Liputan6.com, Jakarta Industri kecantikan, yang sering kali terlihat penuh kilau dan menjanjikan, ternyata memiliki sisi gelap yang jarang diketahui publik. Hal ini diungkapkan oleh David Lee Thompson (DLT), seorang beauty enthusiast Indonesia yang memiliki pengalaman enam tahun dalam mengelola pabrik dan klinik kecantikan Athena.
Menurut DLT, salah satu masalah terbesar di industri ini adalah harga produk skincare yang sering kali terlalu mahal hingga membatasi akses konsumen.
“Banyak produk skincare di pasaran yang overprice, padahal konsumen Indonesia sebenarnya sangat antusias terhadap industri ini,” ujar David Lee Thompson dengan nada prihatin.
Advertisement
David Lee Thompson mengkritik sikap abai sejumlah pemilik pabrik dan brand skincare yang hanya fokus pada keuntungan tanpa memikirkan dampak bagi konsumen. DLT mengungkapkan, harga tinggi produk sering kali tidak sejalan dengan manfaat yang diberikan.
Sebagai contoh, ia menyoroti produk dengan kandungan Niacinamide 10% yang dijual di kisaran Rp200.000 hingga Rp500.000 per pot.
“Padahal, harga pokoknya hanya sekitar Rp40.000 hingga Rp60.000. Dengan margin wajar, produk ini seharusnya bisa dijual di kisaran Rp70.000 hingga Rp120.000,” jelas DLT.
Praktik harga mahal ini, lanjut DLT, memicu persaingan tidak sehat antar-brand. Banyak produsen menambahkan kandungan bahan aktif dalam jumlah tinggi untuk membenarkan harga mahal, namun justru membuka peluang overclaim. Akibatnya, konsumen sering tertipu oleh klaim yang menjanjikan hasil instan tanpa menyadari risiko iritasi atau kerusakan kulit.
Tips Melindungi Diri dari Produk Berbahaya
DLT memberikan beberapa saran praktis agar konsumen lebih bijak memilih produk skincare:
Baca label produk dengan teliti. Pastikan kandungan bahan aman dan produk terdaftar di BPOM.
Hindari klaim berlebihan. Jangan mudah tergiur janji hasil instan, karena perbaikan kulit membutuhkan waktu.
Konsultasi dengan dokter kulit. Langkah ini penting terutama jika memiliki kulit sensitif atau kondisi tertentu.
“Di era keterbukaan informasi, konsumen harus lebih aktif mencari pengetahuan. Lakukan riset, baca ulasan, dan tonton video review sebelum memutuskan membeli produk,” tambah DLT.
Advertisement
Mengingatkan agar Konsumen Berhati-hati
Ia juga mengingatkan agar konsumen berhati-hati saat berbelanja di e-commerce, memilih toko dengan rating tinggi, dan membaca ulasan positif dari pelanggan.
“Berbagi informasi dengan sesama konsumen itu penting. Dengan begitu, kita bisa melindungi diri dari produk yang berbahaya,” pungkasnya.
Tentang David Lee Thompson
David Lee Thompson (DLT) lahir di Palembang pada 15 Mei 1987. Ia adalah beauty enthusiast sekaligus salah satu pendiri klinik kecantikan ternama di Indonesia.
Selama tiga tahun menjabat sebagai Presiden Direktur Athena Group, ia berhasil mengembangkan klinik tersebut dari dua cabang menjadi 25 cabang di seluruh Indonesia.
Saat ini, DLT fokus memberikan edukasi kepada konsumen tentang industri kecantikan. Dengan kepercayaannya bahwa produk skincare berkualitas tidak harus mahal, ia berkomitmen membangun ekosistem bisnis kecantikan yang sehat dan berkelanjutan.
“Industri kecantikan harus menjadi tempat yang mendukung konsumen, bukan sekadar mencari keuntungan,” ungkap DLT.
Advertisement