Kepopuleran Smash selepas ditinggal Morgan Oey diramal bakal menurun. Boyband yang banyak digandrungi oleh anak-anak ABG ini sepertinya pincang setelah Morgan memutuskan mundur.
Smash sendiri sebagian anggotanya adalah para dancer dan penyanyi. Dalam bagian ini akan dibahas mengenai profil masing-masing personel Smash.
Rangga Dewamoela Soekarta salah satunya yang pernah menjadi Backing Vocal Sherina. Jiwa seni cowok kelahiran Belanda, 6 Januari 1988 itu terpupuk dari keluarga yang memang senang musik dan akting. Sejak SD ia rajin ikut lomba nyanyi. Talentanya makin terasah saat SMP dengan bergabung di kelompok paduan suara binaan Alm. Elfa Secioria.
“Berkat kursus di sana, aku sempat jadi backing vocal Sherina,” kata Rangga mengenang.
Tahun 2002, pengagum Agnes Monica dan Stevie Wonder ini juga ikut Elfa's Children Choir Olympic di Busan, Korea, dan berhasil menggondol medali perak. Beberapa tahun berlalu, Rangga terus mengepakkan sayap. Ia melanglang dari satu panggung ke panggung lain di festival musik macam JakJazz dan JavaJazz.
Saat bergabung dengan Smash, sama sekali tak ada rasa risi atau tak pede di benak Rangga. “Aku super excited. Ini impian dan passion aku dari dulu. Bisa tampil nyanyi dan nge-dance. Aku mikir justru karena lama nggak ada boy band, saatnya tampil menggebrak dengan memberi sesuatu yang beda,” kata Rangga kala itu.
Karena prinsipnya kuat, Rangga yang poninya jadi ciri khas ini pun tak goyah ketika SM*SH dicaci maki. “Setiap hal selalu ada pro dan kontra. Kita kan nggak bisa memaksakan pendapat dan selera orang. Setiap kritik dan saran membangun membuat aku lebih semangat. Lagi pula berkat mereka malah jadi lebih banyak orang yang penasaran sama kita. Tapi kalau yang kasar-kasar gitu sih lebih baik didiamkan,” katanya.
Personel Smash berikutnya adalah Bisma Karisma. Minatnya pada tarian berjenis hip hop dan breakdance tersalurkan dengan bergabung di komunitas breakdance di Bandung. Setelah bergabung di komunitas, ia makin rajin mengikuti berbagai kompetisi. Bisma yang piawai dalam gerakan head spin menyabet juara pertama di acara Let’s Dance dan juara 2 di Let’s Dance Goes to Japan yang tayang di Global TV.
Bergabungnya Bisma dengan grup musik Smash pun tak lepas dari kiprahnya di dunia tari. Bisma bergabung dengan club dance Wanna Be Dancer dan Dawn Squad Breakin Crew. Kebetulan, salah satu penari Wanna Be, Gerry Christanto, menjadi koreografer penggagas dibentuknya grup Smash. Bisma kemudian ditawari audisi. Ia dan personel Smash lainnya menerima pelatihan selama lima bulan sebelum merilis singel 'I Heart You'.
Melihat latar belakangnya, tak heran kalau di deretan personel Smash, Bisma menonjol dalam koreografi. Meski begitu, urusan tarik suara juga bukan dunia baru untuk pria kelahiran 27 November 1990 ini. “Dulu, aku juga sempet bikin band. Selain main dram dan perkusi, aku juga mengisi vokal,” tuturnya. “Sampai sekarang pun kami masih terus latihan vokal,” imbuhnya.
Lalu ada Reza Anugrah. Meski masih terbilang muda, manajemen tak mempersoalkan dan berusaha membangun harmonisasi dan kerja tim yang baik. Kendala umur ketujuh personel bukan penghalang, tapi justru memperkaya suasana di grup.
“Nggak ada gap karena semua dikomunikasikan dengan baik. Tiap ada waktu luang kami ngobrol macam-macam. Mau apa besok? Makan apa? Seperti itulah. Di grup kami nggak ada leader karena kami bisa saling mengisi,” kata cowok kelahiran 21 Maret 1994 ini.
Cerita soal pelatihan, debut, dan persahabatan khas boy band juga keluar dari bibir pengidola Michael Jackson ini.
"Saat diajak bergabung ke Smash aku nggak bisa menyanyi sama sekali, basic aku penari hip hop. Semua berlatih dari awal lagi, menyanyi, public speaking, koreografi. Aku malah belum pernah menyanyi sama sekali, dulu aku cuma penyanyi kamar mandi, ikut lomba pun lomba adzan. Baru benar-benar berlatih menyanyi, ya di Smash. Saat sudah mulai sebagai kelompok merasakan banyak kemajuan,” ujar Reza.
