Sebagai sutradara, Hanung Bramantyo bertanggungjawab penuh mengawal produksi film Soekarno. Dari kursi sutradara pula, ia mengamati banyak adegan sepanjang durasi film itu, yakni dua jam 17 menit. Nah, ada satu adegan yang bikin Hanung bangga.
Adegan yang dimaksud ialah penggambaran saat detik-detik proklamasi hendak dibacakan. Pasalnya, dari banyak film sejarah, belum ada satu pun film yang mengangkat momentum proklamasi. Inilah yang membuat Hanung memvisualisasikan peristiwa bersejarah itu secara detail.
"Kita belum pernah melihat bagaimana prosesi proklamasi secara visual. Kita tahu peristiwa serangan umum 1 Maret, bagaimana Malioboro dibombardir. Kita juga tahu peristiwa di lubang buaya, bagaimana tujuh jenderak itu di bully," kata Hanung membuka obrolan usai gala premiere film Soekarno di Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (9/12/2013).
Advertisement
"Kenapa tidak ada yang menampilkan proklamasi? padahal itu kan momentum yang penting sekali untuk negara ini. Nah di sinilah, kita akan meihat pertama kali bagaimana prosesi proklamasi itu diselenggarakan. Apakah itu detail atau tidak, saya yakin tidak detail karena memang datanya tidak sedetail yang saya harapkan," terang Hanung.
Selain proklamasi, Hanung juga menyelipkan sisi romantisme Soekarno kepada dua istrinya, Inggid Garnasih dan Fatmawati. Lantas, ada pula ironi yang ditonjolkan Hanung saat Soekarno melihat langsung penyiksaan Jepang kepada rakyat yang disuruh bekerja paksa (romusha).
"Kita tahu tentang film-film romusha dari footage-footage romusha sangat gagah sekali, bangga jadi romusha. Nah di film ini kita menampilkan ada satu ironi di situ," jelas Hanung.(Jul/Mer)