Guna memajukan industri film Indonesia, Lembaga Sensor Film (LSF) mencoba untuk bekerja sama dengan Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI) dan Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI). Pada pertemuan itu, LSF memberikan imbauan kepada keduanya untuk dapat membuat film yang lebih edukatif, terutama untuk anak.
Pasalnya, pada tahun ini, produksi film anak kembali mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. "Produksi film anak kita mengalami penurunan. Dari 10% menjadi 8% pada tahun ini. Sementara 42% film remaja, dan sisanya film untuk dewasa," ujar Ketua LSF, Mukhlis PaEni ketika memberikan sambutannya di Gedung Film, Jakarta, Selasa (22/10/2013).
Sementara itu, Ketua PPFI Firman Bintang menilai hal itu akan sulit diwujudkan mengingat daya serap masyarakat terhadap film anak sangat rendah. Apalagi, anak-anak zaman sekarang lebih kritis untuk menilai film mana yang ingin ditontonnya.
"Film anak-anak itu terbatas penontonnya. Anak-anak sekarang nggak mau, bikin film Jendral Kancil, mereka mau Superman dan Iron Man. Kalau dipaksakan seminggu empat film anak mungkin kami bisa saja, tapi yang terjadi bakal jeruk makan jeruk. Hari ini tayang dua atau tiga hari kemudian hilang," kata Firman.
Selain itu, dalam pertemuan hampir tiga jam tersebut, beredar wacana agar pemerintah dilibatkan dalam memproduksi film anak-anak. Lagi-lagi hal itu dirasa sulit diwujudkan.
"Sudah beberapa tahun ini seperti autopilot. Kami tidak pernah minta uang ke pemerintah, untuk bikin film anak-anak. Takutnya kalau itu terjadi nanti kami yang akan diperiksa KPK kalau ada keterlibatan soal uang," tuturnya.
"Makanya kami sekarang hanya meminta kepada pemerintah untuk menjadikan film anak itu wajib tonton saja. Pemerintah yang mengimbau kepada masyarakat," imbuh Firman.(Ras/Mer)
Pasalnya, pada tahun ini, produksi film anak kembali mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. "Produksi film anak kita mengalami penurunan. Dari 10% menjadi 8% pada tahun ini. Sementara 42% film remaja, dan sisanya film untuk dewasa," ujar Ketua LSF, Mukhlis PaEni ketika memberikan sambutannya di Gedung Film, Jakarta, Selasa (22/10/2013).
Sementara itu, Ketua PPFI Firman Bintang menilai hal itu akan sulit diwujudkan mengingat daya serap masyarakat terhadap film anak sangat rendah. Apalagi, anak-anak zaman sekarang lebih kritis untuk menilai film mana yang ingin ditontonnya.
"Film anak-anak itu terbatas penontonnya. Anak-anak sekarang nggak mau, bikin film Jendral Kancil, mereka mau Superman dan Iron Man. Kalau dipaksakan seminggu empat film anak mungkin kami bisa saja, tapi yang terjadi bakal jeruk makan jeruk. Hari ini tayang dua atau tiga hari kemudian hilang," kata Firman.
Selain itu, dalam pertemuan hampir tiga jam tersebut, beredar wacana agar pemerintah dilibatkan dalam memproduksi film anak-anak. Lagi-lagi hal itu dirasa sulit diwujudkan.
"Sudah beberapa tahun ini seperti autopilot. Kami tidak pernah minta uang ke pemerintah, untuk bikin film anak-anak. Takutnya kalau itu terjadi nanti kami yang akan diperiksa KPK kalau ada keterlibatan soal uang," tuturnya.
"Makanya kami sekarang hanya meminta kepada pemerintah untuk menjadikan film anak itu wajib tonton saja. Pemerintah yang mengimbau kepada masyarakat," imbuh Firman.(Ras/Mer)