Karena jenis suaranya yang bas, Reza kebagian peran sebagai rapper, selain sebagai penari utama grup. Adapun latihan dilakukan secara intesif, menyanyi 3 kali seminggu selama 2 jam, lalu berlatih tari 2 kali seminggu.
Personel Smash berikutnya, M Ilham Fauzi E. Cowok yang bersaudara kandung dengan Reza ini bahkan sering disebut sebagai anak bawang dan dijadikan sasaran kejahilan. Tapi jangan pernah anggap remeh. Soal kesiapan sebagai artis, cowok kelahiran Kendari, 29 Agustus 1995 bisa dikatakan paling tinggi.
“Jadi artis itu memang cita-cita. Hahaha,” ceplos Ilham yang oleh penggemar disapa 'Si Chubby'. Menghadapi kesibukan atau jadwal manggung yang mulai memadat, justru ditanggapi dengan gembira.
“Kalau melihat manajemen nyantumin jadwal (manggung), aku malah senang banget. Enak kan sibuk, daripada nggak ada kegiatan?”
Soal menyanyi, pengidola Justin Bieber ini pun selalu percaya diri, walau hanya berbekal pengalaman sebagai penyanyi kamar mandi. “Kalau guru (di sekolah) nyuruh tampil apa gitu, aku sih nyanyi saja,” ujarnya pede.
Kendati tidak pernah diarahkan secara khusus, orangtua Ilham, pasangan Effendi Yusuf-Sulfiani E telah tanpa sengaja menanamkan pengaruh sebagai penampil yang cukup kuat di dalam keluarga. Sulfiani pernah mengecap profesi model, sementara sang ayah seorang atlet bela diri.
“Kombinasi dari situ kali ya, menurun ke anak-anaknya? Hahaha,” ujar Ilham yang juga mengawali karier sebagai model menduga-duga.
Berikutnya Rafael Landry Tanubrata. Rafael yang lahir di Garut, 16 November 1986, tak asing dengan dunia musik dan tari. Waktu SMA bahkan pernah merilis album indie bersama teman-teman bandnya di Cola Float. Seperti personel lain, Rangga bergabung dengan klub dance di Bandung, Vogue Dancer. Tapi yang bikin kami tercengang, sejak beberapa tahun lalu Rafael jadi staf pengajar ekstrakulikuler dance di SD, SMP, dan SMA. Jalan menuju audisi Smash bermula dari hubungan pertemanannya dengan Bisma.
Ketika itu Bisma memberitahukan Smash masih butuh personel. Datanglah Rafael audisi berbekal lagu “Dia Dia Dia”-nya Afgan. Dari empat orang yang ikutan dari klubnya, beruntunglah ia yang lolos. Bergabung di boy band, Rafael sadar konotasi yang selama ini dikenal di masyarakat kurang bagus.
“Tapi toh kami musisi juga. Kenapa nggak mencoba sama-sama berkarya? Soal cibiran dan segala macamnya sih sudah biasa. Justru pengin membuktikan kami juga bisa,” terangnya.
Rafael menikmati saat-saat kebersamaanya bersama personel Smash yang dianggapnya seperti keluarga.
“Bayangkan, sekarang jadwal kami padat dan sering pisah dari keluarga. Kalau begini kan banyak yang sedih. Kebetulan aku yang paling dewasa, sebisa mungkin memberi pengertian kalau kita melakukan ini semua juga demi keluarga, jadi harus semangat. Pokoknya benar-benar kayak kakak-adik, deh,” ujar Rafael yang punya panggilan kesayangan Coco.
Berikutnya, Dicky Muhammad Prasetya yang punya panggilan 'Yupi' dari Smashblast. Untuk sebutan 'yupi', anak tengah dari tiga bersaudara pasangan Kinkin Dasikin Djohari-Sri Yetti Mulyawati mengakuinya sebagai buah dari kesalahan pribadi.
“Waktu itu ada penggemar yang ngikutin kegiatan kami. Terus aku kepergok lagi berebut Yupi (gula-gula kenyal) sama Rangga. Sejak itu mereka panggil aku Yupi. Bahkan sekarang setiap manggung, ada saja yang kasih aku Yupi. Banyaknya sampai bisa untuk buka toko. Hahaha,” ungkap Dicky.
