Liputan6.com, Jakarta Aktor sekaligus sutradara Ernest Prakasa menyenggol Menteri BUMN yang juga Ketua PSSI, Erick Thohir. Ia mengkritik penggunaan teknologi AI dalam desain poster Piala Soeratin yang dipublikasikan di medsos.
Kritik tajam ini bermula saat akun X @infosupporterID pamer poster Piala Soeratin dari PSSI yang dinilai keren. Sepintas keren tapi jika dicermati, cukup jelas bahwa poster itu pakai terkonologi kecerdasan buatan.
Baca Juga
“Poster Piala Soeratin dari PSSI Jatim ini keren sih Keren gambarnya dan keren maknanya,” cuit akun @infosupporterID, Selasa (26/11/2024). Poster itu menampilkan bocah pakai jersei membawa bola sedang dibonceng bapaknya naik sepeda motor.
Advertisement
Ernest Prakasa menyayangkan organisasi sebesar PSSI menggunakan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelegent alias AI dalam mendesain poster Piala Soeratin seraya mengaitkannya dengan pencurian.
Dear Pak Erick Thohir
Lewat akun X terverifikasi, bintang film Cek Toko Sebelah dan Rudy Habibie menyentil Erick Thohir. Menurutnya, Erick Thohir tak akan membiarkan ini terjadi jika benar peduli pada pekerja seni kreatif.
“Dear Pak Erick Thohir. Jika Bapak peduli pada para pekerja kreatif, mohon larang penggunaan AI untuk design poster resmi PSSI,” Ernest Prakasa pada hari yang sama.
Advertisement
Ia Menjelajahi Jagat Maya
Ernest Prakasa lantas menjelaskan bagaimana teknologi AI bekerja hingga bisa menghasilkan desain poster yang sepintas keren dan bikin netizen takjub. Bagnya, AI adalah kompilasi barang curian.
“Sejatinya AI dalam design adalah PENCURIAN. Terimakasih Pak. AI tidak bisa menciptakan design,” produser film Agak Laen dan Jatuh Cinta Seperti di Film-film menyambung.
“Ia hanya menjelajahi jagad maya, menyerap, menganalisis, lalu memuntahkannya sesuai prompt. Hasil ‘design’ AI sejatinya hanyalah kompilasi barang curian,” Ernest Prakasa mengakhiri.
Konsep Keren, Sayangnya AI
Rupanya, tak hanya Ernest Prakasa yang menyayangkan penggunaan teknologi AI dalam desain poster PSSI. Sejumlah netizen pun mengkritisi bahkan menyebutnya tidak keren.
“Konsepnya keren: bapak support anak laki2nya. Sayangnya AI,” cuit @afwa****. “Menormalisasi AI itu sama aja kayak mendukung pembajakan. Gunakanlah AI sebagai alat untuk membantu visualisasi untuk brief biar klien ada bayangan, bukannya malah jadi final artwork,” sahut @roy****.
Namun ada pula netizen yang kontra. “Enggak juga koh, semua art itu mau dari manusia atau robot emang pada dasarnya ga ada yg 100 persen original,” @mers****. “Udah bang, AI udah ga bisa dihindarin,” @bajh**** mencuap.
Advertisement