Sukses

Review Film Sorop Dibintangi Yasamin Jasem: Tiap Kali Pakde Dinyatakan Meninggal Kok Hidup Lagi?

Sorop menandai kolaborasi kali pertama Upi dengan MD Pictures milik Manoj Punjabi. Di atas kertas, Sorop punya banyak senjata untuk memikat penonton.

Liputan6.com, Jakarta Film Sorop menandai kolaborasi kali pertama Upi dengan rumah produksi MD Pictures yang dibangun Manoj Punjabi. Di atas kertas, Sorop memiliki banyak senjata untuk memikat penonton.

Pertama, Sorop dari utas viral Simpleman yang menghasilkan raksasa layar lebar seperti KKN di Desa Penari dan Sewu Dino. Keduanya masing-masing, mendulang 10 juta dan 4 jutaan penonton.

Kedua, Upi sebagai brand enggak kaleng-kaleng. Ia pernah melahirkan film fenomenal seperti 30 Hari Mencari Cinta hingga My Stupid Boss yang merangkul lebih dari tiga juta penonton.

Konfigurasi pemain film Sorop bisa dibilang lintas generasi, dari Hana Malasan dan Yasamin Jasem yang lagi naik daun hingga Egi Fedly plus bintang film pendek Tilik, Brilliana Arfira. Berikut review film Sorop.

 

2 dari 7 halaman

Telepon dari Bulik Saidah

Kisah Sorop dimulai dari adik beradik, Hanif (Hana Malasan) dan Isti (Yasamin Jasem) yang menyambung hidup di Surabaya setelah ayah ibu mereka tewas mengenaskan di rumah, di Solo, Jawa Tengah.

Hanif bekerja sebagai penjahit. Isti kuliah dan diharapkan jadi sarjana. Suatu hari, Bulik Saidah (Brilliana Arfira) menelepon Hanif, mengabarkan bahwa Pakde Khair (Egi Fedly) tengah sakratul maut.

Setelah 10 tahun meninggalkan kampung, mau tak mau Hanif dan Isti mudik. Tiba di rumah, keduanya mendapati Pakde Khair kurus kering dengan wajah pucat pasi terbaring di ranjang. Akhinya maut menjemput Khair.

Saat hendak ke pemakaman, Isti pusing dan mimisan. Saidah meminta Hanif dan Isti tinggal di rumah itu hingga pengajian 7 hari almarhum selesai digelar. Sejak itulah, beragam kejadian janggal terjadi.

 

3 dari 7 halaman

Performa Yasamin dan Hana Malasan

Aset utama Sorop adalah pertalian dua tokoh utama yang dibawakan dengan natural oleh Hana Malasan dan Yasamin Jasem. Sejak menit awal, air muka mereka tak pernah menampilkan kebahagiaan yang utuh.

Bahkan, saat Isti mengabarkan akan ke Jakarta ikut kompetisi, secuil muram masih menggenang di wajah keduanya. Dari sini, Upi menarik alur cerita maju mundur untuk menjelaskan ada apa dengan adik beradik ini.

Muram di wajah pemain menjalar ke lokasi demi lokasi yang mereka tapaki dan singgahi. Saat pulang ke rumah pun, kita sebagai penonton tak pernah merasakan esensi pulang. Mereka cuma pindah tempat.

Rumah yang dimaksud hanyalah bangunan beratap yang terdiri sejumlah kamar, dapur, ruang keluarga, dan ruang tamu. Tidak lebih. Suasananya dingin cenderung wingit, membuat penonton makin waswas.

 

4 dari 7 halaman

Ketika Khair Mengakhiri Hidup

Klu demi klu kemudian dibagikan Upi. Lalu, kita melihat perfoma Egi Fedly yang intriguing. Ini dimulai dari narasi, Khair beberapa kali mencoba bunuh diri. Tiap kali dinyatakan dokter meninggal dunia, ia hidup lagi.

Sampai akhirnya, Khair “berhasil” mengakhiri hidup. Jelas, dalam genre memedi, mati bukan jawaban karena setelahnya akan memantik pertanyaan baru. Berbekal “kata pengantar” ini, Egi Fedly meneror penonton.

 

5 dari 7 halaman

Tentang Sinom

Dalam trailer dibocorkan, adegan memanggil Hanif dan Isti dengan kata sinom. Dalam bahasa Jawa, dikenal kata sinoman, yakni sekumpulan anak muda (biasanya anggota Karang Taruna) yang dimintai bantuan sebagai pramusaji saat tetangga punya gawe seperti nikahan.

Sinoman berasal dari kata enom. Artinya muda atau remaja. Ya, Khair sedang memanggil dua anak muda, keponakannya. Seolah hendak memberi tahu sesuatu atau menyelesaikan urusan dari masa lalu. Apa urusannya? Akan dikonfirmasi di menit-menit akhir.

6 dari 7 halaman

Hantu Laki-laki Tak Kalah Seram

Sorop bukti bahwa hantu laki-laki tak kalah seram dari penampakan wanita berbaju putih dengan rambut panjang yang belakangan terasa generik. Adegan Hanif dan Isti menyalakan senter saat rumah gelap gulita lalu Khair muncul adalah “tanda bahaya” dari Upi untuk Anda.

Tuturan intens dengan fokus membongkar rahasia masa lalu berhasil dibangun Upi dengan padat sekaligus rapat. Nyaris tanpa jeda dan akhir film ini merefleksikan kebebasan Upi dan penulis skenario untuk menciptakan garis finish mengingat utas aslinya tak selesai. 

7 dari 7 halaman

Terminal Bengawan?

Sorop hanya sedikit luput dari aspek detail tempat. Mencermati rumah masa kecil Hanif dan Isti, tampaknya itu bukan di Kota Solo. Itu lebih ke kabupaten di sekitar Kota Solo yang masih autentik dengan pohon-pohon menjulang komplet dengan jalan setapaknya.

Terminal Bengawan yang muncul di salah satu adegan membuat kami agar berpikir. Bengawan di sini mengkin merujuk Bengawan Solo yang legendaris. Namun, bagi kami lebih masuk akal jika dinamai Terminal Tirtonadi atau Kartasura.

Di luar detail ini, Sorop berpotensi menjadi kuda hitam berkat penataan ketegangan yang progresif berikut performa para pemainnya yang kokoh. Untuk kedua aspek ini, kita tak perlu meragukan Upi.

   

 

Pemain: Hana Malasan, Yasamin Jasem, Ratu Felisha, Egi Fedly, Brilliana Arfira

Produser: Manoj Punjabi

Sutradara: Upi

Penulis: Upi, Simpleman

Produksi: MD Pictures

Durasi: 1 jam, 43 menit

 

 

 

Video Terkini