Sukses

Slank Jajal Film Generasi Biru Sampai Enggak Ada Matinya

Perjalanan karir Slank sempat dua kali dibuat film.

Nama besar Slank dengan lagu-lagunya membuat banyak pihak menggandeng band asal Potlot itu. Baik politikus, maupun sutradara. Garin Nugroho menjadi salah satu sutradara yang kesemsem dengan Slank. Bersama dengan dua sutradara lainnya, John De Rantau dan Dosy Omar, dirinya membuat sebuah film berjudul Generasi Biru. Ide kreatifnya dibuat oleh Garin yang terinspirasi dari lagu-lagu karya Slank selama 25 tahun sejak 1983-2008.

Slank memang pernah meluncurkan album Generasi Biroe pada tahun 1994 lalu. Generasi Biru itu bukan sekadar album, tapi juga filosofi mereka yang harapannya dapat diikuti para penggemar mereka, Slankers. "Filosofinya, seperti biru langit dan biru laut, berpikiran luas seperti langit dan dalam seperti laut," kata Bimbim.

Seperti lirik-lirik lagu mereka, film ini juga pedas. Bukan tentang perjalanan bermusik mereka, melainkan perjalanan Indonesia yang digambarkan dalam lirik-lirik lagu. "Kami nggak mau sesuatu yang diidolakan adalah diri kami. Kami cuma ingin pemikiran dan curahan hati kami yang masyakat tahu," kata Kaka menimpali.



Film ini memang menceritakan pertemuan Slank dengan tokoh-tokoh yang memiliki trauma terhadap kekerasan, politik, drugs. dan cinta. Tokoh Bimbim bertemu dengan tokoh anak kecil yang selalu sembunyi di bawah meja karena melihat orang tuanya diculik saat dia bermain di bawah meja. Kaka juga bertemu dengan Nadine, seorang Gadis Sexy yang ternyata juga kupu-kupu liar.

Ivan dan Ridho bertemu tokoh manusia binatang yang berperilaku seperti binatang karena pernah merasakan dihajar layaknya seekor binatang, sementara Abdi bertemu dengan tokoh ibu yang anak-anaknya diculik di masa reformasi. Slank berusaha melawan berbagai bentuk kekerasan dan cekal yang menyebabkan trauma-trauma tersebut. Pada akhirnya mereka bisa bersama-sama keluar menuju Pulau Biru, sebuah pulau tanpa kekerasan dan ancaman yang penuh dengan kedamaian. Film ini dibintangi antara lain oleh Bimbim, Kaka, Ridho, Ivanka, Abdee, Bunda Iffet, Nadine Chandrawinata, dan Ophy Nambe.

Film selanjutnya menceritakan soal perjalanan karir Slank.
Seperti film yang akan dirilis pada 18 Desember ini berjudul 'Enggak Ada Matinya'. Film ini menceritakan formasi 14 ketika tahun 1996 Abdee dan Ridho dipanggil Slank untuk bergabung dengan mereka, pasca Indra, Pay dan Bongky ke luar atau mengundurkan diri dari grup ini.



Melalui film ini bercerita bagaimana Slank ingin membuktikan bandnya tidak bubar, meski personil yang tersisa hanya Bimbim, Kaka dan Ivan yang saat itu berada di puncak kejayaannya, slank masih melakukan tur di sana-sini. Abdee dan Ridho yang diajak gabung diberi persyaratan untuk bisa membawakan 35 lagu Slank hanya dalam waktu tiga hari saja.

Dan jadwal tur keliling daerahpun dimulai. Dan saat itulah dimulai petualangan Slank dengan format baru. Kehidupan rock and roll, mereka bertemu berbagai lapisan masyarakat, mengenal Indonesia, dan terutama saling mengenal diri sendiri.

"Film ini memang Slank banget, masa jahiliyah sekaligus masa kejayaan. Gue dan Kaka lagi hot-hotnya fly, Abdee dan Ridho masuk untuk ditantang dan mesti menyesuaikan diri. Gila situasi saat itu, seru banget dan pembuktian hingga sekarang Slank," kata Bimbim.



Di film ini menceritakan formasi Slank dengan album tujuh sukses besar, meski saat itu juga ketergantungan Bimbim, Kaka dan Ivan terhadap narkoba semakin kuat.  "Syukur ada Bunda Iffet, Abdee dan Ridho yang berusaha untuk mengajak gue, Kaka dan Ivan bisa lepas dari jerat narkoba, Mereka meyakini perjalanan band ini masih panjang dan masih banyak yang bisa Slank lakukan untuk orang lain," kata Bimbim.
 
Dan terbukti tidak ada yang bisa menghalangi Slank untuk terus maju ke depan. "Tidak narkoba, tidak perpecahan. Selama semua dijalankan bersama-sama. Bersama sahabat, keluarga bahkan keluarga besar Slank Indonesia nggak ada matinya. Kalau kata Kaka selama republik ini masih ada dan masih berdiri maka kami, Slank akan selalu ada. Biar misalnya satu di antara kita sudah tiada, Slank akan selalu ada dan dikenang melalui karya dan lagu-lagunya," janji Bimbim.



Grup musik Slank memasuki usia 30 tahun pada 26 Desember 2013, mendatang. Slank memiliki sejumlah resep rahasia agar selalu awet dalam menjaga keutuhannya. "Yang pertama, menjalankan sila kelima Pancasila," kata Bim Bim.

Selain soal keadilan dalam kelompok, lanjut Bim Bim, Slank juga mengungkapkan bisa tetap awet dan berkarya karena menciptakan tantangan sendiri di setiap akan membuat album. "Sebuah album harus punya beda dengan sebelumnya, agar tidak buat bosan kami, juga para Slanker. Beda itu juga membuat semangat terus dan tertantang," kata Bim Bim.

Untuk menciptakan rasa album yang berbeda itu, Slank pun mengaku selalu berkumpul bersama tiap akhir tahun dan membahas langkah yang akan dilakukan tahun berikutnya. "Kami usahakan selalu bahas bareng mimpi-mimpi kami. Tanpa mimpi artinya kita sedang menggali kuburan sendiri, tunggu mati saja," ujar pria 46 tahun itu.



Grup yang sempat bongkar pasang personel dan diterpa berbagai persoalan dari kasus penggunaan narkoba, hingga terancam berkali-kali bubar itu pun berupaya terus menjaga kekhasan kelompok yang telah menghasilkan 20 album sampai sekarang.

"Prinsipnya, semua harus dilakukan dengan 'gila', 'slengean', tapi care pada persoalan sekitar agar muncul terus ide baru dan makin peka," pungkas Bim Bim.(Adt)

Baca juga:
Slank Berawal dari Band Plagiat Hingga Terbentuk Red Evil (1)
Slank yang Mulai Terkenal dan Dekat dengan Narkoba (2)
Slank Sempat Akan Dibubarkan, Bim Bim Diancam Dibunuh (3)
Slank yang Kini Lebih Religius Setelah Lepas dari Narkoba (4)
Slank Lepas dari Narkoba, Banyak Album Diluncurkan (5)

Slank dari Kritik DPR Hingga Go International (6)