Sukses

Endless Love, Kisah Cinta yang (Seharusnya) Menyentuh

Salah, ini bukan tentang serial korea yang mendayu-dayu tersebut, melainkan reboot terbaru dari 'Endless Love' yang dirilis pada 1981 silam.

Salah, ini bukan tentang serial Korea yang mendayu-dayu tersebut, melainkan reboot terbaru 'Endless Love' yang sempat dirilis dan menjadi besar di 1981 silam. Dihidupkan kembali oleh sutradara Shana Feste, adaptasi dari novel karya Scott Spencer ini pun dibuat dalam porsi yang jauh lebih ringkas dan menyapu sedikit adegan-adegan dramatis di dalamnya.

Hasilnya, bak mengulang mimpi buruk, Endless Love kembali diganjar berbagai review negatif dari beberapa pengamat film. Tidak berhenti disitu saja, dikutip dari situs Rotten Tomatoes, Rabu (19/2/2014), bisa terlihat rating sebesar 15% yang saat ini tercantum di depan judulnya. Hal ini jauh lebih parah dibanding versi aslinya yang sudah cukup terhina dengan rating sebesar 25%.

Lantas seperti apa ceritanya? simak ulasannya berikut ini:

Dimulai dengan pesta kelulusan sekolah yang turut dirayakan oleh Jade Butterfield (Gabriella Wilde), sebuah kisah cinta pun terjadi setelah teman satu sekolahnya yang bernama David Elliot (Alex Pettyfer) memberanikan diri untuk menyapanya. Namun, tak berlangsung lama setelah itu, sang ayah, Hugh Butterfield (Bruce Greenwood), langsung menentang hubungan tersebut.

Puncaknya, setelah jati diri David dibuka secara terang-terangan oleh Hugh, cerita ini pun berjalan menuju klimaks lewat alur yang sedikit mirip dengan 'Romeo + Juliet'.



Selain didasari naskah yang kurang tergali, Endless Love versi baru juga jadi semakin datar berkat akting para pemain utama yang terkadang salah kaprah dalam menyampaikan ekspresinya.

Padahal, tak hanya menampilkan kisah remaja yang sedang jatuh cinta, film ini sebenarnya turut memperlihatkan duka keluarga Jade setelah anak pertamanya meninggal dunia. Selain itu, lewat akting Rhys Wakefield yang sebelumnya tampil begitu brutal di film 'The Purge', disuguhkan pula penderitaan saudara kedua Jade yang selalu dibanding-bandingkan dengan almarhum kakaknya.

Sayangnya (lagi-lagi berkat skrip yang kurang digali), akting menye-menye Rhys jadi terkesan sia-sia. Bahkan, di saat film sudah memasuki puncak cerita, tindakan yang dia lakukan malah jadi terlihat bodoh dan gagal memberi pesan bagi para penontonnya.(Feb)