Penggemar membuntuti dan memberinya panggilan spesial, anugerah tak terkira bagi cowok kelahiran Bandung, 18 Juni 1993. "Nggak nyangka bisa sampai begini,” aku Dicky yang diajak bergabung ke Smash berkat kepiawaiannya menari.
Dicky di kalangan teman-teman sekolah dikenal sebagai penggemar fanatik segala hal yang berbau Korea, termasuk musik dan fenomena boy band-nya yang tengah booming. Sedikit-banyak, ada hasrat Dicky untuk bisa meraih mimpi di industri hiburan. “Teman-teman aku di sekolah pada bilang, pasti aku senang, karena sekarang (bersama SM*SH) bisa mirip idola. Ya memang senang banget,” serunya.
Sejak awal Dicky menyikapi positif tawaran menjadi boy band. “Kapan lagi, kenapa tidak dicoba?” kata Dicky. Pengidola Lady Gaga itu secara jujur mengaku tidak memiliki kemampuan menyanyi mumpuni. Waktu kecil Dicky sempat ikut beberapa lomba menyanyi, hanya saja tidak diseriusi.
Meski telah memutuskan keluar, nama Morgan tetap dikulik dalam sejarah Smash. Awalnya, Morgan memang seorang model. Ia pernah bergabung dengan salah satu modeling agensi di Jakarta.
“Ikut modeling, karena di Jakarta, selain kuliah nggak ada kegiatan lain. Daripada menganggur, ya ikut modeling saja. Hitung-hitung menambah uang jajan,” kata Morgan yang setelah lulus SMA pindah dari Singkawang, Kalimantan ke Jakarta untuk menuntut ilmu di Jurusan Teknik Informatika Universitas Bina Nusantara.
Sebagai model, karier Morgan cukup moncer. Ia sering difoto untuk keperluan majalah. Bahkan ia pernah tampil sebagai model videoklip band pendatang baru.
“Banyak yang aku dapat dari dunia modeling, selain dapat uang jajan. Dulu aku ini tergolong pemalu, tapi setelah ikut modeling, rasa malu mulai terkikis. Berprofesi sebagai model kan terkadang harus berada di tengah-tengah banyak orang. Jadi perlahan-lahan sifat pemalunya hilang. Sekarang malah malu-maluin,” canda penyuka warna hitam dan merah ini.(Adt)
Baca kisah sebelumnya:
SMASH Berawal dari Sekumpulan Dancer
Smash sendiri sebagian anggotanya adalah para dancer dan penyanyi. Dalam bagian ini akan dibahas mengenai profil masing-masing personel Smash.
Rangga Dewamoela Soekarta salah satunya yang pernah menjadi Backing Vocal Sherina. Jiwa seni cowok kelahiran Belanda, 6 Januari 1988 itu terpupuk dari keluarga yang memang senang musik dan akting. Sejak SD ia rajin ikut lomba nyanyi. Talentanya makin terasah saat SMP dengan bergabung di kelompok paduan suara binaan Alm. Elfa Secioria.
“Berkat kursus di sana, aku sempat jadi backing vocal Sherina,” kata Rangga mengenang.
Tahun 2002, pengagum Agnes Monica dan Stevie Wonder ini juga ikut Elfa's Children Choir Olympic di Busan, Korea, dan berhasil menggondol medali perak. Beberapa tahun berlalu, Rangga terus mengepakkan sayap. Ia melanglang dari satu panggung ke panggung lain di festival musik macam JakJazz dan JavaJazz.
Saat bergabung dengan Smash, sama sekali tak ada rasa risi atau tak pede di benak Rangga. “Aku super excited. Ini impian dan passion aku dari dulu. Bisa tampil nyanyi dan nge-dance. Aku mikir justru karena lama nggak ada boy band, saatnya tampil menggebrak dengan memberi sesuatu yang beda,” kata Rangga kala itu.
Karena prinsipnya kuat, Rangga yang poninya jadi ciri khas ini pun tak goyah ketika SM*SH dicaci maki. “Setiap hal selalu ada pro dan kontra. Kita kan nggak bisa memaksakan pendapat dan selera orang. Setiap kritik dan saran membangun membuat aku lebih semangat. Lagi pula berkat mereka malah jadi lebih banyak orang yang penasaran sama kita. Tapi kalau yang kasar-kasar gitu sih lebih baik didiamkan,” katanya.
