Cikal bakal majunya industri perfilman Indonesia terlihat berkat antusiasme para pelajar yang kini mulai melirik film sebagai media ruang untuk berkreasi dan berkarya.
Bahkan, film garapan para pelajar tak kalah bagus dengan film-film buatan para sineas perfilman nasional yang mampu mencetak film-film box office.
Hal itulah yang membuat Clara Sinta tertarik untuk mengumpulkan bakat-bakat perfilman sejak dini. Lewat kapasitasnya sebagai juri di ajang Festival Film Remaja 2013, Clara dengan mudah menyimak film-film buatan para pelajar tersebut.
"Para pelajar di Indonesia ini sudah mahir membuat film-film bagus. Temanya sangat segar, kalau saya lihat penuh dengan nuansa kebersamaan, kepedulian hidup, sepertinya mereka introspeksi terhadap cita-cita mereka," tutur Clara saat ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (18/12/2013).
Putri sastrawan WS Rendra ini juga melihat film dengan tema-tema yang merupakan bentuk protes para pelajar terhadap kacaunya sistem pemerintahan yang bersih di Indonesia.
"Termasuk bentuk protes, salah satunya Anak Koruptor. Dia harus kehilangan masa remajanya karena malu punya orangtua korupsi. Dan ada yang cerita anak miskin yang ingin masuk dalam dunia digital dan dia harus mencuri untuk bergabung dengan mereka," tambah Clara.
Dukungan untuk mencetak bibit-bibit baru dunia perfilman nasional juga terlihat dari pemerintah. Bersama Clara, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta kembali menghidupkan festival yang diberi nama Festival Film Pelajar dan Snaki 2013.
"Pelajar di Jakarta jangan sampai terkenal karena tawuran. Harus ada wadah atau ruang untuk mereka berkreasi, salah satunya film. Masa muda adalah masa yang penuh dengan ide, harus disalurkan dengan baik," jelas Ida Subaedah, Kepala Bidang Pengelola Daya Tarik Destinasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. (fei)
Bahkan, film garapan para pelajar tak kalah bagus dengan film-film buatan para sineas perfilman nasional yang mampu mencetak film-film box office.
Hal itulah yang membuat Clara Sinta tertarik untuk mengumpulkan bakat-bakat perfilman sejak dini. Lewat kapasitasnya sebagai juri di ajang Festival Film Remaja 2013, Clara dengan mudah menyimak film-film buatan para pelajar tersebut.
"Para pelajar di Indonesia ini sudah mahir membuat film-film bagus. Temanya sangat segar, kalau saya lihat penuh dengan nuansa kebersamaan, kepedulian hidup, sepertinya mereka introspeksi terhadap cita-cita mereka," tutur Clara saat ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (18/12/2013).
Putri sastrawan WS Rendra ini juga melihat film dengan tema-tema yang merupakan bentuk protes para pelajar terhadap kacaunya sistem pemerintahan yang bersih di Indonesia.
"Termasuk bentuk protes, salah satunya Anak Koruptor. Dia harus kehilangan masa remajanya karena malu punya orangtua korupsi. Dan ada yang cerita anak miskin yang ingin masuk dalam dunia digital dan dia harus mencuri untuk bergabung dengan mereka," tambah Clara.
Dukungan untuk mencetak bibit-bibit baru dunia perfilman nasional juga terlihat dari pemerintah. Bersama Clara, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta kembali menghidupkan festival yang diberi nama Festival Film Pelajar dan Snaki 2013.
"Pelajar di Jakarta jangan sampai terkenal karena tawuran. Harus ada wadah atau ruang untuk mereka berkreasi, salah satunya film. Masa muda adalah masa yang penuh dengan ide, harus disalurkan dengan baik," jelas Ida Subaedah, Kepala Bidang Pengelola Daya Tarik Destinasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. (fei)