Sukses

Gelombang Dua Berangkat, Jemaah Calon Haji Wajib Pakai Ihram Sejak di Surabaya

Jemaah Calon Haji (JCH) Embarkasi Surabaya yang tergabung dalam gelombang dua diwajibkan memakai ihram sejak di Surabaya, Jawa Timur.

Surabaya - Jemaah Calon Haji (JCH) Embarkasi Surabaya yang tergabung dalam gelombang dua diwajibkan memakai ihram sejak di Surabaya, Jawa Timur. 

Sekretaris Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Surabaya, Jamal mengatakan, hal ini untuk memudahkan jemaah ketika mendarat di Jeddah karena akan langsung menuju Mekkah untuk melaksanakan rangkaian ibadah haji. Bandara Jeddah adalah miqat bagi JCH melaksanakan niat ihram. 

Beberapa kloter yang telah diberangkatkan dalam gelombang dua diantaranya, kloter 41, 42, 43, dan 44. Kloter 41 diberangkatkan pada Sabtu malam 20 Juli 2019.

Sedangkan kloter 42-44 diberangkatkan bertahap sejak Minggu dini hari hingga subuh. Mereka semua akan langsung mendarat di Bandar Udara King abdul Aziz Jeddah, Saudi Arabia.

"Tahun lalu juga seperti ini, JCH gelombang kedua sudah harus menggunakan kain ihrom, jadi JCH sudah tidak repot-repot lagi," ujar Jamal seperti dikutip dari laman suarasurabaya.net. 

Jamal juga terus mengimbau kepada JCH agar menjaga kesehatan selama di tanah suci. Sebab, suhu di Arab Saudi saat ini terus naik hingga mencapai 43 derajat celcius. "Ibadah haji ini, 90 persennya itu harus sehat. Jadi setiap JCH harus pintar-pintar menjaga kesehatannya," pungkasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Cerita Mba Sarmi, Penyandang Disabilitas yang Ingin Berhaji

Sebelumnya, Jemaah Calon Haji (JCH) asal Tulungagung yang tergabung dalam kloter 34 Embarkasi Surabaya, Sarmi Rukamim atau Mbah Sarmi (78) terlihat berbeda dengan jemaah lain.

Mbah Sarmi termasuk salah satu JCH disabilitas yang terdaftar haji pada 2019. Ia menuturkan, penantian untuk bisa berhaji tidak mudah. Setelah beberapa kali mengurus keperluan haji, keberangkatannya terus saja mundur. Ia mendaftarkan dirinya haji dari uang berjualan tanah warisan orangtua.

"Tapi tunggu saja, yang daftarkan bilang, kalau suruh umroh saja katanya sama saja dengan haji. Tapi saya tunggu saja, berapa tahun pun biarin gapapa., saya tunggu saja. Kalau beberapa tahun (semisal-red), saya diambil Allah ya monggo," kata dia, seperti dikutip dari suarasurabaya.net, Jumat (19/7/2019).

Ia menuturkan, memiliki cacat fisik di bagian tangan sejak lahir. Akan tetapi, hal itu tak mengurungkan tekad untuk hidup mandiri.

Ia berladang jagung dan singkong untuk memenuhi kebutuhan sehari-hati. Pada musim haji 2019, ia berharap diberikan kesehatan untuk menjalankan ibadah di Tanah Suci.

"Bagaimana yah, beberapa tahun sudah tunggu. Gusti Allah saya minta jangan di kasih sakit. Saya mohon di kasih sehat. Alhamdullilah, sehat tidak diberi sakit," kata dia.

Â