Sukses

Lulus Merapal Mantra, 7 Tujuh Dukun Baru Tengger Disahkan

Ketujuh dukun Tengger tersebut diangkat melalui prosesi Mulunen dalam rangkaian ritual Yadnya Kasada.

Liputan6.com, Probolinggo - Suku Tengger lereng Gunung Bromo kini memiliki tujuh dukun baru. Ketujuh dukun tersebut diangkat melalui prosesi Mulunen dalam rangkaian ritual Yadnya Kasada, Kamis dinihari 17 Juli 2019.

Ketujuh dukun tersebut berasal dari Kabupaten Probolinggo sebanyak tiga orang dan Kabupaten Pasuruan empat orang.

"Ada tujuh dukun baru yang dikukuhkan pada Yadnya Kasada 2019 ini. Dua keturunan, sisanya bukan keturunan dukun," terang Bambang Suprapto, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Probolinggo.

Para dukun baru ini disahkan setelah melewati ujian selama kurang lebih dua bulan. Mereka diuji langsung oleh Sutomo, Ketua Paruman Dukun Tengger, dukun Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Calon dukun setidaknya harus hafal 50 persen mantra yang umum dipakai.

Namun, sebelum dinyatakan sah sebagai dukun, mereka terlebih dahulu mengikuti ritual Mulunen, yakni wisuda samkara atau upacara ujian sekaligus pengukuhan dukun baru. Mulunen dilakukan pada puncak ritual Yadnya Kasada yang dimulai sekira pukul 03.00 WIB. Dengan urutan prosesi meliputi pembacaan sejarah Kasada, puja stuti dukun pandhita, mulunen, dan mekakat atau upacara penutup.

“Disebut mulunen karena calon dukun harus merapalkan mantra pulun. Mantra ini hanya dirapalkan saat wisuda samkara dan unan-unan (tradisi 5 tahunan). Seorang dukun dinyatakan lulus apabila mampu merapalkan mantra pulun dengan lancar. Kesempatan hanya diberikan maksimal tiga kali,” ungkap Bambang.Dukun baru Tengger disahkan (Liputan6.com / Dian Kurniawan)Ada 47 dukun yang mewakili desa suku Tengger hadir dalam Yadnya Kasada tahun 2019 ini. Mereka tergabung dalam Perkumpulan Dukun Sekawasan Tengger atau sering disebut Paruman Dukun Tengger.

Di pelataran utama Pura Luhur Poten terdapat pendapa berukuran sekitar 10 meter x 10 persegi menghadap ke selatan, persis ke arah Padmasana. Pendapa tersebut memiliki bangunan sayap di kanan-kirinya. Sayap timur diperuntukkan bagi para dukun, sesaji, dan warga masyarakat Tengger di kawasan sebelah timur laut pasir Bromo, yakni wilayah Kabupaten Probolinggo dan Lumajang. Sementara sayap barat untuk masyarakat Tengger di kawasan wilayah Kabupaten Pasuruan dan Malang.

Bambang juga menambahkan, dukun pandhita adalah kunci kehidupan tradisi dan spiritual masyarakat Tengger. Sebab, dialah yang menentukan seluruh kalender kegiatan tradisi dan keagamaan, termasuk menyelenggarakannya.

"Selain pemimpin spiritual, dukun pandhita juga menjadi panutan dan acuan dalam kehidupan sosial. Ia merupakan tokoh masyarakat,” ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini