Setelah sukses memerankan tokoh Zafran di film 5 Cm, Herjunot Ali kembali ke layar lebar dengan filmnya yang terbaru berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk. Dalam film tersebut, mantan kekasih Agni Pratishta itu berperan sebagai Zainuddin.
"Zainuddin merupakan seorang pria berdarah Makassar yang bergesekan dengan adat Minangkabau. Akhirnya membawanya ke sebuah kejadian di Tenggelamnya Kapal Van der Wijck," ucap Junot, sapaanya, saat ditemui di kantor Soraya Intercine Films, Jakarta Pusat, Selasa (19/11/2013).
Setiap film yang diperankan Junot selalu mendapatkan tantangan dan pengalaman yang jauh berbeda. Di film itu, Junot merasakan kesulitan luar biasa saat harus berbicara dengan dua bahasa, yakni bahasa Makassar dan Minangkabau.
"Sangat susah ya berbicara dan berdialog menggunakan bahasa Makassar dan Minang. Cara bicara itu yang sangat esensial itu juga sulit. Aktingnya saja sudah susah, apalagi ditambah dengan penggunaan bahasanya," tukas bintang film Di Bawah Lindungan Ka'bah tersebut.
Bahkan, Junot tak sungkan menyebut film yang diangkat dari novel karya Buya Hamka begitu sulit untuk dimainkan. "Saya bilang di film ini, karakter yang paling intens dan complicated yang pernah saya jalani. Di sini banyak pembelajaran, tone of tone yang saya harus pelajari lagi," katanya. (fei)
"Zainuddin merupakan seorang pria berdarah Makassar yang bergesekan dengan adat Minangkabau. Akhirnya membawanya ke sebuah kejadian di Tenggelamnya Kapal Van der Wijck," ucap Junot, sapaanya, saat ditemui di kantor Soraya Intercine Films, Jakarta Pusat, Selasa (19/11/2013).
Setiap film yang diperankan Junot selalu mendapatkan tantangan dan pengalaman yang jauh berbeda. Di film itu, Junot merasakan kesulitan luar biasa saat harus berbicara dengan dua bahasa, yakni bahasa Makassar dan Minangkabau.
"Sangat susah ya berbicara dan berdialog menggunakan bahasa Makassar dan Minang. Cara bicara itu yang sangat esensial itu juga sulit. Aktingnya saja sudah susah, apalagi ditambah dengan penggunaan bahasanya," tukas bintang film Di Bawah Lindungan Ka'bah tersebut.
Bahkan, Junot tak sungkan menyebut film yang diangkat dari novel karya Buya Hamka begitu sulit untuk dimainkan. "Saya bilang di film ini, karakter yang paling intens dan complicated yang pernah saya jalani. Di sini banyak pembelajaran, tone of tone yang saya harus pelajari lagi," katanya. (fei)