Sukses

Asian Kung-Fu Generation, Band Punk yang Keasyikan Bereksperimen

Asian Kung-Fu Generation adalah band Jepang beraliran punk rock alternatif yang sempat populer berkat anime Naruto.

Era populernya musik Jepang pada awal 2000an sempat diwarnai oleh band beranggotakan empat pria yang sudah eksis sejak 1996. Bernama Asian Kung-Fu Generation, band tersebut mengusung aliran rock alternatif yang digandrungi kala itu.

Dipelopori oleh Masafumi Gotoh (vokal, gitar), Kensuke Kita (gitar), Takahiro Yamada (bass), dan Kiyoshi Ijichi (drum), Asian Kung-Fu Generation membawa konsep bernuansa jenaka di setiap video klip yang dirilisnya.

Asian Kung-Fu Generation berhasil menarik pendengar musik Jepang dan seluruh dunia berkat keterlibatannya dalam anime Naruto. Tembang berjudul Haruka Kanata sebagai lagu pembuka, melejit bersamaan dengan kepopuleran anime Naruto di seluruh dunia.

Beberapa karya lain pun melejit berkat tema lagu anime di dalamnya. Contoh saja Rewrite untuk Fullmetal Alchemist, Aru Machi no Gunjo sebagai pengisi Tekkon Kinkreet, dan After Dark sebagai lagu tema Bleach.

Tak hanya melalui anime, Asian Kung-Fu Generation juga sukses berada di tempat yang tinggi dalam tangga lagu Oricon berkat lagu-lagu seperti Kimi no Machi Made, World Apart, dan Shinseiki no Love Song.
2 dari 3 halaman


Awal mulanya, Asian Kung-Fu Generation mengusung musik bertempo kencang dalam pengaruh punk barat serta rock alternatif. Band indie rock lokal di Jepang pun menjadi acuan mereka dalam bermusik.

Ciri khas mereka di awal kemunculan, selalu menghadirkan ritme gitar yang keras dan lirik penuh emosi dengan teriakan sang vokalis di beberapa bagian lagu. Namun seiring berjalannya waktu, Asian Kung-Fu Generation pun bermetamorfosis menjadi band eksperimen yang terpengaruh berbagai macam aliran.

Pada mulanya mereka merilis EP atau mini-album bertajuk Hokai Amplifier (2003) yang memasukkan lagu Haruka Kanata. Kemudian, full album perdananya, Kimi Tsunagi Five M (2003) dan Sol-fa (2004) menghadirkan banyak lagu-lagu berirama cepat dan santai.

Setelah dirilisnya album, Fanclub (2006) banyak lagu-lagu mereka dengan ketukan rumit dan teknik vokal yang tidak terlalu meluap-luap. Bahkan, ritme gitar dan bass yang dihadirkan di lagu andalan seperti Blue Train pun terkesan sukar untuk dimainkan.

Penampilan Masafumi Gotoh sebagai vokalis, menjadi keunikan tersendiri. Trend kacamata berbingkai tebal dengan rambut panjang yang tak dirapikan, sempat menjadi gimmick tersendiri di kalangan pecinta musik rock Jepang terhadap penampilan ala kutu buku.
3 dari 3 halaman


Video klip yang disajikan Asian Kung-Fu Generation juga sempat menjadi bahan lawakan tersendiri di mata para pendengar. Video seperti Haruka Kanata, Kimi to Iu Hana, Kimi no Machi Made, dan Rewrite dijamin membuat banyak fans terpingkal-pingkal.

Beberapa video lain untuk lagu seperti After Dark, Fujisawa Loser, dan Shinseiki no Love Song meraih penghargaan Space Shower Music Video Awards berturut-turut sejak 2008 hingga 2010. Bahkan, salah satu lagu yang menjadi tema manga bertajuk Solanin pun meraih penghargaan MTV Video Music Aid Japan 2011.

Dalam berkarier di atas panggung, Asian Kung-Fu Generation sudah berpengalaman di seluruh penjuru Jepang. Berbagai festival musik besar di Negeri Sakura sudah pernah dijajalnya. Bahkan, mereka juga pernah bertandang ke luar Jepang seperti Korea Selatan.

Band-band rock berskala internasional pun pernah bersandingan dengan Asian Kung-Fu Generation saat bertandang ke Jepang. Sebut saja Third Eye Blind dan Weezer yang pernah mencicipi serunya satu panggung dengan keempat pria bertubuh mungil itu.

Album Asian Kung-Fu Generation yang berjudul Sol-fa pernah masuk ke Indonesia melalui tangan Sony Music Indonesia dan cukup laris di kalangan pecinta musik Jepang Tanah Air. Sayangnya, penjualannya tidak terlihat lagi di album-album selanjutnya.

Menjadi suatu hasrat tersendiri bagi para pecinta musik rock Jepang akan hadirnya karya-karya terbaru Asian Kung-Fu Generation. Semoga saja album barunya setelah Landmark (2012) mampu memuaskan dahaga fansnya dan bisa dipasarkan kembali di Indonesia.(Rul)