Sukses

Ini Para Cawali Surabaya dari Kalangan Milenial

Maraknya bakal Calon Wali Kota Surabaya 2020 dari kalangan milenial menunjukkan bahwa gairah politik warga Kota Pahlawan kian positif.

Liputan6.com, Surabaya - Peneliti Surabaya Survey Center (SSC), Surokim Abdussalam menilai, maraknya bakal Calon Wali Kota Surabaya 2020 dari kalangan milenial menunjukkan gairah politik warga Kota Pahlawan kian positif.

"Mereka punya modal sosial fungsional untuk bisa adaptif terhadap lingkungan yang selalu berubah cepat dan dinamis," kata Surokim di Surabaya, Selasa 16 Juli 2019, dilansir Antara.

Adapun bakal cawali dari kalangan milenial yang mulai beredar di Surabaya di antaranya Eri Cahyadi (Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Beppeko) Surabaya), K.H. Zahrul Azhar As'ad atau Gus Hans (Wakil Ketua DPD Partai Golkar Jatim), M. Sholeh (Advokat), Azrul Ananda (Presiden Klub Persebaya) dan Bayu Airlangga (Ketua Muda Mudi Demokrat Jatim).

Selain itu, ada Dimas Oky Nugroho (pegiat anak muda dan kewirausahawan sosial), Andy Budiman (politikus PSI), Dimas Anugerah (politikus PSI), Kuncarsono Prasetyo (mantan wartawan dan kolektor benda-benda kuno).

Selain itu, ada Abraham Sridjaja (Wakil Ketua Umum Pengurus Pusat Angkatan Muda Partai Golkar), Dedy Rachman (akademisi), Sukma Sahadewa (dokter sekaligus politikus Perindo) dan Didik Prasetiyono (Direktur Surabaya Consulting Group/SCG).

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Manfaat Ada Cawali Milenial

Sedangkan cawali milenial dari perempuan ada Agnes Santoso (Presenter), Siti Nasyiah (aktivis dan penulis buku), Asrilia Kurniati (Ketua Umum Gabungan Organisasi Wanita), Dwi Astuti (pengurus Muslimat Jatim), .

Menurut dia, dengan ada cawali milenial tersebut perpolitikan di Surabaya juga akan kian dinamis dan terbarukan. Begitu juga energi yang dibutuhkan untuk pembangunan kota yang demikian dinamis dan berubah cepat, sehingga Kota Surabaya bisa inovatif produktif dan juga kompetitif.

"Sosiopreneur dan technopreneur milenial muda yang saya sebut itu untuk kebutuhan Kota Surabaya kekinian dan mendatang. Khususnya untuk bisa akseleratif menaktivasi potensi kreatif warga kota," katanya.

Menurut Dekan Fakultas Ilmu sosial dan ilmu budaya Universitas Trunojoyo Madura ini, nama-nama cawali tersebut bisa didorong untuk menyemarakkan diskusi di ruang publik sehingga bisa dipantau dan dikawal publik Surabaya.

3 dari 3 halaman

Pimpinan KPK: Wali Kota Risma, Sosok yang Inspirasi Indonesia

Sebelumnya, Wakil Ketua KPK, Saut Situmorang menilai, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini merupakan sosok kepala daerah yang menginspirasi Indonesia. Ia pun meminta  kepala daerah lainnya belajar kepada Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

"Ibu (Risma) ini menginspirasi Indonesia. Makanya kami sudah minta beberapa kepala daerah untuk belajar kepada Ibu," kata Saut, saat Roadshow Bus KPK 2019 ‘Jelajah Negeri Bangun Antikorupsi, Sabtu, 13 Juli 2019.

Meskipun pada akhirnya, ada beberapa daerah yang sudah belajar ke Surabaya, kerjanya tetap saja melambat, dan itu tidak masalah. Sebab, ada beberapa daerah pula yang setelah belajar ke Surabaya, banyak perubahan yang dilakukan. "Mungkin Bu Risma sudah tahu itu dan paham itu," tutur Saut.

Dalam kesempatan itu, Saut juga angkat bicara soal kurikulum antikorupsi. Ia menuturkan, kurikulum antikorupsi jangan dijadikan beban bagi anak-anak. Namun, kurikulum itu yang paling penting adalah penerapannya. 

"Jadi jangan dijadikan beban kurikulum agar siswa mampu menerapkannya, nanti  juga tidak ada ujiannya, karena sudah diterapkan setiap hari," kata Saut.

Pada kesempatan itu, Saut juga berpesan kepada peserta workshop yang merupakan guru dan kepala sekolah itu untuk menanamkan sembilan nilai dasar yang sudah dijalankan di KPK. 

"Tanamkan nilai kesederhanaan, kejujuran, berani, adil, dan lain-lain itu ke dalam pelajaran. Semua itu harus terintegrasi dengan pelajaran," ungkapnya.

Kondisi sekarang ini, lanjut Saut, anak-anak sudah mengukur dunia ini dari benda. Hal ini sangat berbahaya bagi bangsa Indonesia ketika dijadikan ukuran. "Tanamkan nilai-nilai integritas. Pengayaan bisa melalui kearifan lokal," katanya.

Saut menuturkan, jangan sampai anak-anak ini yang bersekolah di tempat bagus, kemudian memiliki karier bagus hingga menjadi pejabat, malah terjerumus. "Banyak yang ditangkap KPK itu pendidikannya S2, S3. Maka dari itu, kita jaga integritas mereka dengan memasukkan pendidikan antikorupsi," kata dia.

Â