang. Dari sinilah generasi sandwich bermula. Ligwina Hananto lantas mengulas penyebab terciptanya generasi sandwich.

Sandwich generation mulai terjadi bukan kemarin sore. Tapi, sebagai bagian dari kegagalan generasi sebelumnya menciptakan keuangannya bersama cerita hidup selama satu generasi. Ia gagal menyiapkan masa pensiun sehingga harus didukung anaknya,” urai Ligwina Hananto.

Yang juga sekarang terjadi adalah Gen Z belum menikah dan punya anak namun harus menanggung biaya hidup orang tua, kakak, adik, dan seterusnya. Aktris film Kulari ke Pantai menyebut ini bukan sandwich generation melainkan generasi ayam geprek.

3 dari 4 halaman

Rumusnya Sampai Akhir Zaman

“Kalau sandwich kan di tengah-tengah, yakni support orang tua, support anaknya. Jadi dia sendirian dan harus support keluarga besar ini namanya bukan sandwich generation tapi ayam geprek generation. Berat, pedas, dan porak porandalah,” paparnya panjang.

Inti dari permasalahan ini adalah merencanakan keuangan dengan bijak untuk masa kini dan masa depan. Ligwina Hananto mengingatkan aturan dasar mengelola keuangan yakni jangan besar pasak daripada tiang. Ini aturan baku yang pantang ditentang sampai kapan pun.

“Rumusnya sampai akhir zaman, penghasilan harus lebih besar daripada pengeluaran. Penghasilanmu berapa, pengeluaran untuk dirimu dan orang tua kayak apa. Selama itu ngepas-ngepas saja ya sudah ayo hadapi kenyataannya,” Ligwina Hananto mengingatkan.

 

4 dari 4 halaman

Percikan Kecil Yang Konsisten

Sebagai informasi, DBS Foundation Bestari Festival: Impact Beyond 2024 adalah festival inovatif untuk menciptakan dampak sosial berkelanjutan yang mengombinasikan diskusi inspiratif, pelaku social enterprise, dan pertunjukan seni dalam satu festival seru.

Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia, Lim Chu Chong mengatakan, festival ini dirancang untuk memantik diskusi dan menginspirasi aksi kolektif seputar dua prioritas, yaitu menyediakan kebutuhan penting dan mendukung inklusi finansial bagi masyarakat marginal.

“Festival ini dilandasi filosofi kami yakni from a spark within to impact beyond. Kami percaya percikan kecil yang konsisten dan dilakukan bersama-sama akan menciptakan perubahan besar yang melampaui generasi maupun batasan,” Lim Chu Chong memaparkan.

Sementara itu, Head of Group Strategic Marketing and Communications PT Bank DBS Indonesia, Mona Monika meyakini dampak sosial berkelanjutan berawal dari pemahaman yang mendalam terhadap hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya.

“Melalui DBS Foundation Bestari Festival: Impact Beyond 2024 kami ingin menginspirasi setiap individu untuk mengambil langkah kecil yang berpotensi menciptakan perubahan besar dan bersama demi membangun masa depan lebih baik,” pungkas Mona Monika.