Personel Smash berikutnya adalah Bisma Karisma. Minatnya pada tarian berjenis hip hop dan breakdance tersalurkan dengan bergabung di komunitas breakdance di Bandung. Setelah bergabung di komunitas, ia makin rajin mengikuti berbagai kompetisi. Bisma yang piawai dalam gerakan head spin menyabet juara pertama di acara Let’s Dance dan juara 2 di Let’s Dance Goes to Japan yang tayang di Global TV.
Bergabungnya Bisma dengan grup musik Smash pun tak lepas dari kiprahnya di dunia tari. Bisma bergabung dengan club dance Wanna Be Dancer dan Dawn Squad Breakin Crew. Kebetulan, salah satu penari Wanna Be, Gerry Christanto, menjadi koreografer penggagas dibentuknya grup Smash. Bisma kemudian ditawari audisi. Ia dan personel Smash lainnya menerima pelatihan selama lima bulan sebelum merilis singel 'I Heart You'.
Melihat latar belakangnya, tak heran kalau di deretan personel Smash, Bisma menonjol dalam koreografi. Meski begitu, urusan tarik suara juga bukan dunia baru untuk pria kelahiran 27 November 1990 ini. “Dulu, aku juga sempet bikin band. Selain main dram dan perkusi, aku juga mengisi vokal,” tuturnya. “Sampai sekarang pun kami masih terus latihan vokal,” imbuhnya.
Lalu ada Reza Anugrah. Meski masih terbilang muda, manajemen tak mempersoalkan dan berusaha membangun harmonisasi dan kerja tim yang baik. Kendala umur ketujuh personel bukan penghalang, tapi justru memperkaya suasana di grup.
“Nggak ada gap karena semua dikomunikasikan dengan baik. Tiap ada waktu luang kami ngobrol macam-macam. Mau apa besok? Makan apa? Seperti itulah. Di grup kami nggak ada leader karena kami bisa saling mengisi,” kata cowok kelahiran 21 Maret 1994 ini.
Cerita soal pelatihan, debut, dan persahabatan khas boy band juga keluar dari bibir pengidola Michael Jackson ini.
"Saat diajak bergabung ke Smash aku nggak bisa menyanyi sama sekali, basic aku penari hip hop. Semua berlatih dari awal lagi, menyanyi, public speaking, koreografi. Aku malah belum pernah menyanyi sama sekali, dulu aku cuma penyanyi kamar mandi, ikut lomba pun lomba adzan. Baru benar-benar berlatih menyanyi, ya di Smash. Saat sudah mulai sebagai kelompok merasakan banyak kemajuan,” ujar Reza.
Karena jenis suaranya yang bas, Reza kebagian peran sebagai rapper, selain sebagai penari utama grup. Adapun latihan dilakukan secara intesif, menyanyi 3 kali seminggu selama 2 jam, lalu berlatih tari 2 kali seminggu.
Personel Smash berikutnya, M Ilham Fauzi E. Cowok yang bersaudara kandung dengan Reza ini bahkan sering disebut sebagai anak bawang dan dijadikan sasaran kejahilan. Tapi jangan pernah anggap remeh. Soal kesiapan sebagai artis, cowok kelahiran Kendari, 29 Agustus 1995 bisa dikatakan paling tinggi.
“Jadi artis itu memang cita-cita. Hahaha,” ceplos Ilham yang oleh penggemar disapa 'Si Chubby'. Menghadapi kesibukan atau jadwal manggung yang mulai memadat, justru ditanggapi dengan gembira.
“Kalau melihat manajemen nyantumin jadwal (manggung), aku malah senang banget. Enak kan sibuk, daripada nggak ada kegiatan?”
Soal menyanyi, pengidola Justin Bieber ini pun selalu percaya diri, walau hanya berbekal pengalaman sebagai penyanyi kamar mandi. “Kalau guru (di sekolah) nyuruh tampil apa gitu, aku sih nyanyi saja,” ujarnya pede.
Kendati tidak pernah diarahkan secara khusus, orangtua Ilham, pasangan Effendi Yusuf-Sulfiani E telah tanpa sengaja menanamkan pengaruh sebagai penampil yang cukup kuat di dalam keluarga. Sulfiani pernah mengecap profesi model, sementara sang ayah seorang atlet bela diri.
“Kombinasi dari situ kali ya, menurun ke anak-anaknya? Hahaha,” ujar Ilham yang juga mengawali karier sebagai model menduga-duga.
Berikutnya Rafael Landry Tanubrata. Rafael yang lahir di Garut, 16 November 1986, tak asing dengan dunia musik dan tari. Waktu SMA bahkan pernah merilis album indie bersama teman-teman bandnya di Cola Float. Seperti personel lain, Rangga bergabung dengan klub dance di Bandung, Vogue Dancer. Tapi yang bikin kami tercengang, sejak beberapa tahun lalu Rafael jadi staf pengajar ekstrakulikuler dance di SD, SMP, dan SMA. Jalan menuju audisi Smash bermula dari hubungan pertemanannya dengan Bisma.
