Indro Warkop terjebak dalam perampokan bank. Tak hanya satu perampok, tapi ada tiga tim penjahat yang kebetulan beraksi di bank yang sama. Regu pertama diketuai Ernest Prakasa dengan anak buah Kemal Pahlevi dan Arie Keriting. Mereka merampok karena hobi.
Lalu, ada regu lainnya yang terdiri dari Bintang Timur, Babe Cabita dan Fico Fachriza. Ketiganya terpaksa merampok bank karena alasan klise, terhimpit ekonomi. Nah, yang terakhir ialah duet Mongol Stress dan Mudy Taylor. Mongol dan Mudy ibarat Robin Hood karena terpaksa membobol bank untuk membantu anak-anak panti asuhan.
Meski merampok bank besar, tiga regu perampok tadi tak memiliki skema yang matang. Modal mereka cuma dua; nyali dan senjata. Entah dari mana asalnya, yang pasti delapan pria tadi memiliki senjata api kelas berat, seperti machine gun, granat sampai bazoka.
Ini yang bikin polisi kewalahan. AKP Bunga (diperankan Nirina Zubir) hanya bisa gigit jari sambil mengepung bank dari luar. Berbagai drama pun terjadi. Dari sandera yang dijadikan pagar hidup sampai permintaan aneh ala perampok. Menegangkan? Tidak juga kok. Untungnya, yang merampok adalah comic (pelaku stand-up comedy). Alih-alih tegang, yang ada justru celetukan yang mengocok perut.
Beda Genre, Sama Rasa, Biaya 3 Kali Lipat
Comic 8 adalah film ketiga Anggy Umbara. Sebelumnya, Anggy melahirkan Mama Cake (2012) dan Coboy Junior the Movie (2013). Nah, Comic 8 memiliki gaya penyutradaraan yang mirip dengan Mamacake. Karena banyak adegan baku tembak, pengambilan gambar pun dibiarkan dinamis. Disarankan, jangan duduk terlalu rendah saat menyaksikan film ini, takutnya pusing karena kamera bergerak cepat.
Lantas, ciri khas Anggy mengenai cita rasa warna juga terlihat jelas. Anggy memakai kontras yang cukup kuat. Tapi tidak terlalu menyakitkan mata seperti tone biru di film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.
Yang mengejutkan, ialah keberanian sang sutradara untuk memakai kamera phantom, dengan biaya sewa sekitar Rp 70 juta sehari. Kamera jenis ini, bisa sangat detail menangkap adegan baku tembak dan ledakan. Hasilnya, ciamik.
Di beberapa scene, Comic 8 mirip film hollywood. Rasanya sebanding dengan biaya mahal yang harus dirogoh produser. Konon, Comic 8 menyedot biaya tiga kali film drama. Dengan biaya selangit, wajar jika banyak orang menaruh ekspektasi besar kalau Comic 8 bisa menembus 1 juta penonton. (fei)
Lalu, ada regu lainnya yang terdiri dari Bintang Timur, Babe Cabita dan Fico Fachriza. Ketiganya terpaksa merampok bank karena alasan klise, terhimpit ekonomi. Nah, yang terakhir ialah duet Mongol Stress dan Mudy Taylor. Mongol dan Mudy ibarat Robin Hood karena terpaksa membobol bank untuk membantu anak-anak panti asuhan.
Meski merampok bank besar, tiga regu perampok tadi tak memiliki skema yang matang. Modal mereka cuma dua; nyali dan senjata. Entah dari mana asalnya, yang pasti delapan pria tadi memiliki senjata api kelas berat, seperti machine gun, granat sampai bazoka.
Ini yang bikin polisi kewalahan. AKP Bunga (diperankan Nirina Zubir) hanya bisa gigit jari sambil mengepung bank dari luar. Berbagai drama pun terjadi. Dari sandera yang dijadikan pagar hidup sampai permintaan aneh ala perampok. Menegangkan? Tidak juga kok. Untungnya, yang merampok adalah comic (pelaku stand-up comedy). Alih-alih tegang, yang ada justru celetukan yang mengocok perut.
Beda Genre, Sama Rasa, Biaya 3 Kali Lipat
Comic 8 adalah film ketiga Anggy Umbara. Sebelumnya, Anggy melahirkan Mama Cake (2012) dan Coboy Junior the Movie (2013). Nah, Comic 8 memiliki gaya penyutradaraan yang mirip dengan Mamacake. Karena banyak adegan baku tembak, pengambilan gambar pun dibiarkan dinamis. Disarankan, jangan duduk terlalu rendah saat menyaksikan film ini, takutnya pusing karena kamera bergerak cepat.
Lantas, ciri khas Anggy mengenai cita rasa warna juga terlihat jelas. Anggy memakai kontras yang cukup kuat. Tapi tidak terlalu menyakitkan mata seperti tone biru di film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.
Yang mengejutkan, ialah keberanian sang sutradara untuk memakai kamera phantom, dengan biaya sewa sekitar Rp 70 juta sehari. Kamera jenis ini, bisa sangat detail menangkap adegan baku tembak dan ledakan. Hasilnya, ciamik.
Di beberapa scene, Comic 8 mirip film hollywood. Rasanya sebanding dengan biaya mahal yang harus dirogoh produser. Konon, Comic 8 menyedot biaya tiga kali film drama. Dengan biaya selangit, wajar jika banyak orang menaruh ekspektasi besar kalau Comic 8 bisa menembus 1 juta penonton. (fei)