Sukses

Pemkot Surabaya Bakal Manfaatkan Teknologi Nuklir untuk Peralatan Medis

Komisi D Bidang Kesra DPRD Kota Surabaya mendorong pemerintah kota (pemkot) setempat yang berencana memanfaatkan teknologi nuklir untuk sejumlah peralatan medis rumah sakit di Kota Pahlawan.

Liputan6.com, Surabaya - Komisi D Bidang Kesra DPRD Kota Surabaya mendorong pemerintah kota (pemkot) setempat yang berencana memanfaatkan teknologi nuklir untuk sejumlah peralatan medis rumah sakit di Kota Pahlawan.

Wakil Ketua Komisi D DPRD Surabaya, Junaedi mendorong, Pemkot Surabaya menggunakan pemanfaatan tenaga nuklir oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten). Hal itu sudah disosialisasikan bersama DPRD Surabaya dan sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Di antaranya, Dinas Kesehatan, perwakilan RSUD dr Soetomo, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, RSUD Soewandhie dan RSUD BDH.

"Apa yang disampaikan Bapeten ini cukup bagus untuk dunia kesehatan di Surabaya," kata dia dilansir Antara, Selasa (23/7/2019).

Pertemuan dengan Bapeten tersebut dihadiri sejumlah organisasi perangkat daerah, di antaranya Dinas Kesehatan Kota Surabaya, perwakilan RSUD DR. Soetomo, RS Bhakti Dharma Husada, RS DR. Soewandi, pakar kesehatan dan perwakilan dari instansi pemerintah lainnya.

"Penjelasan Bapeten berkaitan dengan penggunaan teknologi nuklir di bidang kesehatan itu mendapat respons positif dari sejumlah rumah sakit di Kota Surabaya," ujar dia.

Sesuai arahan dari Bapeten, lanjut dia, proses perizinan penggunaan teknologi nuklir perlu dilakukan dahulu, agar perencanaan dan pembangunan bisa berjalan. Menurut Junaedi, sesuai rencana Surabaya mengurus proses perizinannya pada 2020.

Junaedi menyebutkan, dalam penggunaan tenaga nuklir terdapat aspek-aspek standarisasi yang harus dipenuhi. "Jadi perlu dimonitor terus. Jangan sampai pembangunannya keliru, kemudian menimbulkan dampak radiasi," ujar dia.

(Tito Gildas, mahasiswa Kriminologi Universitas Indonesia)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Akademisi: Surabaya Sudah Perlu Punya Rumah Sakit Bedah Sentral

Sebelumnya, Akademisi dari Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Sukma Sahadewa, menilai Kota Surabaya sudah seharusnya punya Rumah Sakit Bedah Sentral untuk meneruskan program kesiagaan Call Center 112 milik Pemkot Surabaya.

"Harapan kita masyarakat secara langsung dapat tertangani bilamana ada kecelakaan di jalan dan penanganan musibah bencana seperti kebakaran," kata Sukma di Surabaya, Jumat, 19 Juli 2019 dilansir Antara.

Dengan adanya rumah sakhit khusus yang dilengkapi dengan Unit Gawat Darurat (UGD) tersebut, penanganan terhadap korban kecelakaan, kebakaran atau musibah lainnya di Surabaya bisa dilakukan dengan cepat dan akurat.

"Bagus lagi kalau ditambahkan lagi ICU (Intensive Care Unit) dan PICU (Pediatric Intensive Care Unit) yang terintegrasi secara holistik dalam penanganan kegawat daruratan masyarakat," ujar Ketua Lembaga Kesehatan Nahdatul Ulama (LKNU) Surabaya ini.

Selama ini, Sukma melihat banyaknya masyarakat yang memerlukan penanganan cepat serta membutuhkan tempat khusus ICU dan PICU. Meskipun rumah sakit Pemerintahan dan swasta sudah memiliki ICU, lanjut dia, namun tidak mencukupi fasilitasnya.

"Dengan penambahan fasilitas ICU dan PICU sangat membantu dalam mengatasi banyaknya kasus kegawatdaruratan di masyarakat," katanya.

ICU sendiri adalah ruang khusus untuk pasien kritis yang memerlukan perawatan intensif dan observasi berkelanjutan, sedangkan PICU adalah ruang perawatan intensif di rumah sakit, bagi anak dengan gangguan kesehatan serius atau yang berada dalam kondisi kritis.

Meski saat ini belum ada rencana soal itu, namun ia berharap agar Wali Kota Surabaya pengganti Tri Rismaharini ke depan harus mampu memikirkan pembangunan sumber daya manusia dalam bidang kesehatan secara holistik.

"Penambahan ambulans gratis tiap kelurahan juga menjadi sarana sinergitas dalam penanganan lebih lanjut dan komprehensif. Ini juga dalam rangka membangun masyarakat menuju Surabaya sehat jasmani, rohani dan sosial.