Ketika itu Bisma memberitahukan Smash masih butuh personel. Datanglah Rafael audisi berbekal lagu “Dia Dia Dia”-nya Afgan. Dari empat orang yang ikutan dari klubnya, beruntunglah ia yang lolos. Bergabung di boy band, Rafael sadar konotasi yang selama ini dikenal di masyarakat kurang bagus.
“Tapi toh kami musisi juga. Kenapa nggak mencoba sama-sama berkarya? Soal cibiran dan segala macamnya sih sudah biasa. Justru pengin membuktikan kami juga bisa,” terangnya.
Rafael menikmati saat-saat kebersamaanya bersama personel Smash yang dianggapnya seperti keluarga.
“Bayangkan, sekarang jadwal kami padat dan sering pisah dari keluarga. Kalau begini kan banyak yang sedih. Kebetulan aku yang paling dewasa, sebisa mungkin memberi pengertian kalau kita melakukan ini semua juga demi keluarga, jadi harus semangat. Pokoknya benar-benar kayak kakak-adik, deh,” ujar Rafael yang punya panggilan kesayangan Coco.
Berikutnya, Dicky Muhammad Prasetya yang punya panggilan 'Yupi' dari Smashblast. Untuk sebutan 'yupi', anak tengah dari tiga bersaudara pasangan Kinkin Dasikin Djohari-Sri Yetti Mulyawati mengakuinya sebagai buah dari kesalahan pribadi.
“Waktu itu ada penggemar yang ngikutin kegiatan kami. Terus aku kepergok lagi berebut Yupi (gula-gula kenyal) sama Rangga. Sejak itu mereka panggil aku Yupi. Bahkan sekarang setiap manggung, ada saja yang kasih aku Yupi. Banyaknya sampai bisa untuk buka toko. Hahaha,” ungkap Dicky.
Penggemar membuntuti dan memberinya panggilan spesial, anugerah tak terkira bagi cowok kelahiran Bandung, 18 Juni 1993. "Nggak nyangka bisa sampai begini,” aku Dicky yang diajak bergabung ke Smash berkat kepiawaiannya menari.
Dicky di kalangan teman-teman sekolah dikenal sebagai penggemar fanatik segala hal yang berbau Korea, termasuk musik dan fenomena boy band-nya yang tengah booming. Sedikit-banyak, ada hasrat Dicky untuk bisa meraih mimpi di industri hiburan. “Teman-teman aku di sekolah pada bilang, pasti aku senang, karena sekarang (bersama SM*SH) bisa mirip idola. Ya memang senang banget,” serunya.
Sejak awal Dicky menyikapi positif tawaran menjadi boy band. “Kapan lagi, kenapa tidak dicoba?” kata Dicky. Pengidola Lady Gaga itu secara jujur mengaku tidak memiliki kemampuan menyanyi mumpuni. Waktu kecil Dicky sempat ikut beberapa lomba menyanyi, hanya saja tidak diseriusi.
Meski telah memutuskan keluar, nama Morgan tetap dikulik dalam sejarah Smash. Awalnya, Morgan memang seorang model. Ia pernah bergabung dengan salah satu modeling agensi di Jakarta.
“Ikut modeling, karena di Jakarta, selain kuliah nggak ada kegiatan lain. Daripada menganggur, ya ikut modeling saja. Hitung-hitung menambah uang jajan,” kata Morgan yang setelah lulus SMA pindah dari Singkawang, Kalimantan ke Jakarta untuk menuntut ilmu di Jurusan Teknik Informatika Universitas Bina Nusantara.
Sebagai model, karier Morgan cukup moncer. Ia sering difoto untuk keperluan majalah. Bahkan ia pernah tampil sebagai model videoklip band pendatang baru.
“Banyak yang aku dapat dari dunia modeling, selain dapat uang jajan. Dulu aku ini tergolong pemalu, tapi setelah ikut modeling, rasa malu mulai terkikis. Berprofesi sebagai model kan terkadang harus berada di tengah-tengah banyak orang. Jadi perlahan-lahan sifat pemalunya hilang. Sekarang malah malu-maluin,” canda penyuka warna hitam dan merah ini.(Adt)
Baca kisah sebelumnya:
SMASH Berawal dari Sekumpulan Dancer