Sukses

Curhat Ifan Seventeen Setelah Jadi Dirut PFN, Ngaku Tak Dapat Dana APBN dan Banyak Ruangan Rusak

Baru sembilan hari menjabat sebagai Dirut PFN, Ifan Seventeen berkoar soal sejumlah masalah yang melilit BUMN tersebut. Ada banyak ruangan rusak.

Liputan6.com, Jakarta Baru sembilan hari menjabat sebagai Direktur Utama Produksi Film Negara alias Dirut PFN, Riefian Fajarsyah alias Ifan Seventeen berkoar soal sejumlah masalah yang melilit BUMN tersebut.

Keluh kesah ini dituangkan di akun Instagram terverifikasi, 21 Maret 2025. Salah satu masalah yang dihadapi Ifan Seventen diulas dengan tajuk, “PFN bukan perusahaan yang mendapat anggaran dari APBN.”

“Dalam memenuhi biaya recurring perusahaan seperti gaji dan operasional expenses, PFN hanya mengandalkan pemasukan yang memang dihasilkan oleh PFN sendiri,” Ifan Seventeen menulis.

Karenanya jika tak memenuhi target yang dicanangkan, maka konsekuensi logisnya adalah pembayaran gaji para karyawan maupun direksi PFN tidak akan dibayarkan secara penuh.

 

Promosi 1
2 dari 4 halaman

Perkara Gaji Dipangkas

“Bahkan sampai penerimaan gaji yang sampai di 40 – 30 persen dari yang seharusnya dibayarkan. Dan ini sudah berlangsung berbulan-bulan ke belakang,” Ifan Seventeen menjelaskan.

Dalam tajuk “Bangunan yang sudah tua dan minimnya peralatan,” Ifan Seventeen menyorot perubahan era dari analog ke digital yang begitu cepat hingga membuat banyak peralatan syuting di PFN tak lagi bisa dipakai.

 

3 dari 4 halaman

Gedung Tua, Banyak Ruangan Rusak

Pelantun “Selalu Mengalah” menyebut kondisisi ini berlangsung sejak lama dan diperparah dengan banyaknya gedung yang sudah tua. Itu masih ditambah kenyataan sejumlah ruangan rusak.

“Di antara gedung-gedung tua dan banyaknya ruangan rusak, PFN punya satu studio besar yang alhamdulillah masih bisa dipakai untuk syuting namanya Black Box tapi sifatnya masih disewakan,” ujar Ifan Seventeen.

 

4 dari 4 halaman

Jadi Tempat Lomba Kicau Burung

Di tengah masalah yang menggunung, ia bersyukur PFN mempunyai peralatan di antaranya satu kamera merek Sony A6700 untuk menjalankan produksi sehari-hari. Namun, satu kamera jelas jauh dari kata cukup. Sementara hidup harus terus berjalan.

“Selama ini PFN bisa ‘hidup perlahan’ hanya dengan menyewakan ruangan-ruangan di bangunan tuanya. Ada yang disewakan dari coffee shop, LBH, travel umrah, biliar, sampai ke tempat lomba kicau burung,” Ifan Seventeen mengakhiri.

 

EnamPlus