Sukses

Kabata Tanrasula Siap Jembatani Warisan Budaya antara Indonesia - Afrika Selatan yang Bersejarah

Kabata Tanrasula yang merupakan bagian dari inisiatif Seeking Tuan Guru Program, memiliki misi penting. Yakni menghubungkan kembali warisan budaya antara Indonesia dan Afrika Selatan

Liputan6.com, Jakarta Pertunjukan seni lintas media Kabata Tanrasula siap digelar di Cape Town, Afrika Selatan, pada 16 hingga 30 November 2024. Ada satu misi penting dalam acara budaya ini, yakni menghubungkan kembali warisan budaya antara Indonesia dan Afrika Selatan, khususnya lewat sejarah, pengaruh seni tradisional, serta kearifan lokal.

Dalam keterangan tertulis yang diterima Showbiz Liputan6.com, sejarah Afrika Selatan ternyata memiliki kaitan erat dengan Indonesia, terutama lewat tokoh Tanah Air Syekh Yusuf Al Makassari dan Syekh Imam Abdullah Tidore. Keduanya menjalankan peran diplomasi yang berdampak besar pada kemanusiaan.

Dua Tuan Guru ini menginspirasi Nelson Mandela dalam perjuangan melawan Apartheid di Afrika Selatan. Tanpa kekerasan, Mandela menerapkan sistem moderat penyebaran Islam dari kedua Tuan Guru dalam membebaskan rakyat kulit hitam dari diskriminasi kulit putih di Afrika Selatan.

Kini, Konstelasi Artistik Indonesia mempersembahkan acara budaya Kabata Tarasula yang merupakan bagian dari inisiatif Seeking Tuan Guru Program.

Diharapkan, rangkaian kegiatan selama tiga tahun mulai dari riset hingga pertunjukan Kabata Tanrasula bisa memfasilitasi publik untuk menggali lebih dalam mengenai tokoh Tuan Guru, sekaligus merefleksikan diri pada konteks hari ini.

Kabata sendiri bentuk tradisi lisan yang berkembang di Maluku Utara. Sementara Tanrasula merupakan tanda samar di kening yang menggambarkan cinta dan kekuatan dalam keyakinan masyarakat Makassar.

2 dari 4 halaman

Rangkaian Kegiatan Kabata Tanrasula

Seniman pengkarya yang ikut serta berasal dari dua negara dari Hasan Ali (Ternate), Agus Eko Triyono (Solo), Anggara Satria (Pekanbaru), Aristofani Fahmi (Makassar), Lawe Samagaha (Bogor), Maskur Al Alif (Gowa), dan Thania Peterson (Cape Town).

Ada serangkaian kegiatan dalam event budaya ini. Fase pertama, proses latihan dan pengembangan karya Kabata Tanrasula di Bogor dan Cape Town pada 9-14 November di Studio Saung Samagha Bogor, beranjut pada 17-29 November di Cape Town.

Selanjutnya ada Kenduri Indonesia di Cape Town, yang diproyeksikan menjadi event rutin tahunan.

3 dari 4 halaman

Joint Lecture dan Pertunjukan Seni Lintas Disiplin

Selain itu, ada Joint Lecture untuk kalangan akademisi, sebagai upaya untuk mempertemukan narasi kesejarahan, kebudayaan khususnya dalam lingkup Jaur Rempah yang menjadi landasan utama hubungan antara Indonesia dan Afrika Selatan. Acara ini akan bertempat di salah satu kampus di Pretoria, Afrika Selatan

Tentu saja ada pertunjukan seni lintas disiplin Kabata Tanrasula, yang dikembangkan di Indonesia dan berkolaborasi dengan seniman Cape Town keturunan Indonesia. Hasilnya akan ditampilkan di salah satu gedung pertunjukan di Cape Town pada 30 November 2024.

“Fase ketiga Seeking Tuan Guru merupakan puncak dari proyek Kabata Tanrasula, di mana karya ini akan dipresentasikan di panggung internasional melalui festival seni, forum kemitraan pelaku seni global, atau platform aktivisme sosial kemanusiaan,” begitu pernyataan Konstelasi Artistik Indonesia dalam keterangan tertulisnya.

4 dari 4 halaman

Tentang Konstelasi Artistik Indonesia

Konstelasi Artistik Indonesia merupakan komunitas yang dibentuk sejalan dengan program Ford Global Fellowship yang diraih Aristofani Fahmi dengan mendorong isu seni budaya sebagai platform mewujudkan kesetaraan dan keadilan sosial.

Dalam perjalanannya, Konstelasi Artistik Indonesia diproyeksikan menjadi lembaga profesional yang fokus pada riset kebudayaan untuk memproduksi pengetahuan dan artistik di Banten, Bogor, Gowa, Ternate, hingga Cape Town.