Sukses

Rhoma Irama Pernah Dikeroyok 15 Orang

Dengan kejadian itu dirinya sempat bercita-cita untuk menjadi hakim.

Sejak kecil, Raja Dangdut Rhoma Irama memang suka berkelahi. Menurut Rhoma, perkelahian anak-anak muda di jamannya memang merupakan sarana untuk menguji ilmu silat yang mereka pelajari dari guru-guru mereka.

Oleh karena itulah, sportivitas mereka junjung tinggi, karena sikap itu dipesankan oleh guru mereka. Alhasil, meski mereka berkelahi secara sungguh-sungguh, keselamatan lawan tetap diutamakan.



"Pernah suatu kali saya berhasil menghentikan perlawanan musuh saya dan saya sudah dalam posisi siap mematahkan lengan lawan. Tapi begitu ia berteriak, "ampun", maka saya harus melepaskan dia. Itu berarti ia sudah mengakui saya sebagai ‘jago’. Wah, rasanya senang sekali," kata Rhoma.

Saat berkelahi, tentu saja Rhoma tidak selalu tampil sebagai pemenang. Ada tiga perkelahian yang tak terlupakan olehnya. Dua di antaranya dia menangkan dengan susah payah.



"Jadi waktu itu, saya pernah duel dengan lawan yang bernama Pepen, dan kemudian Maoni. Saya menang. Tapi ketika saya melawan Namin saya kalah. Tubuh Namin memang lebih tinggi dan lebih besar, dan tentu saja dia lebih pandai dibanding saya," ujar Rhoma.

"Tapi bagusnya, di antara kami tak ada dendam. Walau saat berkelahi saling menghantam dengan rantai, kami selalu menaati peraturan yang sudah diajarkan. Setelah usai berkelahi, kami bersalaman. Satu hal yang tak dapat saya lupakan, adalah penghargaan terhadap nyawa," tuturnya.



Rhoma menceritakan, tak semua anak-anak seangkatannya sportif saat berkelahi. Suatu hari ketika dirinya telah duduk di bangku SMA, ia pernah dikeroyok 15 anak di daerah Megaria. Itu terjadi karena salah paham, yang mereka cari sebenarnya bukan dirinya melainkan orang lain.

Jadi ceritanya orang itu dianggap merebut pacar salah seorang anggota geng, dan bukan Rhoma yang dimaksud. Akibat perbuatan itu, Rhoma tentu saja babak belur karena pengeroyokan . Saat dikeroyok, Rhoma berteriak minta ampun, dan akhirnya lawan-lawannya meninggalkan begitu saja.



Pengalaman itu ternyata membekas di hatinya. Pasalnya, pengeroyokan dianggapnya tidak sportif, tidak adil. Selanjutnya, dalam kehidupannya, Rhoma mengaku banyak menyaksikan dan mengalami tindakan-tindakan tak adil dalam berbagai bentuk, yang membuatnya bercita-cita untuk menjadi hakim.

"Saya senang melihat hakim memukulkan palunya untuk memutus suatu perkara. Saya juga senang bila berhasil mendamaikan teman-teman yang berselisih, memisahkan mereka yang berkelahi. Pokoknya, waktu itu saya tak pernah berpikir bahwa saya punya bakat musik dan bermain musik bisa menjadi profesi. Apalagi ibu sering meneriakkan "berisik" kalau saya menyanyi. Ibu juga mengatakan bahwa musik akan menghambat sekolah saya. Anggapan ibu yang terakhir ini memang benar," pungkas Rhoma.(Adt)

Kisah Sebelumnya:
Nama Rhoma Irama Diambil dari Nama Grup Sandiwara Keliling
Rhoma Irama Kecil yang Hobinya Berkelahi