Sukses

Serba-serbi Spotify Wrapped, dari Evolusi Selama 1 Dekade hingga Analisis Psikologi di Baliknya

Mengapa pengguna begitu menunggu-nunggu kemunculan Spotify Wrapped?

Liputan6.com, Jakarta Seperti tahun yang lalu-lalu, jelang bulan Desember media sosial bakal ramai dengan unggahan warganet soal rangkuman aktivitas streaming mereka setahun terakhir di Spotify. Pada 2024 ini, tradisi tahunan yang kondang dengan nama Spotify Wrapped ini baru saja dirilis oleh layanan streaming berlogo hijau tersebut pada Rabu (4/12/2024) kemarin.

Spotify Wrapped bukan barang baru. Dilansir dari blog resmi Spotify, cikal bakalnya berasal dari tahun 2015, dengan merilis kampanye “Year in Music.” Isinya berupa data tentang laporan musik Spotify, pengguna, dan artis selama setahun terakhir.

Hasilnya, sukses luar biasa.

“Disebut sebagai Spotify Year in Music yang menarik lebih dari 5 juta pengguna unik, ini kemudian menjadi landasan bagi Wrapped yang kini dikenal dan disukai para penggemar,” begitu pernyataan Spotify.

Setahun kemudian, Year in Music di-rebranding menjadi Wrapped. Dalam tahun ini pula, Spotify merilis fitur “Your Top Songs” yang berisi lagu-lagu teratas pengguna.

Momen lain yang menentukan adalah pada tahun 2019, saat Spotify membuat pengguna bisa mengakses Wrapped lewat aplikasi mobile, membuat kampanye ini makin mudah ditemukan.

2 dari 4 halaman

Makin Melesat

Tahun demi tahun, ada hal-hal baru yang disisipkan Spotify dalam Wrapped. Pada 2021, ada fitur Audio Aura yang “menerawang” aura pengguna sesuai dengan musik yang mereka dengar. Sementara tahun 2023 ada fitu Sound Town, menampilkan lokasi di dunia dengan selera musik serupa dengan pengguna.

Hasil tak mengkhianati usaha. Spotify Wrapped makin melesat. Tahun lalu, Spotify mencatat pengguna aktif per bulannya bahkan mencapai 227 juta.

Sementara untuk tahun ini, Spotify merilis fitur Your Music Evolution, memperlihatkan dinamika fase pengguna dalam mengakses konten di Spotify.

3 dari 4 halaman

Mengapa Spotify Begitu Ditunggu-tunggu?

Mengapa pengguna begitu menunggu-nunggu kemunculan Spotify Wrapped?

Brian Uzzi, profesor dari Kellogg School of Management mengungkap salah satunya dipengaruhi oleh alasan psikologis. Ia mengatakan Spotify Wrapped memenuhi dua keinginan manusia yang sama besar, tapi bertolak belakang. Antara ingin ikut arus, sekaligus melawan arus.

“Kita benar-benar ingin menjadi bagian dari sebuah grup, tapi pada saat yang sama kami ingin menjadi berbeda dari orang lain,” kata Uzzi, dilansir dari NPR.

Data-data yang disajikan Wrapped, juga dinilai membuat pengguna bisa merasa bahwa diri mereka unik dibandingkan pengguna Spotify yang lain. "Dan ini belum pernah dilakukan di musik sebelumnya,” kata dia.

Sementara itu Kelvin (Shiu Fung) Wong, Dosen Senior Psikologi Klinis, Universitas Teknologi Swinburne, menilai Wrapped juga menjadi salah satu cara pengguna dalam merefleksikan diri.

“Musik adalah salah satu media unik yang bisa menjadi cerminan atas apa yang kita alami (seperti patah hati) dan apa yang kita rasakan (kesedihan dan kerinduan).  Jadi, ketika kita melihat daftar tahunan tentang artis, genre, dan lagu teratas, rasanya seperti melihat ke cermin yang memberi tahu kita tentang apa saja yang kita alami sepanjang tahun,” tuturnya dalam artikel di The Conversation.

4 dari 4 halaman

Bikin Pesaing FOMO

Kesuksesan Spotify Wrapped tampaknya bikin platform sejenis FOMO, alias takut ketinggalan. Satu demi satu pesaing mulai mengelurkan Wrapped versi mereka sendiri.

Tahun 2019, Apple Music merilis fitur “Replay” dan setahun setelahnya Tidal meluncurkan “My Rewind.” Tahun 2020 pun YouTube Music meluncurkan Your Music Journey.

Akankah ada yang meraih kesuksesan sebesar Spotify Wrapped? Kita lihat saja.

Video Terkini