Liputan6.com, Jakarta Film Cinta Dalam Ikhlas karya sutradara Fajar Bustomi akan tayang di bioskop Indonesia mulai 28 November 2024. Ini adaptasi dari novel berjudul sama karya Abay Adhitya.
Cinta Dalam Ikhlas diperkuat bintang kondang dari Abun Sungkar, Zoe Abbas Jackson, Omar Daniel, Adhisty Zara, Maizura, hingga peraih Piala Citra Cut Mini dan Donny Damara.
Baca Juga
4 Karakter Penting di Film Dark Nuns, Song Hye Kyo Jadi Biarawati yang Nekat Lakukan Pengusiran Setan
Momentum Hari Ibu 2024, Istri Prajurit TNI Angkatan Laut Persembahkan Lagu Jalasenastri Simfoni Negeri
Ustaz Subki Dukung Konsep Couple-preneur Ala Diaz Adriani, Doakan Sukses dan Mesra Bareng Pasangan
“Menyenangkan bekerja sama dengan penulis novel cerdas dan produser yang satu frekuensi. Hal-hal indah dan ikonis dalam novel tak perlu diubah saat dialihwahanakan ke film. Tokoh-tokoh kunci dalam novel ada semua di film,” kata Fajar Bustomi.
Advertisement
Cinta Dalam Ikhlas akan mengharubirukan bioskop Tanah Air mulai 28 November 2024. Laporan khas Showbiz Liputan6.com akhir pekan ini menghimpun 6 fakta film Cinta Dalam Ikhlas. Selamat menyimak dan selama menonton, ya!
1. Satu Pengajian Sama Penulis Novelnya
Dalam sesi wawancara khusus dengan Showbiz Liputan6.com pekan ini, Fajar Bustomi yang dikenal lewat film box office Dilan 1990 dan Buya Hamka menyebut Cinta Dalam Ikhlas sebagai karyanya yang sangat personal.
“Penulis novelnya ternyata satu pengajian sama saya, makanya karya ini terasa sangat personal. Semoga di tangan Starvision Plus, film ini sukses. Saya jatuh cinta sejak baca judul bukunya. Cinta. Ikhlas. Dua kata yang indah,” katanya.
Advertisement
2. Kesan Pertama: Senyum-Senyum Sendiri
Sebelum memegang naskah karya Abay Adhitya dan Oka Aurora, Fajar Bustomi membaca novel Cinta Dalam Ikhlas. Setelah baca, ia senyum-senyum sendiri. Hal yang sama dirasakan Fajar Bustomi kali pertama baca novel Dilan 1990.
“Mengingatkan kali pertama saya membaca Dilan 1990. Bahagia. Bikin hati hangat, dan senyum-senyum sendiri. Saya ingat betul rasa itu. Dialog Cinta Dalam Ikhlas powerful. Bukan sekadar kata-kata yang disusun,” Fajar Bustomi mengenang.
3. Tawaran pada Bulan November 2024
Masih segar dalam ingatan Fajar Bustomi, saat ditawari produser Starvision Plus, Chand Parwez Servia, menggarap film Cinta dalam Ikhlas. Tawaran itu datang pada November 2023. Fajar Bustomi mengiakan tanpa perlu berpikir panjang.
“Mulanya saya ditawari proyek besar namun pada November 2023 batal. Pak Parwez waktu itu bilang ada novel baru yang bagus dan beliau teringat saya. Akhirnya kami syuting Juni dan Juli 2024. Habis Lebaran 2024 langsung persiapan, nyaris tanpa jeda,” paparnya panjang.
Advertisement
4. Abay Membayangkan Abun Sungkar
Terpilihnya Abun Sungkar jadi pemeran utama bareng Adhisty Zara bukan tanpa alasan. Fajar Bustomi menyebut, Abay Adhitya memang membayangkan sang aktor jadi ujung tombak cerita Cinta Dalam Ikhlas.
“Kang Abay Adhitya sudah membayangkan siapa yang akan menghidupkan karakter Athar. Tersebutlah nama Abun Sungkar. Zara sempat enggak jadi, lalu dikontak ulang. Alhamdulillah dia berjodoh dengan tokoh Aurora,” urai Fajar Bustomi.
5. Syuting 22 Hari di Jawa Barat
Syuting film adaptasi novel laris bukan hal baru bagi Fajar Bustomi. Namun Cinta Dalam Ikhlas tetap menantang baginya. Syuting dilakukan di Cianjur dan Bandung, Jawa Barat, selama 22 hari.
“Tetap menantang karena ada aturan-aturan dalam Islam seperti pacaran, hubungan dua orang lawan jenis, dan sebagainya. Cinta dan ikhlas itu, rasa di hati. Bagaimana memvisualkan rasa sesuai koridor-koridor Islam itu tantangan tersendiri,” akunya.
Advertisement
6. Seharian untuk Adegan Taman Ganesha
Menyinggung adegan tersulit, Fajar Bustomi terkenang adegan Athar dan Aurora akhirnya bertemu lagi di Taman Ganesha Bandung. Golden scene ini butuh persiapan panjang agar menghasilkan momen dengan feel manis di hati penonton nantinya.
“Kalau baca novelnya, suasananya tuh manis sekaligus haru. Saya harus menemukan visual dengan rasa yang sama seperti di novel. Adegan ini butuh waktu seharian syuting. Dengan kemasan Islami tapi tetap harus terasa Indonesia banget,” pungkas Fajar Bustomi.