Liputan6.com, Surabaya - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma) memaparkan strategi menanggulangi banjir di Surabaya, Jawa Timur kepada peserta Kemitraan dalam Pengelolaan Lingkungan untuk Laut Asia Timur atau Partnerships in Environmental Management for the Seas of East Asia (Pemsea) pada Rabu, 24 Juli 2019.
Risma menuturkan, Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia dan ibu kota Jawa Timur dengan penduduk 3,3 juta jiwa. Banyak tantangan-tantangan terkait dengan masalah lingkungan yang harus diselesaikan, salah satu soal penanggulangan masalah banjir.
"Bapak-ibu, dulu banjir di Surabaya mencapai 50 persen, saat ini hanya tinggal dua persen. Karena letak kota ini ada 5 meter di atas permukaan laut. Lalu saya mengatur strategi untuk menanggulangi semua itu dengan berbagai cara, salah satunya membuat pintu air, kemudian membangun konservasi hutan mangrove," ujar Risma, ditulis Kamis (25/7/2019).
Advertisement
Baca Juga
Risma menuturkan, yang pertama dilakukan untuk mengatasi masalah lingkungan itu dengan mengubah kawasan timur Surabaya menjadi konservasi kota. Wilayahnya yang mencapai sekitar 2.300 hektare, kemudian ditanami mangrove.
Hasilnya, kini kondisi kawasan timur Surabaya sudah kembali seperti sebelum 1998. "Dulunya mangrove itu sempat rusak saat 1998, kayu-kayu itu untuk arang, kemudian saya coba untuk menata kembali dengan bekerja sama dengan anak-anak dan semua warga termasuk dari militer," tutur dia.
Namun, pihaknya mengaku, kawasan itu tidak dialiri dengan listrik. Alasannya, selain dijadikan kawasan wisata, tempat itu juga digunakan sebagai konstruksi alami. Bahkan, kini kawasan mangrove di Surabaya memiliki ekosistem mangrove terbanyak di Indonesia. Terlebih kawasan ini relatif aman dari ombak maupun arus balik air laut.
"Jadi, sejalan dengan itu, bapak ibu sekalian, kami akan menetapkan kawasan itu sebagai kebun raya mangrove pertama di dunia," ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Turunnya Suhu di Surabaya
Selain konservasi kawasan mangrove, Pemkot Surabaya juga membangun lebih dari 450 taman kota. Selain itu, pihaknya juga membuat hutan kota dan waduk-waduk baru.
Saat ini, wilayah Surabaya yang terkena banjir relatif kecil, kurang lebih 2 persen. "Dampak dari pada ini adalah menurunnya suhu mencapai 2 derajat celcius. Kalau pagi jalanan Surabaya berkabut, suhu kami kurang lebih 20 derajat," ungkapnya.
Sementara itu, Executive Director Partnerships in Environmental Management for the Seas of East Asia (PEMSEA), Aime Gonzales mengapresiasi komitmen dan kerja keras Wali Kota Risma bersama jajarannya dalam upaya pelestarian lingkungan. Pihaknya juga menyampaikan terima kasih kepada Wali Kota Risma yang sudah membagi pengalaman dan pembelajaran kepada para peserta dari PEMSEA.
"Seperti yang kita ketahui mereka (Pemkot Surabaya) mampu menyelesaikan begitu banyak. Kota ini menjadi fantastis ditangan mereka, ini adalah dasar pemimpin yang kita butuhkan," kata Aime.
Peserta PAMSEA akan berada di Surabaya selama empat hari. Mereka akan melakukan kunjungan di beberapa tempat. Tujuan utamanya yakni mengunjungi konservasi hutan mangrove, dilanjut mendatangi fasilitas publik Command Center 112, dan Jembatan Suramadu serta beberapa agenda workshop dengan materi yang terkait.Â
Advertisement